Connect with us

Puisi

Sajak bagi; wanita malam #Wyaz Ibn Sinentang

Published

on

Sajak Wanita Malam

N U R A G A

( bagi; wanita malam )

Rekahmu anjang petang
merang montok
melambai manis
di sudut remang marak gairah
meringkih nafas-nafas memburu sesak
tatkala kerdip makara
nyenyakkan kelopak mata
sekujur noktah darah
berkelebat penuh atas nyawa
bergetar dahsyat
membeset nirmala sucimu.

Ketapang, 21 Juli 2012

Sajak : JELAGA

tlah kuramu kata pekat dengan sentuhan kasih
menyungging senyum di ujung jalan darah
jatuh lembut menanggal pada denyut jantung
menyusuri segenap perasaan buntung.

Bumi Ale-Ale, 10 Juni 2012

MONOLOG PETANG

( bagi : ras )

petang ini rembang
laparku mengoyak lambung
dari sebuah kehampaan
yang berjuntai
pada kepak-kepak walet gundah
lantas membetas tanya
: busukkah mulut bila tak berempah ?
usus pun memburai bergumam kosong
di situ makna jawab pasti.

Bumi Ale-Ale, Juli 2012

 

SEPERTIGA HATI

Kau iris hati hingga kepingan itu kau tanamkan dalam tidur abadi yang terukur jarak. Separuh kan kusimpan dalam beningnya matamu, mata yang menyimpan rahasia kepedihan hidup. Memancar gelombang asa. Berpendar ke segenap hati menuntun imajiku untuk memberikan seberkas cahaya pengasihan yang seyogianya dapat mencairkan kubah lava dalam kandungan ego yang kian memuncak seiring tenggelamnya purnama di ambang fajar. O – pilu hati nafas berdebur bagai ombak hendak memecah karang, biarlah separuh hati itu takkan kudakwa di pengadilan petang nanti, biarlah sepertiga hatimu saja yang akan kusimpan jauh di relung tak berbatas menjemput mimpi panjang yang menyediakan pelabuhan terakhir tempatmu bersandar.

Bumi Ale-Ale, 2 Februari 2013 

DERMAGA HATI

Pagi yang seharusnya ramah dan sejuk sembari menunggu naiknya sinar mentari, terbius janji rinai hujan. Perlahan butiran itu menetes membasahi tanah menapak sepanjang jalan yang kutempuh semakin jauh semakin menumpuk butiran air itu menempel kuyup di tubuh. Kupacu hasrat hingga bayangan tertinggal bersama hembusan angin nuju dermaga yang kita sepakati. Hingar bingar hari pun tak lagi kupedulikan, niatku hanyalah ingin cepat-cepat menggapai aroma wangi rambutmu yang menyibakkan asa pada kurun yang nyaris kita abaikan.

Dermaga hati sunyi senyap. Lengang. Hanya suara-suara degup jantung menyeruak dari ke dua bilik yang terendam jingga rindu. Wajahmu pasi. Gugup menyambut denyut nadiku yang merambahi segenap molekul hatimu. Kuracik anggur maron hingga menjelma secawan kenikmatan yang tiada rasa lagi, kusulang dalam katupan rapat merah bibirmu. Sensai indah melayang-layang di angan, hanya sekedar lewati kita saja tak hendak menjamah debar-debar yang kita semai. Syukurlah jarak masih menyelamatkan wajah-wajah lugu dari kerdipan topeng kemunafikan. O – cakrawala tegar menggugah percikan rasa terdalam mendongak sang mentari merah di lintasa mega berarak. Aku, kau : kita tak ingin pulang sebelum genta dunia bertalu menyapkaikan waktu yang kita yakini.

Dermaga hati kini tinggal kenangan. Berlalu telah meleweti masa-masa indah. Penuh cobaan dan godaan. Dermaga hati tanda yang tak mungkin kau, aku, kita lupakan dalam sejarah peradaban asmara. Dermaga hati melabuh di belahan mana saja di mana nafas saling berkejaran. Langit luas sekali pun akan menyimpan sebagai saksi hidup yang tak lekang dari rotasi dunia. Kupersembahkan dalam pigura waktu, agar perjalanan rindu tetap melabuh di dermaga hati selamanya hingga kembali ke noktah keabadian.

Bumi Ale-Ale, 3 Februari 2013

Biodata Penyair

WYAZ (Wahyudi Abdurrahman Zaenal) IBN SINENTANG lahir di kota Pontianak tanggal 24 April. Mulai menulis puisi sejak tahun 1980. Selain puisi juga menulis cerita pendek, dan artikel. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media lokal, nasional, negeri jiran, dan juga media online. Karyanya juga terangkum dalam beberapa kumpulan bersama; Antologi Puisi BANGKIT III (Studio Seni Sastra Kota Batu, 1996), JEPIN KAPUAS RINDU PUISI (DKKB, 2000), ANUGERAH KHATULISTIWA (Literer Khatulistiwa, 2011), SENANDUNG ALAM (Leutika Prio, 2012), CAHAYA KHATULISTIWA DI TAMAN KATA (DKKP, 2012), GORESAN PENA UNTUKMU (AG Litera, 2012), MERINDU RASUL DALAM SAJAK (Seruni Publishing, 2012), Antologi DIVERSE ( Shell-Jagad Tempurung, June 2012 ), SUARA LIMA NEGARA (Tuas Mediamja, 2012), JANGAK (Kelopak Poedjangge, 2012), Antologi Cerpen KAIN TILAM (DKKB, 1998), ORANG-ORANG DI BATAS GARIS (Tuas Mediamja, 2012), TENTANG BULAN (Leutika Prio, 2012), MUTIARA BERDEBU (Pustaka Awan, 2012), AIDS BERCERITA (Leutika Prio, 2012), MELUKIS MIMPI (Seruni, 2012), eBook Antologi Cerpen bunga rampai Cerita Pendek (cerpen-kita.weebly.com Juni 2012), dan Antologi Puisi tunggalnya BERSAMA HUJAN (Kelompok Empat Kreatif, 2011).

Saat ini menetap di kota Ketapang,
Jl. Gatot Subroto Gg. Hadi, Payak Kumang.

Garuda Citizen truly of Indonesia » politik, hukum, sosial, wisata, budaya, dan berbagai berita peristiwa menarik dan penting untuk dibaca.

Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Puisi

Puisi Artvelo Sugiarto, Menyapamu Nak

Published

on

Masa keindahan itu adalah nafas yang tak pernah jauh dari ingatan. Juga tentang perjalanan hidup anak manusia yang tak pernah tahu akan batas waktu. Dimana kelahiran merupakan awal hidup bersama melukiskan tentang harapan kepada anak anak yang terlahirkan. Tentunya juga banyak menumpuk kerinduan, Dan segala kasih sayang itu dalam diri Arvelo Sugiato

Kepada Rachna H

Nak… Malam ini bulan enggan keluar dari balik awan
seperti rinduku tentang kamu
selalu tersimpan rapi di lemari batinku
Nak … coba kau ingat kembali
bagaimana kita mengenang
saat kita lepas perahu kertas di kali lalu
kau tersenyum begitu manis
tapi bagiku senyummu adalah misteri
yang tak pernah usai hingga kini

Semarang 2-7-2016

 

 

Continue Reading

Puisi

Sang Misterius #Puisi

Published

on

By

Puisi Ratu Balqis

Matamu
Hidungmu
Bibirmu
Ada di pelupuk mataku

Tatapanmu
Senyummu
Tawamu
Menggoda hatiku

Bisa memandang
Tak bisa tersentuh
Bisa menyapa
Tak bisa meraba
Bisa berkhayal
Bisakah memiliki ??

Wahai sang misterius
Wahai sang penggoda hati
Hentikan kerlingmu
Agar ku kian tak hanyut
Dalam lamunan tak bertepi

Ratu BilQisSabtu,20:17.90.04.2016
By @ Ratu BilQis

Continue Reading

Puisi

Artvelo Sugiarto Dalam Puisi Rindunya Rindu

Published

on

Artvelo Sugiarto nama yang bagus tak se seram panggilannya “HANTU LAUT”, dengan penampilan rambut panjang terbakar sinar matahari laut ‘MUNGKIN” sosok ini merupakan penyair apa adanya. Supel dan ramah terhadap teman, sehingga banyak teman jatuh cinta dengan banyak pula menyimpan rindu. Artvelo Sugiarto terus melaju membelah samudera, membentangkan layar menerjang badai. Dan kuat menebarkan jala jala, menembus dasar hingga karang karang. Mengangkat Puisi dalam berpuisi, ada hidup, kelahiran dan rindu, juga perjalanan manusia menjadi di manusiakan. Itulah Artvelo dalam buah karya sastra puisinya yang selalu mencoba hidup dan menghidupkan orang banyak untuk mengenal puisi. Priya berambut panjang dengan cat merah menandai jati dirinya sebagai penyair Kota Semarang Jawa Tengah. Asal Jawa Timur.
WAKTU
Artvelo Sugiarto•

Pada senja kutitipkan saga
Karena waktu begitu sempit menuju isya
Waktu tak mungkin dibalik
Meski begitu panjang menuju shubuh
Terus bergulir tanpa kata
Diam tanpa memberi tahu
Dimana kaki terus melangkah
Mendekat pada garis waktu

Kutitipkan saga pada senja
Ketika waktu begitu sempit menuju isya

Tuhan…..
Jangan tuntun aku
Aku sedang mencarimu

semarang 6-5-2015

DI PINTU SENJA
Artvelo Sugiarto•

ketika rindu tak lagi menyapa
daun daun luruh di pelataran hati
tersapu angan tentang dirimu kasih..

debur ombak adalah gairahku
yang rindu akan pasir pantai kasihMU

aku bukanlah karang
ketika bicara tentang cinta
aku adalah gemuruh ombak yang selalu rindu akan pantai
aku bukanlah seorang columbus
yang selalu melayari samudera untuk menemukan beberapa pulau
aku adalah biduk di tengah samudera yang rindu akan dermaga

ketika rindu tak lagi menyapa
di mana desauMU
sedang aku sudah berdiri di pintu senjaMU

semarang 1-okt-2015

aku juga rindu
kemaren ketika senja
kau gandeng tanganku mengelilingi kampung
dengan menyeret mobil mobilan

mulutmu terus meracau dengan bahasa yang tak aku pahami
namun dari binar sorot matamu kulihat suka dan bahagia
kadang kau berlari kecil saat sebuah mobil melitas
“Bibil..bibil..”katamu..

ketika senja menuju pulang terus saja meracau
ana…ana..dengan bahasa yang sudah tak asing ditelingaku
sambil tanganmu menujuk pada satu arah menuju kerumah

semarang 20-4-2015

Continue Reading

Trending