wisata
Perbedaan Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai | Bengkulu

Provinsi Bengkulu sering juga disebut sebagai bumi Rafflesia. Karena, Bunga Rafflesia memang tumbuhnya disana.
Bunga Rafflesia terkenal, karena memiliki ukuran yang besar.
Namun, ada satu lagi bunga yang memiliki ukuran raksasa. Dan ini juga sering tumbuh di Provinsi Bengkulu. Orang-orang disana, menyebutnya “Bungei Kibut”. Atau lebih populer disebut sebagai Bunga Bangkai.
Tapi jangan salah, antara Bunga Bangkai dan Bunga Rafflesia tidaklah sama.
Walau pun, sebagian besar publik sering menyebut Bunga Rafflesia sebagai bunga bangkai. Dan, beberapa diantaranya lebih akrab dengan nama bunga Rafflesia Arnoldi.
Rafflesia Arnoldi adalah nama seorang berkebangsaan Inggris. Nama lengkapnya, Thomas Stanford Raffles. Penemuan bunga eksotik berukuran besar tersebut, kemudia melambungkan namanya sebagai penemu.
Dan dari sanalah kemudian bunga itu dinamai dengan namanya, Raffles Arnoldi.
Baca juga koten wisata menarik;
- Dinas Pariwisata Pemetaan Objek Wisata di Bengkulu Selatan untuk Antisipasi Lonjakan Pengunjung Saat Libur Idul Fitri 1446 Hijriah
- Jelang Idulfitri, Wisata Ulu Musi Trokon Siapkan Wahana Baru untuk Sambut Lonjakan Pengunjung
- Sejarah dan Mitos Bukit Kaba di Rejang Lebong: Keindahan Alam dan Cerita Mistis yang Menakjubkan
- 8 Brand Outdoor Lokal Ini Layak Jadi Rekomendasi Terbaik Petualangan Kamu
- 10 Tempat Wisata di Lombok Selain Pantai Paling Recommended 2025
Kisah dibalik nama Bunga Rafflesia
Walau pun bunga raksasa itu tetap dinamai sebagai Rafflesia Arnoldi, namun, belakangan beredar kabar bahwa, penemu pertamanya bukan Thomas Stanford Raffles.
Ada kisah tersendiri dalam proses penamaan untuk Bunga Rafflesia. Disebut-sebut ada intrik politik yang kelam.
Dimana disebutkan bahwa, orang asing pertama yang menemukan bunga tersebut adalah Louis Auguste Deschamp, dokter yang menyukai menjelajah alam. Ia berasal dari Perancis.
Dalam penjelajahannya, ia sempat ditangkap pemerintah Belanda, yang saat itu masih menguasai Indonesia. Tapi, oleh Van Overstraten yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jendral, Deschamp tidak di tahan.
Ia diperbolehkan untuk melanjutkan ekspedisi selama tiga tahun di Pulau Jawa. Dari tahun 1791 hingga 1794.
Dalam sebuah buku yang dipublikasikan pada 2011, menyebutkan, Deschamp lah yang pertama melihat, serta mengumpulkan spesimen, dan membuat gambar Rafflesia. Dimana yang ia temukan di Pulau Nusakambangan, pada 1797.
Itu artinya, 20 tahun lebih dahulu dari penemuan yang dilakukan Dr Joseph Arnold, yang melambungkan namanya.
Sekitar tahun 1798, Deschamp pulang ke negaranya Perancis dengan membawa koleksi hasil temuannya. Namun, ketika mendekati Selat Inggris, kapal yang dikendarainya ditangkap. Dan semua barang koleksinya dirampas oleh Inggris.
Dari sanalah kemudian kisah menjadi berubah. Yang mana kemudian bunga yang sangat unik itu kemudian, dinamai Rafflesia. Sebuah nama yang berasal dari orang Inggris. Bukan Belanda, bukan juga Prancis.
Raffles, yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Jendral Inggris di Bengkulu, meminta William Jack mendiskripsikan bunga langka itu ditemukan di wilayah Bengkulu. Tepatnya, di Bengkulu Selatan (Nais, 2001; Meijer, 1997).
Perbedaan Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai
Tapi, tulisan ini tidak ingin membahas cerita kelam tersebut. Tapi, lebih untuk membahas tentang perbedaan, antara bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai.
Fakta tentang Bunga Bangkai (Amorphophallus), sampai saat ini masih banyak tidak diketahui publik, bahkan termasuk di Indonesia.
Ya itu tadi, sering kali bunga bangkai masih diangap sebagai spesies yang sama dengan bunga Rafflesia.
Padahal antara keduanya merupakan spesies yang berbeda mulai dari klasifikasi biologi, bentuk, warna, siklus dan cara hidupnya.
Selain perbedaan itu, masih terdapat beberapa fakta lain tentang dua bunga raksasa yang mampu menyedot perhatian dunia tersebut.
Bunga Bangkai Raksasa (Amorphophallus Titanum)

Bunga Bangkai jelas bukan bunga Rafflesia. Dari bentuknya saja jauh berbeda. Walau pun, sama-sama dalam ukuran raksasa.
Secara fisik, Bunga Bangkai memiliki daun, batang, dan tumbuh menjulang tinggi.
Sedangkan, Bunga Rafflesia merupakan jenis parasit yang hidup pada inang tertentu, tanpa memiliki batang dan daun. Bunganya, berbentuk kelopak yang ketika mekar sempurna akan melebar rebah ke tanah.
Dari segit taksonomi, Bunga Bangkai dan Rafflesia adalah spesies yang jauh berbeda. Berdasarkan tingkat kelas, Bunga Bangkai (Amorphophallus sp.) merupakan anggota kelas Liliopsida. Sedangkan Bunga rafflesia, merupakan anggota kelas Magnoliopsida.
Terdapat setidaknya, 170 jenis Bunga Bangkai di seluruh dunia. Dan sekitar 25 jenis, bisa ditemui di Indonesia.
Bunga Bangkai jenis Amorphophallus Titanum, pertama kali ditemukan oleh Odoardo Beccari, seorang ahli botani berkebangsaan Italia.
Waktu itu, tahun 1878, dalam perjalanannya wilayah Bengkulu, tepatnya di Kepahiang – Rejang Lebong, ia menemukan tumbuhan Bunga Bangkai.
Yang mana kemudian, oleh rekannya, Prof. Giovanni Arcaneli dari Turki, diberi nama ilmiah Amorphophallus Titanum. Sejak itulah, dunia botani mengenal adanya Bunga Bangkai dengan nama ilmiah Amorphophallus Titanum Beccari.
Bunga Bangkai kemudian ditetapkan sebagai flora maskot Provinsi Bengkulu. Juga dijadikan lambang kebun raya Botanische Gärten Bonn, Jerman.
Bahkan, karena keunikannya, peneliti asal University of Wisconsin, AS, Thomas C Gibson, menyebutkan, di benua Eropa dan Amerika saja, ada sekitar 6.000 kebun raya dan arboretum yang mengoleksi bunga bangkai raksasa tersebut.
Perlu waktu 40 tahun untuk mekar sempurna
Bukan perkara gampang untuk melihat Bunga Bangkai mekar sempurna. Butuh proses yang panjang.
Sebutir biji Bunga Bangkai Jenis Titan Arum (Amorphpophallus titanium) diperkirakan butuh waktu 20, hingga 40 tahun, hingga berbunga untuk yang pertama kalinya.

Tidak hanya besar yang membuatnya unik. Bunga ini mempunyai proses pertumbuhan yang berbeda.
Yakni mengalami dua fase siklus kehidupan. Berlangsung secara bergantian dan terus menerus. Yakni, fase vegetatif dan fase generatif.
Pada fase vegetatif, di atas umbi Bunga Bangkai tumbuh batang tunggal dan daun yang mirip daun pepaya.
Kemudian batang dan daun menjadi layu, hingga menyisakan umbi di dalam tanah. Tidak mati.. ia akan bertransformasi.
Memasuki fase selanjutnya, disebut fase generatif. Disini, akan muncul bunga majemuk. Ia menggantikan batang dan daun yang layu sebelumnya.
Warna kelopak Bunga Bangkai raksasa ini pun, selalu beragam dan tak pernah sama setiap kali mekar. Meskipun berasal dari umbi yang sama.
Warna bunganya dapat bervariasi. Seperti merah hati, jingga, merah dadu, dan kehijauan.
Sementara tongkolnya pun muncul dengan warna yang beragam. Bisa keunguan, agak putih, serta kuning.
Sesaat menjelang mekar, suhu di dalam ‘seludang’ yang belum terbuka, bisa mencapai 50 hingga 60 derajat celcius. Kondisi ini membuat bunga ini terlihat mengeluarkan asap, di tengah dinginnya udara.
Bau yang dikeluarkan, ternyata tidak sekedar beraroma busuk saja. Biasanya aroma yang dikeluarkan, bercampur antara menyerupai kertas terbakar, amis ikan, telur busuk, bahkan bau bangkai tikus.
Di Bengkulu, tepatnya di Desa Tebat Monok Kabupaten Kepahiang, Tim Peduli Puspa Langka (Holidin Bersaudara), pernah menemukan Bunga Bangkai mencapai 100 kg.
Bunga bangkai raksasa tertinggi yang pernah mekar, tercatat menjulang setinggi 3.45 hingga 4,20 meter. Wow..
Bunga Rafflesia arnoldi
Mereka sama-sama tumbuh dan dikenal sebagai ikon Provinsi Bengkulu, mereka juga sama-sama disebut bunga Raksasa.
Sebagian yang kemudian mungkin membuat masyarakat berpikir, Bunga Rafflesia itu sama dengan Bunga Bangkai.
Padahal, lihat saja dari gambarnya, jauh sekali perbedaannya.

Rafflesia Arnoldi adalah jenis tumbuhan parasit obligat. Ia terkenal karena memiliki ukuran sangat besar.
Bahkan tercatat, sebagai bunga terbesar di dunia.
Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) tetrastigma. Dan tidak memiliki daun. Sehingga tidak mampu berfotosintesis.
Penamaan Bunga Raksasa ini, tidak lepas dari sejarah dideglerasikannya ia dengan nama Rafflesia Arnoldi, pada tahun 1818. Yang menyabutkannya berasal dari hutan tropis Bengkulu (Sumatera). Yang kemudian membuat daerah ini dikenal dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia.
Ini kita melepas tentang adanya sejarah baru. Yang menyebut bahwa, Dr. Joseph Arnold dan Thomas Stamford Raffles, bukanlah penemu pertama bunga ini.
Namun yang jelas, penamaan bunga Rafflesia Arnoldi, didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles dan Dr. Joseph Arnold.
Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan).
Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Tumbuh bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya.
Di Pulau Jawa, diketahui pernah tumbuh satu jenis padma parasit atau Bunga Rafflesia .
Rafflesia juga mempunyai siklus kehidupan unik. Namun berbeda dengan proses kehidupan Bunga Bangkai.
Bunga Rafflesia ini, merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai.
Diameter bunga ketika sedang mekar penuh, bisa mencapai 1 meter. Dengan berat mencapai sekitar 11 kilogram.
Bunga Rafflesia menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma.
Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai “tanaman” adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma.
Bunga ini mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat, seperti mulut gentong.
Di dasar bunga, terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik. Bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga.
Umur yang pendek
Bungar Rafflesia, setelah mekar sempurna, tidak bertahan lama. Biasanya, hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari). Setelah itu, layu dan mati.
Persentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.
Namun, untuk pelestarian, Bunga Rafflesia dijaga dan dalam upaya penangkaran. Disebutkan, ia bisa tumbuh sempurna dibeberapa tempat, seperti di Kebun Raya Bogor.

You must be logged in to post a comment Login