Connect with us

Cerbung

Wanita Malam part 1 # Nama saya Tusahda Osa

Published

on

wanita malam

Wanita Malam part 1 adalah sebuah cerita fiktif jika ada nama, tempat, suasana yang sama itu agar ceritanya asik saja.

Cuaca, nampaknya sudah tidak beraturan lagi. Biasanya, curah hujan terjadi di akhir tahun. Dan biasanya juga, terjadi pada bulan-bulan yang berakhiran ER. September, Oktober, November, hingga Desember. Trus musim akan berganti, seiring bergantinya tahun. Tapi belakangan ini, prediksi seperti  itu sudah tidak berlaku lagi.

Musim sudah tidak beraturan lagi.

Sekarang sudah menginjak bulan Agustus  2015, Sabtu malam atau malam minggu, musim hujan masih saja terjadi. “Emang gue pikirin” mungkin begitu kata Alam.

Mungkin ketidak tertiban penduduk langit mencurahkan hujannya ini, terjadi, karena melihat penduduk bumi yang juga tidak tertib lagi. Atau semesta ini sudah tua, jadi sudah mulai pikun, trus hitungannya salah. Menganggap saat ini masih di tahun 2011 dan saatnya musim panas.

Jangan-jangan suatu saat nanti, saking pikunnya semesta alam, lalu salah menentukan tempat. Trus menganggap daratan Nusantara adalah Eropa dan sebaliknya. Trus menumpahkan salju ditempatnya yang salah. Ah.. jika begitu berarti sudah berubah pula hukum alam yang serba pasti ini.

Tak mungkin lah hukum pasti itu akan berubah.  Atau system semesta ini serba otomatis. Ketika tombol play di pencet oleh tuhan, maka semuanya bergerak secara otomatis. Memakai system “JIKA”.

~~
JIKA  itu sama dengan ini, maka ini adalah itu.
Ketika ada itu maka akan terjadi ini.
Jadi ketika begITU maka begINI.
Jadi jangan begitu kalau tidak mau begini
~~

Dengan kata lain, hukum sebab akibat.

Oh.. lupa.. nama saya Tusahada Osa. Beberapa teman sering memanggil saya Osa, karena setiap berkenalan saya juga hanya memperkenalkan diri bernama Osa. Pendek dan memang saya lebih menyukai itu ketimbang Tusahda. Kedengarannya agak aneh. He.. he..

Beberapa malah nama Tusaha sulit disebut, beberapa juga mengatakan itu nama Jepang. Tusaha itu, menurut saya nama kampungan, di desa saya saja ada dua orang yang menggunakan nama Tusahada.

Satu, Bibi penjual Surabi yang biasa mangkal depan rumahnya di ujung kampung desa kami, bernama lengkap Saima Tusahada. Dan satu nya lagi, Siti Tusahada Aini, istri pak RT, gendut cerewet, trus suka pamerin perhiasan baru miliknya. He.. he…

Eits… tunggu dulu. Jangan berpikir terlalu jauh. Tentang saya. Atau menilai saya dari nama saja. Karena sebagai wanita, saya termasuk dalam kategori bernilai 8 plus. Gak seperti istri pak RT dan bibi Penjual Surabi di kampung saya.

Menurut beberapa teman, saya termasuk seksi, cantik, menarik, dan memiliki seluruh bagian yang diimpikan banyak wanita.

Bahkan, menurut beberapa lelaki yang saya tahu persis siap bertekuk lutut untuk mendapatkan sedikit perhatian saya, menilai bahwa saya; tidak jauh berbeda dengan beberapa selebritis ternama. Saya memiliki daya tarik seperti Dian Sastro Wardoyo, dan memiliki aura yang memikat seperti Aura Kasih. Serta mendapat sentuhan sensual seperti komedian berdialek Tegal, Kartika Putri.

Apalagi bentuk tubuh… membuat mata lelaki harus terpaku cukup lama hingga menyadari harus berpindah kebagian lain.

Tapi, hidup saya sebenarnya tidak seindah bentuk fisik tubuh saya. Apalagi berada pada tingkat 8 plus. Saya merasa hampir setiap bagian yang dilalui selalu berada pada gelombang bahkan terkadang badai yang penuh tantangan. Saya terlahir untuk menyaksikan dan merasakan berat dan hebatnya dunia malam.

Oke, saya akan memulai cerita ini. Dari bagaimana saya kemudian ingin tentang kehidupan saya di tulis. Hingga kemudian bersedia di wawancara dan di publikasi.

Pertama ketika saya berkenalan dengan seorang Wartawan yang entah kenapa tertarik mendengar dan ingin menulis tentang saya.

Menurut dia, cerita tersebut akan dimuat pada media massa akan terbit perdana dan juga di publikasi secara online, secara bersambung. Katanya, selain menarik, tulisan ini kemungkinan akan membuka pikiran banyak orang tentang kehidupan dunia malam.

Untuk apa? Saya tidak tahu dan dia pun tidak memberi tahu. Yang jelas dengan caranya berbicara dengan nada tidak merendahkan dan mengalir begitu saja, membuat saya juga entah kenapa? Tanpa malu-malu bercerita.

Saya diwawancara namun lebih tepatnya diajak ngobrol akrab. Dan saya betah berlama-lama dengan Wartawan yang satu ini.

Dan wawancara itu pun dimulai, tepat ketika sebagian besar mungkin meringkuk tidur dibawah selimut. Sekitar pukul 02.30 WIB, malam mulai beranjak menjadi pagi.

Kami berbicara banyak di dalam mobil yang di parkir di pintu Tol keluar Jagorawi – Gunung Putri. Menghadap tepat sebuah pabrik semen terbesar Asia. Indocement Tunggal Prakarsa. Tbk.

Pintu Tol Gunung Putri

Pintu Tol Gunung Putri # Wanita malam part 1

Dia tidak kaget, ketika saya mengaku mengenal hampir setiap detil tentang kehidupan malam. Narkoba, diskotique, dan berbagai hal lain. Yang jelas sebagian besar mengarah pada bahaya. Bertentangan dengan hukum,  norma agama, dan pandangan sosial.

Free sex, demikian orang menyebutnya. Bagi saya, itu adalah acara puncak dari setiap kegiatan malam. Bukan hal aneh  dan sangat biasa saja. Namun kenapa saya sampai tercebur begitu dalam di dunia yang ‘cemar’ menurut sebagian besar orang itu?

Saya akan memulai bercerita.

Saya, awalnya adalah wanita biasa saja. Sama seperti wanita-wanita kebanyakan. Punya cita-cita, hidup dalam lingkungan yang baik-baik, mendapat pendidikan yang juga baik-baik. Saya anak ke dua dari tiga saudara.

Secara ekonomi, kehidupan keluarga saya cukup mapan. Bahkan boleh dikatakan diatas standar sederhana. Walau belum dapat dikatakan kaya. Yang jelas berkecukupan untuk biaya hidup dan mendapat pendidikan yang baik.

Di salah satu bagian kota Kabupten Kepahiang Provinsi Bengkulu – Indonesia, saya dibesar kan hingga remaja. Sekarang saya berani menyebut Kepahiang sebagai Kota, he he he. Soalnya, sejak menjadi Kabupaten, Kota kami mengalami perkembangan cukup pesat. Kata banyak orang, sebagian besar orang elit, pemimpinnya saat ini adalah seorang innovator hebat dan berpengalaman. Juga berani.

Wajar, selain pernah menjadi anggota MPR-RI pak Bupati kami orang yang tidak asing terhadap perkembangan luar. Baik skala nasional maupun internasional. Dia telah mengujungi banyak Negara. Jadi tidak berlebihan jika cara berpikirnya cukup hebat. Kemungkinan telah melihat banyak hal yang hebat-hebat diluar sana.

Ada banyak pembangunan yang membuat saya cukup bangga sebagai masyarakat kepahiang. Yang jelas, beberapa bangunan perkantoran yang terbilang cukup phenomenal berdiri megah di Kepahiang. Saat ini.  Sebagian besar menyerupai gedung-gedung di eropa  dengan ciri khas terdapat pilar-pilar kokoh penyangga bangunan yang juga terlihat kokoh. Belum lagi kubah yang menyerupai kubah gedung Capitol Hill di Washington DC. Menambah keanggunan tersendiri.

Gedung Kantor Pemda Kepahiang kab-kepahiang-prop-bengkulu

Gedung Kantor Pemda Kepahiang

“Hei… kamu qo malah bercerita tentang gedung?”  celutuk Wartawan yang  sedari tadi
mencoret-coret notes yang saya lihat memang sudah terdapat banyak coretan.

Mau dibilang tulisan, hampir setiap bagian yang ada disana tidak mampu saya baca, he he he. Jadi saya menyebutnya coretan. Dan Wartawan itu pun tidak protes.

Saya pun menjadi tahu, selain dokter, ternyata masih ada mahluk yang mempertahankan dan bangga dengan tulisan yang tidak mampu dibaca dengan orang umum. Yaitu Wartawan.

“Lanjut?”

Cuma anggukan kecil sebagai sahutan dari Wartawan yang tergolong cukup menarik membuat saya harus kembali bercerita tentang saya.

Oya, saya lahir dan tumbuh hingga remaja di Kepahiang, kabupaten yang menjadi bagian dari provinsi Bengkulu yang resmi terbentuk tahun 7 Januari 2004 silam. Dan sudah pasti, saya tidak akan menyebutkan lokasi, indentitas, dan semuanya harus tersamar. Bahaya bagi saya, keluarga saya, dan banyak orang yang telah berhubungan dengan saya.

Kita ke bagian inti kenapa saya sampai terjerumus sedemikian dalam di kehidupan dunia malam.

Sejujurnya saya juga heran. Semua berjalan seolah tak terkendali padahal kendali ada pada diri saya sendiri. Menyesal? Jelas. Tapi menurut orang bijak kenapa harus disesali apa yang telah terjadi. Semua ada hikmahnya. Tapi hingga saat ini hikmah tersebut belum saya temui.

“Santai saja, hikmah itu akan didapat saat engkau belajar dari peristiwa tersebut dan menjadi orang yang lebih baik,” ujar Wartawan sok bijaksana menimpali ditengah saya bercerita.

Dan saya masih menjadi bagian dari dunia yang penuh dosa jika harus dikatakan dosa dan pesona ketika tengah berada dalam geliat indahnya cahaya lampu penuh warna dan dentuman musik  yang seolah ikut mengatur gerak denyut jantung kita.

Singkatnya, saat kelas dua SMA saya pernah diperkosa oleh tetangga yang juga merupakan kakak kelas saya. Hal ini saya sembunyikan rapat-rapat karena malu. Termasuk kepada orang tua saya. Kemudian saya berupaya melupakannya.

Hingga akhirnya saya mengenal seorang laki-laki yang waktu itu adalah kakak kelas saya. Kami berpacaran, hingga pada suatu waktu saking akrab dan seringnya bertemu hingga melangkah lebih jauh. Dimana kemudian melakukan perbuatan yang terlarang.

Yang menjadi persoalan, setelah mengetahui bahwa saya sudah tidak suci lagi, sejak saat itu mulai menjauh. Walau sekali-kali kami masih sering bertemu dan bercinta. Namun, hubungan kami telah kehilangan arah. Malah hanya berlandaskan kebutuhan antara lelaki dan perempuan tidak lebih. Secara perlahan saya menyadari itu. Akhirnya putus.

Lalu, dalam kurun waktu tidak begitu lama. Saya mendapat perhatian dari orang yang jauh lebih dewasa dari saya. Sebenarnya saya lebih pantas memanggilnya ‘Om’. Namun saat itu, menurut saya ia mampu memberi kenyamanan yang lebih. Ia seolah pelindung dan mengerti saya. Hingga akhirnya saya tahu, bahwa dia sebenarnya seorang pecandu narkoba.

“Hei… ceritanya jangan begitu,” si Wartawan menyela.

“Memangnya  kenapa?” Tanya saya.

“Kalau seperti itu, ceritanya cepat tamat,”

“Lalu?”

“Yah.. gak asik?”

“Dasar Wartawan… Asik di kamu. Di Saya?”

“He he he.. jangan marah cantik. Kita minum aja dulu,” ujarnya sembari membuka satu botol minuman dan langsung menuangkannya dalam gelas kecil dan langsung menyodorkannya gelas pertama ke saya. Mungkin jika di ukur, isi yang mampu ditampung tidak lebih dari ¼ cangkir biasa.

Aroma wangi dengan nuansa lemon langsung menyergap pernapasan saya. Pasti “CONTRAU” bathin saya.

“Contrau… minuman yang lebih bagus susah nyarinya. Kalo Ubas, banyak,” katanya.

“Ubas?”

“Ya.. Sabu-sabu”

“Jangan ah.. capek begadang terus. Tau sendiri, bawaanya tidak mau tidur”

Satu gelas kecil yang sebenarnya bentuknya lebih mengingatkan saya kepada air zam-zam dari arab oleh-oleh orang pulang dari menunaikan ibadah haji itu langsung saya teguk sekaligus.

wanita malam 1 jangan begitu

wanita malam ilustrasi

He.. he.. iya, cangkir dengan ukuran kecil selalu mengingatkan saya kepada air yang sangat agung begitu pikir saya waktu masih kecil dulu. Untuk dapat menikmatinya kami harus antre. Waktu itu, ketika tetangga kami baru pulang dari Haji. Terus bagimana kami berbondong-bondong menyambut kedatangannya. Lalu disuguhi minuman suci itu. Ya dengan gelas yang sangat kecil seperti ini.

Tenggorokan saya langsung terasa hangat. Pengaruh alcohol mulai terasa. Dan ketika melihat gelas saya kosong, si Wartawan tau dan menuangkan kembali. Yang kemudian langsung saya tenggak lagi. Dia hanya mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah saya.

Lagu milik The Winner berjudul Kesaktianmu mengalun lembut dari sound system mobil Suzuki Ertiga Sporty tahun 2014 yang perangkat audionya kemungkinan besar sudah di modifikasi si Wartawan tersebut.

Karena jelas, jika masih standar, pasti kualitas suaranya tidak bakal sebagus ini. Modulasi bass yang sangat baik dari speaker sub wover memang terasa mampu membuat denyut jangtung kita seolah mengikuti irama music.

Lagu yang berdurasi 3 menit 54 detik itu memang cukup nakal sebenarnya. Menceritakan tentang sebuah ke indahan dosa yang selalu ingin di ulang lagi. Tentunya dengan pacar yang kita cintai.

“Saya sengaja membawa gelas, biar minumnya asik,” celoteh Wartawan sambil menghisap rokok sampoerna mild-nya dalam-dalam.

Mobil kami yang terpakir di pinggir jalan tepat di depan pintu Tol Gunung Putri, memang pilihan yang cukup bagus untuk ngobrol. Sebenarnya, pada hari-hari biasa sering juga digunakan pengemudi lain seperti truck atau lainnya untuk parkir.

Awalnya, dari Cibubur Junction tempat dimana janjian ketemuan, kami berencana untuk mengarah ke Puncak. Namun karena sang Wartawan harus menemui salah satu rekannya, maka diputuslah untuk bertemu di pintu tol ini.

Suasana daerah industri memang sangat terasa di Gunung Putri. Walau waktu sudah merambat dini hari, mobil-mobil besar terlihat sibuk keluar masuk pintu tol. Entah tujuannya kemana…

Saya memperhatikan, dari pintu tol, ruas jalan dibagi tiga, satu mengarah ke Cileungsi, satu mengarah ke Citeurup dan ditengah, sepertinya khusus menuju ke pabrik Indocement.

Sang Wartawan berkata Indocement adalah pabrik semen terbesar di Asia dengan kapasitas produksi semen kurang lebih 11,9 juta ton/tahun keberadaannya telah hampir 40 tahun. Saat melihat saya tengah asik memperhatikan truck besar dengan bagian belakang berbentuk kapsul yang kemungkinan besar mengangkut sement.

“Hei.. gimana dengan kakak kelas kamu yang kurang ajar itu,” suara si Wartawan memecahkan lamunan saya.

“Apa? O iya… soal cerita saya tadi,” mata saya mulai sedikit berat karena pengaruh alcohol. Namun suasana tubuh saya terasa nyaman dan sedikit mengambang. Inilah perbedaan minuman yang tergolong mahal dengan yang agak murah. Perut tidak terasa mual.

Saya juga sebenarnya punya kisah tentang minuman yang murah. Membuat saya pernah terdampar di sebuah hotel yang juga murah di sudut kota Curup kabupaten Rejang Lebong. Masih dalam wilayah Provinsi Bengkulu. Bagi saya, setiap jenis minuman mempunyai kisah tersendiri dalam hidup saya.

“Ok.. kita lanjut,” lanjut saya.

Memang sebenarnya pengaruh alcohol membuat kita teras bebas dan mampu menceritakan hal-hal terberat yang ketika dalam kondisi sadar kemungkinan besar tidak mampu keluar dari mulut kita.

Masih ingat benar, waktu itu sekitar pukul 4 sore. Hari dan tanggalnya saya lupa. Karena sebenarnya ingin benar-benar menghapus memory dalam kehidupan saya yang satu ini. Namun malah momentum yang membuat dada terasa sesak ketika teringat itu, seolah melekat kuat dalam benak saya. Sangat berbeda dengan rumus-rumus kimia yang dipelajari waktu sekolah, datang dan pergi dengan demikian cepat terlupakan.

Bahkan, suara napas, aroma tubuh, bahkan bagian-bagian kecil dari dinding yang menjadi saksi bisu perbuatan, saya sebut saja namanya Arles, kakak kelas yang kejam tanpa belas kasihan telah merenggut kehormatan saya.  Saat ini, setahu saya nasibnya ternyata cukup bagus, menjadi salah satu orang penting di sebuah Partai ternama, di Bengkulu. Bahkan kabar terakhir, ingin mencalonkan diri sebagai DPRD Provinsi Bengkulu perwakilan Kepahiang. Dasar.. bajingan!!!  Tapi secara finansial kemungkinan dia mampu, karena selain politikus dia juga seorang  kontraktor.

Tahu sendiri,  dalam satu tahun anggaran, ketika mampu mengerjakan beberapa paket proyek dengan nilai milyaran rupiah, keuntungannya sudah bisa diperkirakan. Menurut kabar, walaupun tidak pernah terbukti tapi sudah menjadi rahasia umum, setelah di potong fee proyek dan biaya pengaman, biasanya masih mengantongi keuntungan puluhan persen. Yang penting pintar dilapangan.

Memang hebat kan?? Tapi tidak ada yang tahu, bahwa dia adalah seorang yang telah merusak kehidupan seorang wanita. Yang dulu punya cita-cita dan rencana masa depan. Hanya kami. Dia dan aku yang tahu tentang perbuatannya yang terkutuk itu. Karena saya sangat mengutuknya. Rahasia yang membuat hati saya terasa membengkak ketika mengingatnya. Demikian juga sekarang.

Saya melihat ekor mata Wartawan yang duduk bersebelahan di belakang kemudi memandang kesaya. Dia terlihat serius mendengarkan. Saya melihat ada pandangan simpati dibalik wajahnya yang juga sudah mulai memerah karena pengaruh alcohol.

Di Kepahiang atau mungkin di Indonesia saat itu, internet belum begitu memasyarakat. Apalagi semacam facebook atau twiter, sama sekali belum. Untuk tugas sekolah, selain dari guru saat menerangkan dari sekolah sumbernya kebanyakan di cari di buku-buku. Biasanya, di pertpustakaan  tidak begitu lengkap. Apalagi untuk pelajaran sekolah. Kebanyakan malah buku-buku tentang cerita rakyat atau sejenisnya.

Mungkin proyek pengadaan buku Pendidikan waktu itu belum ada seperti sekarang ini, dimana menganggarkan untuk pengadaan buku sekolah saja mencapai miliaran rupiah untuk setiap daerah. Sungguh beruntung siswa jaman sekarang sebenarnya.

Jadi untuk tugas sekolah, waktu itu untuk membuat sebuah rangkuman tentang beberapa materi atau lebih tepatnya rumus-rumus kimia.  Oh.. ya… Kimia pelajaran yang memang kurang saya sukai. Apalagi gurunya memang terkenal cukup killer, kalau seandainya ada pilihan lain, seperti belajar bahasa Jin misalnya, mungkin saya akan memilih yang satu ini. Yang jelas jika bisa, saya ingin menghindar dari yang namanya kimia.

Saya tahu, Arles tempat yang tepat untuk minta bantuan. Dia selain terkenal cukup cerdas juga memiliki koleksi lengkap buku-buku pelajaran. Atau mungkin karena lengkapnya buku pelajaran sehingga membuat dia terlihat cukup cerdas. Atau juga memang karena ada keduanya. Apalagi kami memang tetangaan jadi tidak perlu upaya berat. Tinggal melangkah beberapa langkah, selesai.

Yah.. sekitar jam 4 sore saya sudah berada di teras rumahnya. Namun saat itu rumahnya terlihat sepi. Bahkan ketika diketuk beberapa kali pun tidak ada sahutan. Ah.. nanti habis magrib kembali lagi. Pasti ada. Demikian pikir saya waktu itu. Tapi saat akan membalikkan tubuh, wajah Arles tiba-tiba muncul dari jendela kamarnya, yang memang posisinya berada didepan.

“Sepi… saya kira gak ada orang,” kata saya.

“Memang, cuma saya. Orang tua lagi pergi ke Curup, ada acara keluarga. Saya kebagian tugas jaga rumah,” sahutnya, kemudia langsung menghilang dari jendela dan saya tau di keluar menuju pintu.

Dan memang benar, pintu utama depan langsung terbuka dan dia mempersilahkan saya masuk. Sebagai tetangga kami memang cukup akrab. Termasuk orang tua kami.

Dan biasanya pun, tanpa disuruh saya pasti masuk. Bahkan juga sering langsung ke bagian belakang atau beberapa ruangan lain yang tidak terhitung pribadi seperti kamar-kamar orang tuanya. Kamar Arles pun sebenarnya cukup akrab, karena kami berteman memang sejak masih kecil.

“Pelajaran Kimia Les,”

“Emang kenapa dengan pelajaran Kimia?”

“Ada tugas, bantu,”

“Males, he he..”

“Please,”

“Tunggu, aku mandi dulu. Udah sore,” katanya tanpa menunggu sahutan dari saya langsung ngeloyor ke belakang.

Mata saya melirik ke kamar Arles, yang terbuka sedikit. Sisa-sisa asap rokok masih terlihat. Ah.. ternyata Arles sudah mulai belajar merokok. Entah kenapa, kaki saya melangkah kearah kamarnya dan melongok ke dalam. Dan jantung saya tiba-tiba berhenti berdenyut. Kamar Arles memang dilengkapi televisi dan tape yang dilengkapi dengan DVD Player. Dia memang penyuka music. Kamarnya saja di penuhi beberapa poster penyanyi kesukaannya. Bahkan sering kali hingar-bingarnya music cadas dari kamar Arles terdengar hingga ke rumah.

Mata saya terpaku menatap gambar yang tidak bergerak di televisi Arles. Saya tahu, itu sebuah film yang diputar dari DVD Player, tapi tidak bergerak. Mungkin di pause ketika mendengar ketukan pintu dari saya tadi. Film yang sejujurnya belum pernah saya lihat. Hanya sering mendengar cerita dari teman-teman. Darah saya seolah mengalir tidak tentu arah dan demikian cepatnya.

Arles, mungkin masih di kamar mandi. Cowok yang satu ini memang cukup unik, menurut ibunya. Mandinya lama seperti cewek. Dan yang jelas gemericik bunyi air yang keluar dari kamar mandi menandakan bahwa benar Arles sedang mandi. Mata saya entah kenapa masih berfokus pada suatu titik itu.

Pikiran, sebenarnya ingin untuk tidak melihatnya. Namun entah kenapa, seolah seluruh anggota tubuh menjalanan fungsinya tanpa terkoordinir. Semua berjalan masing-masing. Saya masih terpaku menatap sebuah adegan yang luar biasa menurut saya waktu itu. Misionaris style, belakangan saya tahu untuk posisi seperti itu.

Logika saya mengatakan jangan. Tapi entak kenapa reflek saya malah melakukan hal yang sebaliknya. Dengan sedikit gemetaran kaki saya melangkah ke dalam kamar Arles, melihatnya lebih dekat lagi. Konfrontasi yang luar biasa terjadi di diri saya. Benar, entah mendapat keberanian dari mana, tangan saya malah meraih remote control yang tergeletak begitu saja di lantai. Dan tangan saya menekan salah satu tombol. Dan itu bertulis play. Gambar yang semula diam bergerak kembali. Oght… ternyata gerakan slow motion. Saya makin tercekat dan terpaku.

Hal pertama yang saya lihat dan dalam bentuk film, namun terasa benar-benar nyata melambungkan khayal yang begitu tinggi. Ada benarnya lagu berjudul Kesaktian yang dinyanyikan The Winner. Tikaman yang mungkin membuat lumpuh seluruh tubuh dan tidak berdaya dan rasanya manis sekali.

Saya tercekat dan tak mampu melakukan apa-apa hanya memandang setiap gerakan yang membuat beberapa bagian tubuh saya seolah terjangkit listrik tegangan ribuan voltase. Ada bagian-bagian yang berfungsi sendiri tanpa mendapat perintah dari otak. Ought…
Tiba-tiba terdengar bunyi sesuatu benda jatuh. Dan itu bukan bersumber dari sound DVD player. Tapi dari ruang tamu. Dan kesadaran saya pulih. Cemas langsung menyubungi pikiran saya. Jangan-jangan Arles telah selesai mandi.

Secepat kilat reflek saya berfungsi lagi. Saya melangkah atau lebih tepatnya setengah meloncat keluar dari kamar Arles. Ketahuan bisa berabe. Yang jelas malu besar. Saya tidak mau itu terjadi. Ah… terlambat. Ketika melewati pintu kamar dan baru sebagian badan saya berada diluar mata saya langsung melihat sesosok Arles yang berada tepat di depan saya. Jantung saya berhenti berdetak. Ia hanya hanya mengenakan handuk dan telah selesai mandi.

Saya benar-benar grogi. Seandainya, bumi ini bisa membelah ingin rasanya untuk sementara saya terjun dan bersembunyi didalam perut bumi hingga puluhan kilometer kedalamnya. Apalagi sorot mata aneh Arles menusuk tajam memandang saya. Jelas dia tau, saya telah menonton apa yang dia tonton sebelumnya. Saya benar-benar malu.

Dan beberapa detik kemudian, rasa  yang amat sangat itu berubah menjadi terkejut. Tangan Arles tiba-tiba mendorong tubuh saya kembali kedalam kamarnya. Oh.. tuhan.. ada apalagi ini. Kali ini, seluruh bagian dari satu-kesatuan diri saya benar-benar tidak terkendali. Bahkan saya tidak mampu berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya.

Namun reflek saya masih berfungsi untuk menghindar dan bahkan meronta ketika kedua tangan Arles semakin mendorong tubuh saya ke dalam kamarnya. Dan Arles ternyata lebih kuat. Sorot mata Arles semakin aneh dan tidak seperti biasanya. Napasnya memburu, dan dia mulai sedikit brutal. Perlahan kesadaran saya menyatakan bahaya mengancam. Arles akan memaksakan kehendaknya pada saya.

“Jangan,” kata saya setengah berteriak. Tapi Arles seolah tidak peduli. Bahkan dia beraksi mengunci pintu. Dan kuncinya dilempar ke sembarang tempat. Saya sendiri tidak begitu sempat memperhatikan kemana kunci tersebut. Saya terlalu sibuk dengan terjangan rasa takut yang luar biasa.

Arles seolah telah berubah menjadi seekor srigala yang mengerikan.  Dia terlihat akan mencabik-cabik setiap bagian tubuhku.

Secepat kilat dia menyetel player yang kemudian terdengar suara music dengan volume tinggi. Suara Aerosmith membahana menenggelamkan teriakan saya. Saya ingat benar, lagu berjudul Crazy durasi dengan suara khas Aerosmith  5.14 menit itu ikut mengantarkan saya kedalam lembah terjal penuh batu cadas yang kemudian membuat setiap lembar hidup saya semakin suram.

Tenaga wanita saya memang tidak mampu mengalahkan kegilaan Arles. Dia bergerak cepat dan membuat saya tidak mampu berbuat apa-apa. Usaha terakhir saya hanya mampu menggeliat, lalu…….

#bersambung

Blogger dan SEO Expert di Garuda Website. Sebuah perusahaan Web Developer di Jakarta Indonesia

Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Cerbung

Wanita Malam part 3 # Margarita dan si Mbak

Published

on

Wanita Malam part 3 # Margarita dan si Mbak

INTRO : Jum’at, 18 September 2015, ini hari selanjutnya pertemuan saya dengan sang Wartawan. Setelah pertemuan sebelumnya. Sejauh ini saya sendiri masih heran, tentang alasan dan motivasi cerita ini di tulis. Yang jelas mengalir begitu saja.

Dalam janji, sang Wartawan menunggu di stasiun Gambir, sekitar jam 11.00 WIB siang. Namun saya sangat terlambat karena terjebak macet. Akhirnya, mungkin karena bosan menunggu, dia meminta saya menyusul ke Malioboro Spa & Hotel. Saya pun meng iya kan. Tempat itu tidak begitu jauh dari rencana awal.

Sejujurnya saya bukan mengeluh menghadapi kemacetan kota Jakarta. Karena memang kesehariannya begitu. Namun persoalannya, jam sudah telah menunjukkan pukul 11.56 WIB. Hmm.. pasti si Wartawan kurus itu kesal.

Untuk sedikit mengobati hatinya, saya upload photo-photo dimana saya terjebak macet parah ke beberapa akun media sosial. Tweeter, Facebook, Instagram, hingga BBM. Saya yakin, dari salah satu media sosial tersebut dia online. Karena memang seluruh akun saya terkoneksi dengannya.

Sambil melihat mobil-mobil yang berdesakan, pandangan saya sesekali menatap layar LCD Handphone. Berharap ada respon atau apalah. Namun ternyata tidak…

Thanks to Nano Suratno, sorry gak bisa mampir ke Kota, Hehe.. dan terimakasih juga untuk saran si Kelelawar, Ngaco!!, suruh turun dari mobil trus jalan kaki (grrrgh).

Benar saja, sesampai di Malioboro Spa & Hotel sang Wartawan telah memasang wajah yang kurang mengenakkan.

“Kemana saja sich,” terdengar suaranya ketus.

“Macet,” jawab saya.

“Lah… Dari dulu juga macet,”

“He he… sorry,”

“Ok.. kita akan lama di sini,”

——————————————————————————————– //

Wanita Malam part 3 # Margarita dan si Mbak

Wanita Malam part 3 | Jalan Gajah Mada

Wanita Malam part 3 » Orang bijak mengatakan, jika ada hanya dua manusia dewasa berlainan jenis ‘bukan muhrim’ maka ketiganya pasti ada setan.

Nah bagaimana dengan kami saat ini, sudah lebih separoh dari malam dihabiskan hanya berdua. Mungkinkah secara diam-diam ‘setan’ sudah gentayangan disekitar kami?

Mungkin ada benarnya… Yang jelas  menurut saya, faktor terpenting yang mendominasi adalah naluri alami manusia itu sendiri. Sex atau sentuhan-sentuhan sesama manusia memang menjadi kebutuhan dasar jiwa manusia. Atau juga bisa disebut sebagai kebutuhan fisiologis.

Sama dengan keinginan manusia untuk diakui keberadaanya. Termasuk pujian juga merupakan kebutuhan dasar manusia.

Yang jelas  menurut saya, faktor terpenting yang mendominasi adalah naluri alami manusia itu sendiri. Sex atau sentuhan-sentuhan sesama manusia memang menjadi kebutuhan dasar jiwa manusia. Atau juga bisa disebut sebagai kebutuhan fisiologis. Sama dengan keinginan manusia untuk diakui keberadaanya. Termasuk pujian juga merupakan kebutuhan dasar manusia.

Potensi kebutuhan itu akan semakin terpicu dan mendesak ketika hal itu terpikirkan. Ia akan semakin kuat dan memaksa untuk dipenuhi.

“Masih betah disini?” suara si Wartawan terdengar mengalahkan suara musik. Tepat di sisi saya… bahkan aroma alcohol bernuansa lemon dari jenis Cointreau  tercium dan berhembus hangat disekitar leher saya.

Ruangan karaoke ini sebenarnya cukup luas untuk kami berdua saja. Selain perangkat sound system dengan layar LCD 32 Inch, juga dilengkapi sofa yang kapasitasnya bisa sekitar 5 orang lebih.

Kalau dipikir-pikir, luas juga tempat setan nya, ya.. Soalnya, kami berdua sebenarnya hanya mengambil tempat untuk jatah satu orang. Kami duduk dalam posisi cukup rapat apalagi jika dibanding dengan luasnya tempat.

Ada tiga alasan kenapa kami duduk begitu rapat, mungkin. Pertama kalau berjauhan, kami tidak bisa sambil ngobrol. Lagian tidak asikkan ngobrol harus teriak-teriak untuk mengalahkan bunyi sound system. Kedua, soal adanya pihak ketiga yang diatas namakan setan tadi. Ketiga soal kebutuhan dasar manusia.

Menurut saya, kebutuhan dasar manusia cenderung lebih dominan berperan. Jika perlu setan yang berada disekitar di usir saja. He…

Ngobrol? Itu adalah bagian dari kebutuhan dasar manusia.

Ketika kita ngobrol apalagi di dengar, ada sebuah kebutuhan yang terpenuhi. Mencurahkan isi hati, sebenarnya sangat diperlukan. Termasuk orang seperti kami, wanita malam yang oleh banyak orang dinilai salah.

Mungkin, Ini pula salah satu alasan kenapa cerita tentang saya, ingin ditulis dan mau diwawancara oleh si wartawan ini.

Seandainya semua orang tau dan menyadari bahwa setiap orang ingin dihargai, ingin diakui, dan ingin didengar. Termasuk orang seperti saya, atau pegawai kecil, petugas parkir, pengemis, bahkan orang-orang yang dianggap bodoh sekali pun. Maka damai lah dunia.

“Gimana?”

Suara si wartawan kembali terdengar, saat ini semakin dekat bahkan dengan berbisik pun saya dapat mendengar ucapannya. Jika dilihat dari posisi duduk, sebenarnya kami sudah setengah berpelukan. Hanya saja tidak saling berhadapan.

Jika sudah saling berhadapan, berarti hanya tinggal selangkah lagi menuju kebutuhan dasar manusia yang lain. Yaitu seks.

Saya tahu, kedekatan kami saat ini bukan bagian dari rencana atau direncanakan. Ini adalah reflek. Demikian juga arah pikiran.. yang semakin cenderung mengarah kesana. Dan secara perlahan biasanya menuntut pemenuhan.

Saya tidak tahu apa yang tengah dipikirkan si wartawan. Tapi saya yakin, dengan bergulirnya proses waktu kemungkinan akan mengarah pada seks. Wartawan juga manusia, ia juga mempunyai naluri dan kebutuhan dasar itu.

Belum sempat saya menjawab, pintu ruangan kami diketuk. Lalu pintu terbuka, wajah petugas karaoke langsung terlihat. Ditangan nya segelas minuman yang terlihat telah bercampur dengan es, langsung disodorkan dengan si wartawan.

Kami langsung tahu dari petugas karaoke, minuman itu dari seorang pejabat daerah yang berada disamping ruangan kami. Dan saya juga jadi tahu, kenapa si Wartawan memilih menunggu saya di Malioboro. Ternyata, sang Wartawan juga punya janji dengan pejabat tersebut.

“Tadi mereka menawarkan kita bergabung di room yang sama. Tapi saya memilih terpisah. Supaya kita bisa lebih bebas bercerita,” ujar Wartawan.

Ah… pejabar, kontraktor, politikus, wartawan, aktifis, walau tidak semua , memang  sangat dekat dengan dunia seperti ini. Dan saya pun merasa cukup mengenal cara hidup mereka.

Kesuksesan dan duit,  memang membuka peluang untuk membayar mahal indahnya dunia malam. Dunia dimana segala sesuatunya dipenuhi dengan berbagai kebutuhan dasar manusia kendati semu. Sex dan fantasi petualangan yang tidak mungkin didapat di rumah.

Kedekatan saya dengan mereka membuat terkadang seolah mata saya ada diruang sidang Paripurna atau diruang-ruang tender mega proyek. Yang membuat saya tahu bagaimana sebuah kekuatan politik mampu mengalahkan tajamnya hukum.

Harus begitu… demikian dikatakan salah seorang politikus. Sebab, aturan dan produk hukum pada dasarnya diciptakan oleh orang-orang politik. Jabatan tertinggi sebuah Negara pun dikuasai oleh politik. Politik pula yang mampu menerobos benteng-benteng yang dibuat oleh kaum birokrat. Bahkan, birokrat yang telah mencapai karier tertinggi pun sebagain besar lari kedunia politik.

Lalu kenapa sebagian dari orang politik terlihat seolah jadi pecundang kaum birokrat? Karena dapat dipastikan ia tidak paham dengan politik. Tidak paham dengan system kerja kekuatan politik itu sendiri. Karena politik adalah pemahaman tentang kekuatan pengaruh dari cara berpikir. Semakin tinggi daya jangkau pikiran seseorang, maka semakin kuat potensinya untuk mempengaruhi orang lain.

Sehingga tidak heran, satu orang politik mampu menggerakkan separuh atau lebih massa dari suatu wilayah untuk kepentingannya. Dan banyak pula orang politik yang mengaku bukan orang politik, tapi kekuatan pengaruhnya mampu mendominasi orang-orang yang terlihat sebagai orang politik.

Jujur saya malas berpikir tentang politik, cenderung serius dan njilimet. Apalagi akhir-akhir ini, sebagian besar masyarakat Indonesia seolah terbawa arus politik. Setiap hari, setiap saat, pembicaraan bernuansa politik selalu terjadi.

Bahkan, di media sosial pun, politik menjadi pembahasan yang tidak ada henti-hentinya. Ach… jadi inget temen-temen FB saya yang suka berbicara politik, hehe.. Ujung-ujungnya, ya adu argument. Dan semua mempunyai alasan pembenaran.

Saat seperti ini, jelas berpikir tentang politik bukanlah hal yang tepat.

Apalagi dengan kondisi saat ini, pengaruh suasana dan alkohol membuat ingin rilex dan mendapat sentuhan-sentuhan lebih dari orang yang disukai. Tapi perlu diketahui, orang-orang politik sebagian besar akan dikalahkan oleh sentuhan kelembutan. Dan itu ada di wanita.

Tidak jarang diktator dan politik ulung akan terlihat seperti balita yang merengek-rengek dihadapan orang-orang seperti kami. Sipat kekanakan dan keluguannya sebagai manusia akan terlihat. Dan tidak lebih dari orang biasa ketika atribut dan pakaiannya telah berserakan dilantai. Bahkan terkadang terlihat lucu, karena beberapa diantaranya gendut-gendut. He he….

Ah… betapa senangnya ia ketika diakui sebagai orang hebat. Bahkan akan terlihat lebih bangga diakui kehebatannya  diranjang dibanding ketika dikatakan hebat sebagai orang politik dengan prestasi pencapaianya.

“Mau?” si Wartawan menyodorkan minuman pemberian pejabat yang sedang asik dengan acaranya di ruangan samping kami.

Ini spesial, Margarita. Cukup enak, apalagi aromanya, lanjut si Wartawan.

“Margarita?”

“Ya,” jawab si Wartawan.

“Siapa yang bikin?”

“Gak tau. Jangan cerewat. Minum saja, he he.. he..”

“Saya suka Margarita,”

“Sama”

Aha… lemon lagi. Aroma yang paling saya suka. Dan rasanya sangat enak. Pasti yang meraciknya sang ahli.

Saya jadi ingat kota kecil Curup, Kabupaten Rejang Lebong – Bengkulu. Tempat dimana masa remaja dihabiskan. Disana kami suka membuat margarita sendiri. Memang tidak sesempurna ini rasanya, tapi lumayanlah.

Di Curup, hanya ada satu yang mengerti dan bisa membuat kombinasi minuman Margarita. Itu pun ia dapat pengalaman ketika masih jadi bartender ketika masih di Jakarta. Ia tinggal di bilangan dwi tunggal salah satu sudut kota Curup.

Saya jadi terkenang, dengan saya sebut saja mbak. Wanita yang cukup keras dengan sorot mata yang tajam. Ia adalah single parent (kurang keren kalau janda, hehe). Ia pernah kerja sebagai bartender di Jakarta. Dan dari sanalah ia mengenal Margarita. Dan kami pernah minum bersama dirumahnya.

Menurut saya, ia pejuang. Ia membesarkan anak-anaknya sendiri. Penuh tantangan dan pengorbanan. Walau sebagian orang menganggapnya salah, ketika mengambil sisi-sisi kehidupan yang berhubungan dengan dunia malam.

Tapi saya yakin, ia pahlawan dimata anak-anaknya yang saat ini bahkan telah mengapai cita-citanya. Yang jelas ia adalah wanita tangguh dimata saya. Terkadang saya tahu, air mata sering menetes ditengah keceriaannya.. Ia tidak pernah mengeluh. Apalagi mengutuk hidup. Menurut dia, hidup harus terus berlanjut. Ia dedikasikan hidupnya untuk orang-orang yang dicintainya. Dan disanalah nikmat kehidupanya.

Walau dia tidak peduli dengan kehidupannya sendiri. Terombang-ambing oleh pusaran dunia malam.

Margarita, menurut si Mbak, adalah koktail yang terdiri dari tequila atau bisa juga Cointreau, Patron Citrónge, Curacao biru,  dicampur dengan Triple Sec dan jeruk limau atau jus jeruk, biasanya disajikan dengan garam pada pinggiran gelasnya. Ini adalah koktail tequila berbasis paling umum di Amerika Serikat. Minuman ini disajikan dengan dikocok bersama es, (Frozen Margarita), atau tanpa es (Straight up).

Standar pembuatan Margarita menurut daftar resmi koktail IBA adalah 07:04:03. Dimana Margarita harus mengandung sekitar 50% tequila, 29% Triple Sec, 21% air jeruk nipis atau lemon segar.

“Osa… kamu pasti suka yang ini,” demikian suatu ketika si Mbak menawarkan racikan Margaritanya.

Margarita yang dibuat dengan pemanis tambahan, menurut si Mbak, Margarita dapat dicampur pemanis seperti sirup gula sederhana atau polos. Bisa juga dengan air jeruk nipis botol atau campuran asam (masing-masing berisi gula). Margarita juga dapat dibuat dengan mencampurkan atau dicampur dengan buah-buahan seperti jeruk nipis, lemon, ceri, raspberry, stroberi, semangka, mangga, jeruk, atau blueberry.

Rasanya?…, membuat saya lupa berapa teguk atau gelas yang saya minum. Yang jelas, saya waktu itu terpaksa bermalam di rumah si Mbak alias mabuk berat.

Suatu saat, demikian si Mbak pernah berjanji, jika punya duit lebih, kita akan racik dengan rasa Liqueur. Tapi saat ini kami jarang ketemu lagi, ia sibuk dengan kehidupanya, dan saya mengikut mozaik yang entah akan mempertemukan saya dengan siapa dan dimana.

“Kamu mabuk?” si Wartawan bertanya.

“Sedikit.”

“He.. he… memang sudah banyak minum,”

“Ini Margarita gimana?,”

“Jangan saya sendiri, kamu bantu minum.”

Si Wartawan dari tadi sudah terlihat tidak berminat untuk menyanyi setelah tiga lagu pertama. Wonderful tonightnya Eric Clapton , Sailing lagu nya Rod Stewart, terus yang terakhir lagu Pelangi di Matamu milik Jamrud. Saya hanya satu lagu, itu pun  tidak selesai. Ku Cari Jalan Terbaik versi rilis ulang Yuni Shara. Sisanya kami hanya menikmati musik.

Entah kenapa saya ingin bersandar. Dan si Wartawan tidak terlihat keberatan bahunya menjadi penopang.

“Saya capek,” kata itu keluar begitu saja dari mulut saya.

“Why?” Tanya si Wartawan dengan mata seolah ingin melihat jauh kedalam relung hati saya.

“Hidup saya terlalu berat,”

“Ah.. seluruh hidup kita ini semua berat. Tergantung versi dan bagaimana kita menjalaninya,”

“Kamu enak.. jadi Wartawan. Saya??”

“Jadi Wartawan juga bukan pekerjaan gampang,”

“Terkadang saya ingin hidup seperti kebanyakan wanita lain. Tanpa perjuangan, dicintai seorang lelaki dengan tulus tanpa syarat. Di persembahkan berbagai hal yang saya impikan,”

“Suatu saat. Yakinlah..”

“Bisa apa??”

“Don’t worry, tuhan bukan milik satu orang, atau satu Negara, atau satu golongan, atau suatu kaum. Tuhan milik semua orang. Termasuk milik kamu, saya, presiden, Gubernur, orang baik-baik atau penjahat sekalipun. Dan dia akan memberikan apa yang benar-benar diinginkan mahluknya. Tapi harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Karena tuhan akan mendengar setiap do’a mahluknya. Seperti ustad ya… kotbah ditengah malam, he.. he..,”

Tuhan itu maha adil, demikian menurut si Wartawan. Jika tidak percaya akan keadilan  terhadap hukum alam maka berarti kita tidak percaya adanya tuhan.

“Saya ingin di peluk,”  kata itu terlontar dari mulut saya dan jujur itu dari hati.

Sekali lagi saya katakan, dipeluk adalah sebuah kebutuhan dasar manusia yang sering kali tidak disadari. Dipeluk adalah sebuah hubungan interaksi manusia yang membuat seorang wanita nyaman dan di lindungi.

Ada satu hal yang sangat saya ketahui. Dalam kondisi pengaruh alkohol, manusia sering kali lebih jujur dan berbicara polos. Biasanya, kita tidak akan mampu untuk berpolitik dalam menyampaikan keinginan. Lebih sering  dengan kata-kata apa adanya. Termasuk ketika kita membenci seseorang maka secara otomatis akan terlontar begitu saja. Emosi akan meluap dengan bebas tanpa kontrol penuh.

Ketika saya ingin dipeluk maka hal itu pun akan terucap begitu saja. Soal siapa si Wartawan bukan persoalan. Munkin bukan pengaruh pihak ketiga si setan tadi. Tapi naluri keinginan yang terucap dalam kondisi separuh dari kesadaran terendam oleh alkohol.

Tidak terlalu susah bagi si Wartawan untuk menjangkau dan merengkuh seluruh tubuh saya dalam pelukannya. Dan memang dari tadi kami duduknya cukup rapat. Saya tenggelam dalam sebuah kehangatan yang memicu syaraf-syaraf mengendor dan itu lah yang membuat terasa nyaman itu.

“Masih ingin bercerita?” si Wartawan mempererat rengkuhannya.

“Belum,”

“Trus?,”

“Tolong perlakukan saya seperti pacar atau orang yang kamu sayangi. Please..,” Si Wartawan diam.

“Malam ini saja. Atau saya akan sedih..,”

Sebenarnya saya sudah terbiasa sedih. Sedih teramat sangat ketika menghitung duit di pagi hari sendiri di kamar hotel setelah melayani laki-laki dimalam harinya. Atau sedih ketika mengingat sudah seberapa jauh menghilangnya harapan untuk dicintai laki-laki yang dicintai. Ought… kak Riky, dimana kamu kini. I miss you…

Tapi saya berharap malam ini saya tidak sedih. Walau saya sendiri tidak tahu kenapa saya harus bersedih.

“Maaf.. kamu keberatan ya?” Tanya saya.

Si Wartawan masih diam.

Hanya tangannya menyibak helai-helai rambuk yang menjuntai diwajah saya. Ia tidak bicara. Tapi matanya terlihat meneduhkan. Ternyata dia tidak pelit dengan rasa sayang.

“Kamu masih mencitai Riky mu itu ya??” Si Wartawan bertanya.

“Tidak mungkin,”

“Kenapa?”

“Ia tidak mungkin bisa jadi milik saya,”

“Setelah Riky?”

“Om Jay,”

Oh.. ya.. Om Jay sebenarnya bukan bernama Jay seperti saya sering memanggilnya. Sorry saya tidak akan menyebut nama asli dan dimana dia tinggal dan bekerja. Ia sosok pengusaha sukses di kota Bengkulu. Tapi sebenarnya ia kelahiran Kepahiang. Ada beberapa usaha yang ia jalankan. Mulai dari penyediaan material bangunan hingga ke pelaksanaan proyek. Beberapa orang hebat baik dari dunia birokrasi, aparat,  maupun politik banyak yang dekat denganya.

Ini pula yang membuat saya banyak kenal dengan orang-orang hebat. Walau agak sedikit dirahasiakan, saya sering ikut dalam pertemuan-pertemuan mereka. Tapi rata-rata di Jakarta. Soalnya menurut Om Jay di sana lebih bebas untuk bicara dan mengatur berbagai kepentingan bisnis.

Berbicara disini menurut saya, Om Jay melakukan lobi-lobi dan sisanya service plus. Malah kalau dinilai, proses lobi terkadang hanya memakan waktu tidak lebih dari lima menit. Duduk memesan Black Coffee atau Espresso di lobi hotel.

Ini pula yang kemudian membuat saya terbiasa ngopi dan menjadi pengopi berat. Tapi saya sesekali juga suka memesan Café latte atau cappuccino. Kadang yang manis-manis seperti Café Mocha atau Chocolate. Om Jay selalu Espresso.

Terus ngobrol basa-basi sebentar, setelah itu langsung ke inti. Biasanya, yang dibicarakan nilai proyek, lokasi, waktu tender, dan system pengamanan. Terus soal fee keuntungan. Dan biasanya lagi, langsung deal. Karena Om Jay adalah orang yang tidak pernah bermasalah dengan duit. Ia terlihat mempunyai sumber duit dari mana-mana.

Saya jadi tahu, orang kaya cenderung jadi semakin tambah kaya. Kenapa? Sumber duit dan modal lebih sering ditawar kepada orang-orang kaya. Termasuk Bank, yang berupaya agar bisa memberi pinjaman kepada orang seperti  Om Jay.

Setelah itu, langsung menginjak ke acara entertainment atau hiburan. Jika sudah di Jakarta pilihan untuk itu sangat banyak. Om Jay sering kali mengajak saya menginap di hotel Oasis Amir di bilangan Senen Raya. Hotel bintang-4 yang memiliki sekitar 250 kamar itu sering kali menjadi tempat pertemuan-pertemuan kami.

Om Jay adalah panggilan special saya padanya. Sebenarnya, Jay berasal dari Giant tokoh film kartun Doraemon. Anak nakal yang suka menjahili Nobita Cs. Apa hubungan Giant dengan om Jay? Tidak ada, hanya suka-suka saja.

“Sekarang Om Jay mu itu dimana?” si Wartawan bertanya.

“Eit… jiwa investigasi nya jalan terus,”

“He.. he…,”

“Boleh tahu?”

“Takut ngasih tahu kamu. Nanti kamu tulis. Om Jay walau hebat dan kaya tapi ia Sekretaris Jendral PSTI-I,”

“PSTI-I itu apa?” Si Wartawan masih dengan nada menyelidik.

“Om Jay itu Sekjend. Persatuan Suami Takut Istri – Indonesia, he.. he..’”

“Ha… ha.. ha..,”

Entah mengapa tangan saya tiba-tiba mempererat pelukan, menengadah, dan berupaya berada lebih dekat lagi. Si Wartawan berupaya merunduk, hangat napasnya menerpa wajah saya. Sedetik kemudian bibirnya mendarat di kening saya.

Ciuman kasih sayang.

Oh.. my god, si Wartawan meluluskan permintaan saya untuk diperlakukan sebagai pacar atau orang yang disayanginya. Yah… kendati saya sudah sering berhadapan dengan lelaki, sering kali tanpa dasari rasa kasih.

Berbeda dengan malam ini, rasanya lebih dari cukup. Karena rasa itu sebenarnya termasuk langka bagi saya.

Saya tidak bicara hanya memejamkan mata ketika ciuman itu merambat sedikit turun dimata saya. Geletar hebat dan jantung saya sontak berdegub kencang. Rasa yang luar biasa menyelebungi setiap helai jaringan syaraf dan mengencangkan aliran darah yang terasa memenuhi setiap pembuluh yang menjadi saluran peredarannya.

Tiga faktor untuk melangkah ke pemenuhan kebutuhan dasar manusia sudah ada. Pertama, dua manusia dewasa berlainan jenis dan setan pun seharusnya sudah pergi jauh. Kedua, suasana remang dan waktu yang sudah merambat melampaui puncaknya malam. Ketiga pengaruh alkohol yang membuat manusia menjadi apa adanya dimana akan jujur ketika berkeinginan.

Dan sebagai manusia dewasa di kondisi seperti ini, saya menginginkan itu.

Dan si Wartawan adalah manusia biasa di depan seorang wanita, sekali lagi saya katakan, saya cantik dan menarik, mempunyai aura seorang wanita dengan bentuk tubuh yang indah.

Malam ini, sebenarnya sudah terlalu panjang waktu berlalu sebagai proses untuk melangkah ke hal-hal yang lebih. Apalagi bagi orang seperti saya. Wanita malam.

Tapi jujur ini berbeda, saya merasakan tahapannya seolah saya baru terlahir kembali dan baru mengenal sentuhan seorang lelaki. Adrenalin saya berpacu mengikuti gerakan lembut yang dilakukan si Wartawan memenelusuri lengan saya dengan jarinya. Namun seolah kekuatannya melebih deburan ombak di sore hari. Kencang dan ganas.

“Jangan di sini,” ucap saya.

Si Wartawan tahu dan tidak perlu dibahas, kami sepakat.

Menurut si Wartawan, Malioboro Hotel & Spa adalah hotel sekelas bintang 3 sekaligus tempat pijat kesehatan Spa & Shiatsu. Bukan sembarang SPA, SPA Malioboro yang berada di lantai dasar juga menyediakan layanan plus-plus, antara lain tarian striptease baik di bar atau di kolam renang (whirlpool) yang dilaksanakan setiap malam mulai jam 21.00 WIB, body massage, mandi kucing dan 3 some or many some.

“Tergantung seberapa kuat uang yang dibawa pengunjung,” ujar Wartawan.

Kami beranjak. Si Wartawan kembali menyempatkan ciumannya di kening saya. Dilubuk hati saya yang terdalam berucap terimakasih.

bersambung…

Wanita Malam part 3 adalah sebuah cerita fiktif jika ada nama, tempat, suasana yang sama itu agar ceritanya asik saja.
Continue Reading

Cerbung

Wanita Malam Part 2 : I Feel is alright

Published

on

Wanita Malam Part 2

Sekali lagi saya katakan, saya adalah wanita malam. Dan pastinya juga ada pria malam. Karena tuhan menciptakan mahluknya berpasang-pasangan.

Ada wanita, ada pria, ada kiri, ada kanan, ada siang dan ada juga malam. Ada baik pasti ada juga tidak baik. Biar seimbang, mungkin begitu maksud tuhan.

Jadi saya sering berpikir, kenapa sering kali yang merasa baik ingin menghakimi yang tidak baik dan merasa mereka punya kuasa untuk itu. Bahkan ingin mengikis habis hal-hal yang tidak baik. Apa malah jadi tidak seimbang dunia ini nantinya.

Ah… maaf, saya seolah membela hal-hal yang tidak baik. Mungkin saya berpendapat begitu karena saya melihat dari sudut pandang orang-orang yang tidak baik.

Tapi satu yang saya sangat yakini; manusia tidak akan mampu menilai dan merasakan sesuatu itu indah atau baik tanpa ada sesuatu yang tidak baik atau buruk.

***

Ada sedikit perubahan rencana. Jika awalnya wawancara atau ngobrol hanya dilakukan di depan gedung kantor Pemda Kepahiang, namun lama-lama terasa bosan juga. Selain kenderaan yang lalu lalang dan kilauan lampu mobil, tidak ada hal lain yang bisa dinikmati. Pengaruh alkohol menuntut sesuatu yang lebih. Lampu blitz disko misalnya, he… he..

Jarum jam terus merangkak. Hampir mendekati angka tiga. Sang wartawan tahu dengan kegelisahan yang menunjukkan kebosanan saya yang hanya duduk dan bercerita di dalam mobil. Ide muncul, dan saya menyetujuinya.

Ada beberapa pilihan yang sebenarnya bisa kami kunjungi. Sesuai rencana awal menuju puncak, sebenarnya terdapat beberapa tempat hiburan malam berbentuk café atau sebenarnya lebih berbentuk warung remang-remang. Atau bisa juga mengarah ke Bogor. Beberapa tempat menjanjikan sisi lain dari kota hujan itu. Lumayan lah untuk menghilangkan kangen suasana diskotique.

Tapi kami sepakat mengarahkan mobil meluncur menuju Jakarta. Disana menunggu beberapa tempat karaoke sampai pagi. Bisa lebih santai dan volume music bisa diatur sendiri. Karena ketika di booking, room itu menjadi milik kita untuk sementara. Jadi masih bisa sambil ngobrol maksudnya. Kalau di café atau diskotique jelas tidak bisa. Malah, bisa-bisa ‘on’ semalam suntuk.

Tau dengan istilah ‘on’? Mungkin bagi masyarkat yang baik-baik, tidak tahu itu. Tapi bagi kami, itu adalah moment yang sungguh mengenakkan. Saking enaknya, kendati sudah tahu itu dilarang, berimbas buruk terhadap diri sendiri, bahkan dapat berakibat fatal pada kematian ketika over dosis dan itu sering terjadi. ‘On’ seolah tidak bisa dilepas begitu saja. Setiap ada kesempatan tak mampu untuk ditolak. Malah sering kali dicari. Walau, harus dibayar dengan harga mahal sekalipun.

“On” adalah kondisi ketika kita mabuk setelah menelan inex atau ecstasy. Tau dengan Inex atau ecstasy? Ah.. sudah lah jika itu pun tidak tahu. Yang pasti barang memabukkan dan dilarang oleh pemerintah. Namun anehnya tetap beredar dan tidak susah dicari.

“On” juga banyak yang menyebutnya triping.

Jujur, saya sendiri takjub dengan pencipta pil ecstasy. Entah ide nya untuk apa? Yang jelas efek yang didapat sangat-sangat luar biasa dan membuat orang kencanduan termasuk saya.

Pertama, setelah beberapa menit awal kita menelan ecstasy, kaki mulai terasa dingin dan merayap hingga ke sekujur tubuh. Lalu setiap bagian tubuh merasakan sensasi yang terasa nikmat apalagi ketika dibawa bergerak mengikuti irama music. Jika tidak ada music? Bisa mati. Gak percaya coba saja!!!

_________

Lagu patah hati yang lirih, membayangkan seorang gadis lain didalam mobil pacarnya. Hatin On The Club. Suara khas penyanyi cantik berkulit hitam, Rihana, memenuhi setiap ruang mobil. Dentuman bass R&B dari subwoofer yang menghentak, mengiri perjalanan menuju Curup. Tidak banyak hal yang kami bicara. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ada sesuatu yang bisa dirasakan ketika dalam perjalan malam menuju Jakarta. Bogor – Jakarta terasa sangat dekat. Jika saat normal siang, waktu tempuh sampai 1 – 2 jam. Maka malam hanya dilalui beberapa puluh menit.

Kota Jakarta sendiri, terasa begitu kecil. Dari satu sudut menuju sudut lain, dapat dicapai hanya dalam beberapa menit.

“Lalu apa yang terjadi setelah itu? “ Sang wartwan memecah kediaman kami.

“Soal apa?” jawab saya sekenanya.

“Soal peristiwa kamu di kamar Arles.”

“Yah.. terjadilah,”

“Maksudnya?”

“Saya di perkosa.”

“Segampang itu?”

“What??”

Tidak ada yang gampang. Saya berjuang mati-matian melawan kekuatan Arles. Namun semakin kuat saya meronta malah membuat lelaki itu semakin kesetanan. Napasnya yang memburu memekakkan gendang telinga saya.. seolah berupaya mengalahkan teriakan serak Aerosmith dari speaker. Saya mengutuk automatis tubuh yang bekerja saat itu. Cairan yang muncul secara otomasi sehingga memperlancar proses kerja Arles yang jahanam itu. Dan saya hanya memejamkan mata dengan tangisan yang tidak dipedulikannya.

“Maaf… apa pertanyaan saya menyinggung kamu?,”

Sejurus kemudia tangan sang wartawan langsung menyambar sehelai tissue di dashboard mobil dan langsung menyeka setetes air mata yang tidak terasa jatuh dari mata saya.

“I feel is alright.. Tapi kamu kembali membuka luka saya,”

Ingin dipeluk. Itu yang saya rasakan sekarang. Yah… saya heran, dan banyak wanita juga merasakan itu. Ketika hatinya galau, merasa ingin dipeluk. Entah, ada semacam zat kimia bereaksi ditubuh wanita yang membuat nyaman ketika mendapat pelukan hangat dari lelaki. Ada rasa aman dan dilingdungi.

Namun hal itu tidak mungkin saya dapat dari sang wartawan. Selain saya hanya sebagai narasumber untuk tulisannya, dia juga sedang sibuk memegang kendali mobil.

Atau jika kami ingin berakhir kebawah jembatan Semanggi yang dibawahnya tidak ada sungai sama sekali, maka lakukanlah acara yang selalu mengingatkan saya pada teletubies, “berpelukan itu..” hehehe…

Ah.. melalui jembatan Semanggi memang tidak seperti jembatan di kampung saya. Jembatan di kampung, melintasi deras nya sungai musi. Dan Jembatan Semanggi adalah suatu flyover yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Jembatan ini disebut Jembatan Semanggi karena dibangun di kawasan Karet Semanggi, Setiabudi, akan tetapi banyak juga yang mengatakan karena bentuknya yang seperti daun Semanggi maka istilah Jembatan Semanggi digunakan. Ah.. terserah lah..

Kami kembali diam..

Memasuki jalan Jend Sudirman, dari celah kaca pintu mobil yang sengaja dibuka udara terasa cukup lebih dingin. Setidaknya jika dibandingkan saat siang, pasti di sini rasanya kaya di gurun Arab sana.

Benar atau tidak, menurut beberapa orang cuaca sangat mempengaruhi penduduk suatu wilayah. Jika berada diwilayah yang dingin, maka masyarakatnya cenderung adem, ayem, tentram. Sebaliknya jika diwilayah bersuhu panas, maka yang bermukim disana akan cenderung menyukai tantangan, dinamis, dan aktif.

Mungkin karakter orang yang berada di wilayah antara Jakarta dan Bogor – Jawa Barat yang berbeda cukup jauh, juga ada pengaruh cuaca yang berbeda.

Jakarta yang mempunyai cuaca dengan suhu yang cukup panas berbeda dengan Jawa Barat yang relatif dingin. Lihat saja perbedaan antara suku Betawi dan Sunda. Dari mulai gaya bahasa, sikap, bahkan cara berfikir pun sangat berbeda.

Akh… saya mungkin type wanita pemikir ya.. Soalnya pikiran saya seolah tidak pernah berhenti memikir tentang sesuatu hal. Bahkan terkadang sesuatu yang detil dan nyeleneh, hehe…

Jika di Bogor maka membuat saya berpikir tentang Walikota nya, Bima Arya Sugiarto. Sosok lelaki berjenggot politisi PAN itu, jujur saja, saya agak riskan dengan pemimpin yang satu ini. Soalnya ia terkenal relegius. Ia sering melakukan sidak ke tempat hiburan malam, bahkan sampai melempar gelas. Untuk menunjukkan kemarahannya.

Ia tidak mentolerir hal-hal seperti kehidupan yang saya jalani. Dimana serba bebas. Padangan pemimpin seperti ini memang sebenarnya sangat baik untuk masyarakat pada umumnya. Tapi bagi masyarakatnya yang khusus, terutama mungkin seperti saya, jelas riskan.

Walau hingga saat ini, tempat hiburan malam masih saja ada di Kota Bogor. J

Ketika berada di tengah rimba gedung Jakarta, maka wajah Ahok lah yang bermain dalam kepala saya. Sosok Gubernur yang terkenal ‘ceplas-ceplos’ dan suka ngomong tanpa tedeng aling-aling. Ia sering kali mengambil kebijakan yang kontroversial. Berani berseberangan dengan orang-orang politik.

Ahok, juga sering di demo oleh para ormas yang tidak suka dengannya. Seperti organisasi berlabel Islam yang berupaya penuh melengserkannya dari kursi kekuasaan.

Melihat banyak masyarakat yang tidak suka dengannya, sebenarnya sempat terfikir kenapa Ahok tidak mau berkalborasi dengan orang-orang politik di DPR, ya… Dia kan punya kuasa untuk menggalang kekuatan secara politik.

Kenapa semua harus jadi lawan?

Jangan heran, saya begitu tahu tentang kehidupan malam di Jakarta. Karena memang saya wanita malam. Masih tidak percaya??? Saya tahu setiap sendi tempat dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan malam terjadi. Saya tidak akan menyebut lokasi dan tempatnya. Kasihan dengan pemiliknya, nanti di gerebek Petugas nya Ahok hehe… soalnya beberapa juga milik teman saya.

Di Jakarta, selain sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi salah satu pusat tempat hiburan malam di Indonesia. Semua ada. Bahkan, tempat tempat karaoke yang berlabel family pun. Rata-rata jika malam digunakan untuk berhibur diri cukup bebas. Termasuk malam ini, kami pun bertujuan ke salah satu karaoke. Malam memang selalu indah bagi saya.

*****

Oke… jujur saja, puncak nya malam untuk manusia dewasa adalah sex. Walau tidak semua manusia melakukan aktifitas sex setiap malam. Bahasa tepatnya mayoritas. Dan mungkin ada yang memilih disiang hari.

Seks adalah kebutuhan alami bagi setiap manusia. Sex sama dengan makan, tidur, atau buang air. Ia tidak dapat dihentikan. Mungkin hanya dapat ditahan. Itu pun system kerjanya sama dengan bendungan. Semakin kuat dibendung semakin kuat daya dorong untuk menjebolnya.

Seks adalah naluri. Setiap manusia tidak perlu di ajari. Sama dengan bayi yang menyusu pada ibunya. Ia akan bisa sendiri. Di beberapa Negara termasuk Indonesia, berbicara Seks dianggap tabu. Apalagi zaman dulu. Namun seiring tuntutan zaman pula, Seks sudah mulai dibicarakan di depan umum. Seks pula yang membuat orang seperti kami tetap dibutuhkan.

Hampir sebagian hotel di Jakarta, sebenarnya cukup membuka diri untuk orang seperti kami. Tapi tidak semua. Dan beberapa cukup terselubung. Juga terdapat beberapa tempat untuk urusan yang satu itu.

Sekuat apa pun dan sehebat apapun pemerintah DKI Jakarta melarang, celah tetap saja masih ada. Pun demikian dalam urusan narkoba.

Saya sebenarnya sering heran, narkoba dilarang. Sementara Diskotique di izinkan. Padahal disanalah potensi narkoba itu berkembang.

Memang mau ngapain ke diskotique tanpa narkoba dan minuman keras? Memang tidak heran, orang-orang bisa bertahan joget semaleman bahkan hingga pagi, jika bukan karena doping narkoba atau mabuk?

Saya sering tertawa sendiri, jika melihat di tv-tv tentang berita operasi penangkapan pecandu narkoba. Seolah-olah sedemkian hebatnya.

Jika mau dan benar-benar ingin tangkap pemakai narkoba, sana ke diskotique. Ribuan orang setiap malem bisa ditangkap.

*****

Bicara biaya, untuk bisa tahu dan menikmati dunia malam memang tidak murah dan sangat mahal. Di mana-mana juga begitu.

Tapi harga seolah sudah disepakati untuk tidak dipersoalkan dalam hal ini. Karena sebenarnya untuk kesenangan, sifat manusia cenderung tidak mempersoalkan harga. Yang jelas satu atau dua juta untuk satu malam masih terasa kurang. Belum lagi jika harus harus ada perpaduan antara wanita dengan narkoba. Pasti mahal.

Sebenarnya sama untuk kegiatan lain. Lihat saja seperti hoby memancing misalnya. Terkadang harga fasilitas jauh berbanding terbalik dengan harga ikan yang dipancing. Biaya untuk sekali memancing juga bisa mencapai jutaan, bahkan ada yang sanggup menyewa kapal untuk memancing dilaut. Sementara harga ikan yang diburu sebenarnya cukup dengan uang puluhan ribu dan bisa didapat dipasar dengan cepat tanpa harus capek.

Sensasi, itulah yang sebenarnya dicari. Di dunia malam, juga sebenarnya hanya tentang sensasi.

******

Sang Wartawan juga mengiyakan. Katanya, yang dicari sebenarnya hanya sensasi yang berbeda dan tidak mungkin didapat dirumah.

“Lah.. iya lah… gak mungkin ada lampu blitz disko dan spot dipancarkan dirumah. Apalagi sexy dancer,” timpal saya yang dijawab dengan nyengir oleh wartawan.

“he.. he..,”

“kemana kita,” Tanya saya.

Wanita malam jakartaTidak dijawab, dan tanpa terasa mobil kami sudah memasuki wilayah Jl Mangga Besar Raya Jakarta barat. Cepat sekali bukan?? Malam memang membuat jalan di Jakarta seolah menjadi milik kita.

Sang Wartawan membelokkan mobil ke kiri. Mengarah ke salah satu hotel bintang 3 dan saya tahu, di lantai delapan memang tersedia tempat Karaoke CD.

Di sini, tidak menyiapkan kamar-kamar khusus. Di tiap room karaoke hanya disiapkan sebuah ranjang mirip sofa tapi tidak ada kamarnya. Kalau datang sendiri bisa pakai ranjang itu, tapai kalau datang ramai-ramai, dikasih tempat di ruangan lain.

Untuk tempat ‘eksekusi’ yang disediakan Karaoke CD itu gratis atau sudah termasuk fasilitas saat melakukan boking LC plus. Biasanya, sebelum memboking para LC, semua pengunjung yang datang tetap dikenakan Minimum Charge (MC).

Di Karaoke CD tersedia puluhan LC plus yang siap menemani para tamu yang datang. Hampir semuanya cantik dan berusia belia. Beberapa diantaranya adalah LC berdarah Chinese.

Room besar biayanya Rp. 2,5 jut dan kecil kena MC Rp 1,5 juta.

Sang Wartawan sendiri terlihat tidak begitu canggung, bahkan terlihat cukup mengenal wilayah ini. Wajah-wajah ramah menyambut kedatangan kami.

Kami mengambil room kecil. Dan sang Wartawan memesan minuman dan es batu.

________

Wonderful tonight milik Eric Clapton menjadi lagu pertama yang dipilih sang Wartawan saat di room karaoke berukuran standar itu.

… I feel wonderful because I see
The love light in your eyes
And the wonder of it all
Is that you just don’t realize
How much I love you….

Oh.. my god… syair yang indah sekali. Walau bukan suara Eric Clapton asli, tapi saya sangat menyukai lagu itu. Sangat.. Apalagi Suara si Wartawan asik juga.

Tahukah?? Bahwa setiap wanita dengan apa saja yang dilakukannya untuk dia terlihat cantik sebenarnya hanya berharap agar ada seorang lelaki mengatakan kata-kata seperti dalam lirik lagu Wonderful tonight itu. Sebuah pujian dan kata yang mampu membuat wanita menyerah begitu saja.

Kata-kata seperti itu juga yang diucapkan Riky Hidayat kakak kelas saya waktu itu. Ia mampu memasuki setiap celah yang kosong dalam hati saya. Ia salah satu bintang dalam bidang olah raga cabang voley ball. Ia sebenarnya diminati banyak cewek. Memang tidak begitu atletis bentuk tubuhnya, sedikit kurus tapi itu ditutupi dengan gayanya yang penuh percaya diri. Penggoda dan sedikit cuek. Tidak banyak bicara tapi matanya nakal.

Kak, begitu saya memanggilnya. Kami sering mencuri waktu untuk selalu bersama. Di Kabupaten Kepahiang – Bengkulu, ia tidak tinggal dengan orang tuanya. Dia kost di bilangan Pensiunan, masih termasuk dalam kota Kepahiang. Diam-diam saya sering kesana. Sebagai remaja, hal-hal seperti itu sangat indah bagi saya waktu itu.

Kak Riky juga remaja yang bertumbuh dewasa. Ia menyukai hal-hal menantang dan ingin tahu banyak tentang sesuatu yang baru. Termasuk tentang rasa wanita.

Saya sudah pernah melalui hal itu, tapi jujur saya tidak tahu rasanya. Hanya luka yang tersisa dan terus membekas diberikan Arles.

Sangat jauh berbeda dengan sentuhan yang diberikan kak Riky, membuat saya ingin lagi dan lagi.

Saya tahu, Kak Riky suka lagu Naluri Lelaki milik Samson. Dan biasanya, ketika tembang itu diputar oleh stasiun radio Rafindo FM. Ah… Rafindo FM, dulu, dulu sekali, menjadi hiburan cukup favorite saya.

Maka ketika lagi Naluri Samson di putar, volume radionya akan diputar maksimal. Saya selalu senang melihat ekspresinya bernyanyi, bahkan melebihi senangnya ketika melihat Bam Samson-nya sendiri yang bernyanyi. Dan setiap kali lagu itu disiarkan saya dan kak Riky akan menikmatinya dengan cara berbeda. Dia bernyanyi dan saya melihat ekspresinya.

Dan pada bagian lain, naluri lelaki kak Riky melangkah lebih jauh menyentuh bagian terdalam dari jiwa saya. Sentuhannya sering kali merambat dikulit saya yang menurut banyak orang tidak berbeda dengan milik syahrini.

Tau dengan Syahrini? Artis berdarah sunda yang mempopulerkan lagi lagu ‘Aku Tak Biasa’ milik Alda Risma.

Tau dengan Alda Risma? Dia juga artis. Namun nasibnya tragis mati, ditemukan terbujur kaku sendiri dikamar hotel. Ada yang mengatakan dia over dosis.

Sentuhan yang menghantarkan kehangatan itu membuat kami ingin selalu menyatu dan lebih dekat lagi. Kak Riky memang belum pernah melakukannya, tapi naluri alamiahnya menuntun kami terus saling menyelami. Saya mengeletar hebat dan merasakan sesuatu hal yang luar biasa dan untuk pertama kali walau sebenarnya untuk kedua kalinya.

Kenapa saya menyukai lagu Winner berjudul ‘Kesaktianmu’

Kau tikam aku dengan cintamu
Dan rasanya manis sekali
Rasanya manis sekali ih ih
Kau berikan aku surga dunia
Dan rasa ingin ku ulangi
Rasa ingin ku ulangi
Kesaktianmu membungkam mulutku
Menjadi lemah tak berdaya

Karena lagu itu mengingatkan saya pada kak Riky, dan hingga saat ini dia adalah kenangan yang indah dan rasanya manis sekali. Kak… aku sayang kamu hingga kini..

“Hei jangan melamun,” Sang wartawan menyodorkan segelas bir putih. Dan ia sendiri menenggak Bir hitam.

Bir mengalir melalui tenggorokan saya, terasa dingin. Sedikit rasa pahit, namun di ujung lidah terasa manis. Aroma permentasi yang sangat saya suka memasuki saluran pernafasan. Hmmm…

“Mau nyanyi?” lanjut Sang Wartawan.

“Males,”

“Terus?…. Ya sudah kita ngobrol saja,” volume sound system dikecilkan.

“Tapi jangan tentang Arles…”

“Ok.. Jadi tentang siapa?”

“Kak Riky, gimana?”

“Terserah… yang punya cerita kan kamu. Saya hanya menulis dan menyensor yang bisa bikin majalah dan media online saya di tentang MUI, hehe..”

Saya jadi tahu, sebenarnya cara kerja Wartawan. Wartawan tidak banyak bicara, ia lebih banyak mendengar dan memancing orang untuk bercerita.

Jadi ketika Wartawan banyak bicara maka perlu dipertanyakan apakah dia benar wartawan atau bukan. Soalnya jika ia Wartawan kapan ia bisa dapat bahan tulisan jika terlalu banyak bicara.

Di depan saya Wartawan yang satu ini adalah pendengar yang baik. Ia tidak pernah menyela, bahkan tahu kapan harus bertanya dan kapan harus membiarkan saya hanya diam.

Saya juga jadi tahu, jika kemudian wartawan bertumbuh menjadi orang yang banyak tahu. Karena ia selalu mendengar segala sesuatu langsung dari sumbernya.

Tentang pertanian, ia akan mendengarkannya dari ahli pertanian. Tentang politik maka ia akan berhubungan dengan para pelaku politik, tentang dunia malam maka ia akan berada ditengah dunia malam itu sendiri.

Wartawan menjadi tahu, asinnya garam dengan cara mencicipi garam itu sendiri. Bukan dari kata orang atau dari berita. Karena, sejatinya dia lah media utama beredarnya berita itu sendiri yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk tulisan, visual, dan atau suara.

Dan wajar pula jika banyak orang menganggap wartawan serba tahu.

“Terus gimana dengan kak Riky mu itu,” suara Sang Wartawan berada tepat disamping saya.

Riky adalah cinta pertama saya dan akan selalu menjadi bagian dari hidup saya. Ia yang membuat saya merasa harus tampil cantik. Ia juga yang membuat saya harus menebarkan aroma wangi diseluruh tubuh saya agar ia mau mencium setiap bagian tubuh saya.

Dan dia juga yang telah merusak rambut saya. Nah bagaimana itu? Ceritanya, semua masyarakat tahu style rambut zaman sekarang. Rambut lurus atau trend harajuku. Dan saya salah satu pengikutnya. Prosesnya ya.. harus rebonding di salon. Hasilnya cantik, menarik dan modis. Yang jelas saya ingin tampil seperti itu.

Selain rebonding maka perlu perawatan yang maksimal. Setiap keramas harus pakai conditioner. Setelah keramas pakai hair tonic. Pakai masker rambut seminggu dua kali. Sebisa mungkin hindari pemakaian hair dryer. Belum lagi harus memberikan vitamin rambut agar tetap sehat. Untuk menjaga rambut tetap lurus biasanya menggunakan catok rambut.

Yang menjadi persoalan karena terlalu sering menggunakan catok rambut, selain menghilangkan kelembapannya, juga rambut jadi rusak dan mati.

Malu untuk diceritakan sebenarnya. Saya salah satu korban trend itu. Dan menjadi salah satu dari sekian banyak wanita yang harus beketergantungan dengan catok. Jika tidak, rambut yang sudah mati atau rusak itu akan terlihat awut-awutan. Seperti karet atau tidak ubahnya seperti bulu jagung.

Hiiiii… apalagi kalau baru bangun tidur. Tak jauh beda seperti singa.. hehehe.

Tahukah.. sebenarnya itu semua untuk laki-laki. Untuk agar di cintai laki-laki. Bukan untuk kami para wanita. You know!!!…. kak Riky… I need ‘u..

Ini lah kenapa saya mengatakan Kak Riky merusak rambut saya. Karena saya ingin tampil cantik di depannya.

Kak Riky tidak bodoh, dan saya tidak berusaha untuk menutupinya. Kejujuran yang harus dibayar mahal. Saya mengakui bahwa saya pernah dipaksa oleh Arles.

Seperti biasa, kost-an kak Riky, bagi saya waktu itu adalah tempat ternyaman yang ada didunia. Semua ke indahan ada disitu. Kami sering mengarungi berbagai petualangan disana. Dengan kesatuan kami.

Saya yakin Dodhy si pencipta lagu ‘Kesaktianmu’ yang dinyanyikan band Winner tahu persis apa yang aku rasakan saat-saat seperti itu.

Saat ini, walau dalam ruangan karaoke. Jauh dari kampung saya. Ketika saya pejamkan mata. Mengingat. Moment, aroma, suasana, dan banyak hal, dapat dirasakan dengan amat sangat jelas.

Ketika tangan kak Riky memeluk saya dari belakang. Membisikkan kata-kata yang nakal.. mendorong saya hingga terjatuh ketempat tidur yang disusul dengan tindihan berat badannya. Terasa sesak namun mengasikkan.

Saya masih ingat.. walau dengan mata terpejam kak Riky dapat menyentuh setiap bagian yang memang saya ingin di sentuh. Darah mengalir dengan deras. Tidak menentu. Napas tidak bisa dikontrol, semua seolah memburu… ingin mencapai ketitik yang lebih lagi. Ketika kak Riky mulai bergerak maka saya akan membuka diri. Detak jantung seolah berpacu.

Tangan kak Riky merayap dan melelusuri setiap mili hampir seluruh tubuh saya. Darah saya, sering kali berhenti mendadak, saat gerakan kak Riky berubah. Dia membuat sistem syaraf saya mendapat berjuta respon yang mengeletar.

Ach.. saya paling tidak kuat jika ciuman Kak Riky mulai merambat kebawah….

Bersambung …

Continue Reading

Trending