Opini
Umat Islam Diambang Kehancuran?
Belakangan ini konflik atas nama agama sering kali mencuat. Baik di dunia maupun di Indonesia. Islam menjadi salah satu agama yang paling banyak mendapat sorotan dan pembicaran publik. Baik dari kalangan umat Islam sendiri, maupun umat non muslim.
Islam dinilai sebagai agama radikal yang dianggap sering memicu pertikaian.
Apa yang sebenarnya terjadi? Ada banyak faktor penyebab. Baik dari sisi internal Islam sendiri maupun dari sisi eksternal atau non muslim.
Dalam tulisan ini, penulis ingin mengedepankan persoalan dari faktor internal Islam. Karena sebelum berbicara keluar, adalah lebih baik melakukan koreksi kedalam.
Sebagai umat Islam, jelas kita akan marah jika dituding sebagai ‘biang kerok’ pertikaian. Namun kita tidak bisa sepenuhnya membabi-buta menyalahkan umat lain. Pasti ada alasan yang cukup mendasar bagi ‘mereka’ memandang seperti itu.
Setidaknya, beberapa fakta menyebutkan 10 Jaringan Teroris Paling Berbahaya Di Dunia semuanya bernuansa Islam. Sebut saja seperti; ISIS (Negara Islam di Suriah dan Irak), Al-Qaeda, Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), Taliban, Taliban – Pakistan, Al-Nusra Front, Boko Haram, Jemaah Islamiyah (JI) dan kelompok sempalan, Abu Sayyaf, dan Lashkar-e-Taiba.
Kita bisa saja berkilah bahwa itu bukan umat Islam. Dan beberapa menyebutkan bahwa teroris tersebut adalah bentukan orang-orang kafir non Islam yang ingin merusak nama baik Islam.
Tapi kita juga tidak bisa mengelak, berapa banyak orang-orang Islam yang terlibat ‘jihat’ melalui gerakan teroris tersebut. Termasuk Indonesia. Bahkan, beberapa organisasi masyarakat (Ormas) bernuasana Islam di Indonesia pun secara terang-terangan berpihak kepada salah satu gerakan teroris tersebut.
Oke, kita bisa saja mengatakan itu adalah ulah oknum. Dan tidak semua Islam begitu. Islam adalah agama ‘rahmat bagi semua umat’.
Tapi kenyataannya memang, Islam sering terlibat konflik. Bahkan tidak hanya dengan agama lain, di dalam tubuh Islam sendiri sering terjadi konflik. Seperti konflik berkepanjangan “Sunni vs Syiah” atau tentang wahabi dan lainnya.
Di Indonesia sendiri pun sama. Konflik berbagai perbedaan pendapat pun sering terjadi. Baik konflik karena perbedaan aliran, maupun hal lainnya. Bahkan, tokoh agama satu dengan tokoh agama lain pun, berkonflik.
Jelas dan pasti, setiap kelompok, golongan, aliran, atau pendapat, mengklaim bahwa pihak merekalah yang paling benar. Dan trend meng-kafir-kan pihak yang berseberangan pun telah menjadi kebiasaan dan totonan publik.
Tidak hanya itu. Hal-hal remeh temeh tentang ‘halal’ atau ‘haram’ mengucapkan selamat natal pada kaum Nasrani pun, menjadi konflik yang tidak berkesudahan. Setiap tahun. Setiap kali menjelang Natal Umat Kristen, para tokoh agama berbeda pendapat dan menjadi konflik ditengah umat Islam.
Dan parahnya, konflik ini mengemuka ditengah publik dan menjadi tontonan umat dari agama lain. (Apa tidak malu)
Kita sebagai umat Islam mungkin punya alasan dalam hal ini. Setiap tokoh agama pun punya alasan sendiri untuk tetap bertahan dengan dengan pendapatnya.
Tapi persoalannya, apa yang difikirkan oleh umat non muslim melihat berbagai konflik tersebut?
Sejauh ini, mungkin cukup menjadi alasan bagi pihak luar untuk menuding Islam sebagai sumber konnflik. Apa pun alasannya!!!
Siapa Musuh Umat Islam?
Sudah jelas dan pasti, untuk yang satu ini kita akan kompak menjawab dengan tegas. Yahudi!… Itu musuh Umat Islam. Para kafir, Zionlis, Laknattullah!!! Mereka memang tidak mau melihat Islam berkembang besar. Mereka melakukan berbagai cara dengan kelicikannya agar Islam hancur!!..
Lihatlah, bagaimana mereka membentuk organisasi teroris yang mengatasnamakan Islam. Agar nama Islam hancur dimata dunia.
Itu hanya contoh kecil. Mereka juga menjajah dari berbagai sektor, termasuk ekonomi dan menyusup untuk melakukan adu domba antar sesama umat Islam.
Dan, mereka juga sangat memandang rendah Umat Islam!!! Mereka menjajah negara-neraga Islam yang kaya Sumber Daya Alam.
Untuk itu kita harus bersatupadu bangkit dan melawan. Walau nyawa taruhannya. Kita jihat di jalan Allah.
Begitulah.. ya, begitulah..
Kata-kata itu selalu mencuat ditengah mayoritas umat Islam. Kita selalu gemar menyalahkan.
Saya petik dari salah satu tulisan berjudul; Kemunduran Umat Islam Karena Umatnya Malas Membaca? Sebagai renungan agar kita tidak selalu menyalahkan orang luar termasuk Yahudi.
Moshe Dayan seorang politisi dan pimpinan militer Israel berkata “Ada 3 kelemahan muslim saat ini;
- Mereka malas,
- Mereka tidak mempelajari sejarahnya sendiri,
- Mereka itu kaum yang spontan dan tak terencana.
Di lain waktu, Moshe Dayan berujar, “Apakah kalian pikir orang Arab akan pernah bisa mengalahkan kalian?” Dia menjawab, “Tidak sampai mereka terlebih dulu belajar bagaimana membuat garis lurus ketika naik bus.” (maksudnya berbaris rapi dan naik bus satu per satu, tidak bergerombolan dan berebutan seperti yang umumnya kita lakukan).
Setelah mengungkap rencana Zionis untuk menduduki Palestina dipublikasikan pertamakali lima puluh tahun sebelum Pendudukan mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan, ditanya dalam sebuah wawancara: “Apakah Anda tidak takut orang-orang Arab akan membaca rencana Anda dan mempersiapkan diri mereka?”
Tanggapannya, ”Yakinlah, orang-orang Arab adalah bangsa yang tidak membaca, dan jika mereka membaca mereka tidak mengerti, dan jika mereka memahami mereka tidak bertindak.”
DR Raghib As-Sirjani dalam sebuah buku mengutip kalimat seorang Yahudi, “Kita orang Yahudi tidak takut dengan umat Islam, karena umat Islam adalah umat yang tidak gemar membaca”.
Melihat dari fakta tersebut diatas, artinya jelas mereka Yahudi sangat memandang rendah umat Islam. Dimata mereka, umat Islam bodoh dan tidak suka belajar (membaca).
Bagaimana? Marahkah dikatakan seperti itu ? Jawabanya, untuk apa? Memang terbukti bahwa muslim tak suka belajar (membaca).
Bagaimana dengan negeri kita Indonesia ? ya, lebih kurang sama. Negeri yang mayoritasnya beragama islam dan jumlahnya terbesar di dunia, dengan kata lain kaum yang tidak gemar membaca sebagian besar ada disini. Bermukim ditengah – tengah kita. Atau mungkin kita salah satunya.
Terbukti, bahwa masyarakat indonesia atau kalau boleh disebut muslim Indonesia adalah kaum mayoritas yang tak suka belajar dan membaca!
Masih Ingin Menyalahkan Yahudi?
Kita bodoh karena kita tak suka membaca, setidaknya itu yang mesti diakui. Tiada guna mengatakan “Yahudi Musuh Islam, mereka jahat, mereka menghancurkan islam!”
Inilah beberapa faktanya.
Pertama, Survei prestasi membaca anak Indonesia dalam Progress of International Reading Literacy Study 2011 menempati peringkat 42 dari 45 negara.
Kedua, beradarkan rilis dari beritamaluku.com
- Indeks kegemaran membaca orang pribumi hanya 0.001. Artinya, dari seribu penduduk Indonesia hanya satu orang yang gemar membaca. Bandingkan dengan Singapura, ada 45 orang gemar membaca dari jumlah survei 100 orang.
- Waktu membaca per hari di USA dan Jepang, rata – rata jumlahnya 8 jam. Sedangkan Indonesia, hanya 2 jam dalam sehari. Masyarakat kita habis waktunya oleh bergosip, main game bertema kekerasan dan menonton di saluran tak mendidik.
- Di Negara maju, siswa sekolah menengah wajib khatam membaca sejumlah buku. terutama karya sastra, sebelum menyelesaikan studinya. Misalnya, Perancis dan Belanda 22-23 buku per tahun, Jepang 15 buku per tahun, Malaysia 6 buku per tahun, Thailand 6 buku per tahun, Hindia Belanda(Indonesia) 25 buku per tahun.
Musuh Islam Adalah Umat Islam Yang Bodoh Dan Egois
Tahukah, bagaimana orang bodoh dan egois ketika bereaksi? Spontanitas, tidak terencana dan cenderung mengandalkan fisik. Memaki dan emosional. Menyerang dengan membabi buta.
Mari kita lihat lagi penomena di sekeliling kita. Begitu banyak umat Islam yang reaktif dan cenderung radikal.
Setiap menghadapi berbagai persoalan, reaksinya adalah; bunuh, bakar, gorok, ganyang, dan berhamburan kata-kata makian.
Apa yang didapat? Jelas kehancuran dipihak sendiri. Di Timur Tengah, umat Islam membuat medan perang di rumahnya sendiri. Perang yang memusnahkan peradaban Islam itu sendiri.
Dan ironisnya, dari hasil perang sesama mereka maka hasilnya pihak luar yang memetik keuntungan.
Bagaimana di Indonesia?! Memang belum parah, tapi berbagai konflik sudah mulai mencuat. Trend mengkafir-kafir-kan sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial. Bunuh, bakar, gorok, ganyang, dan hamburan kata-kata makian, seolah menjadi gaya hidup. Umat Islam begitu mudah di adu domba.
Syekh Umar Tilmisani berkata “Jangan sampai kalian hanya bisa melaknat orang zalim, tetapi pikirkanlah bagaimana menghentikan kezalimannya itu?!”
Tidak lah salah, jika orang Yahudi menganggap orang Islam rendah. Karena begitulah mayoritasnya. Serta bukan perkara susah, jika mereka menghancurkan umat Islam. Sebab mereka dikenal suka belajar membaca buku. Oleh karena itu pula, mereka jadi mengetahui sejarah islam dan peradabannya dan itu modal besar untuk memperdaya bangsa Islam.
Apakah umat Islam gemar mempelajari sejarah Islam? Apakah mayoritas Umat Islam mempelajari sejarah Yahudi??!!!
Sebagian besar tidak! Meraka Cuma tahu, Yahudi musuh. Cuma itu! Tentang bagaimana Yahudi bisa menguasai dunia. Jawabannya, paling banter; “Yahudi licik dan menghalalkan segala cara” dan tidak ada upaya lebih untuk mengetahui latar belakangnya.
Yahudi adalah manusia yang gemar belajar dengan membaca. Mereka menguasai ilmu pengetahuan, sains, dan segala sesuatunya. Umat Islam, mayoritas hanya punya mulut dan emosi. Lebih suka menyalahkan orang lain, sehingga lupa memperbaiki diri sendiri.
Dalam sejarah Islam, kita mencatat bahwa perpustakaan Islam menjadi perhatian utama dari para khalifah. Maka tidak mengherankan jika sejarah mencatat bahwa perpustakaan umat Islam pada waktu itu sangatlah besar dan baik di dunia.
Diantaranya, perpustakaan Bagdad, Kardova. Isybiliah, Gharnathah, Kairo, Damaskus, Tarabulus, Madinah dan Al-Quds.
Namun kini umat Islam mengalami berbagai kemunduran dalam aktivitas membaca. Terutama membaca dalam pengertian yang berkualitas menghasilkan ilmu, menghasilkan keterampilan khusus dan meraih pengetahuan yang tinggi.
Umat Islam membaca sekedar memenuhi fungsi hobi rekreasi dan hiburan. Membaca bukan lagi kebutuhan mendasar dan panggilan teologis sebagaimana telah dipraktikkan Rasulullah dengan menebus tawanan yang mau mengajarkan umat Islam membaca.
Sejarah juga mencatat bagaimana kejayaan Islam dimasa lalu karena umat Islam dibangun dengan budaya baca yang sangat tinggi. Begitu besar minat baca umat muslim saat itu kemudian bisa melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti Ibnu Syna, Ibnu Rusdy, Imam Ghazali, dan masih banyak lagi yang lainya.
Masjid-masjid tidak hanya digunakan untuk mempelajari Al-Qur’an saja, tapi juga mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Masjid di saat itu juga menyediakan perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang dipelajari oleh umat Islam.
Dahulu, di era kejayaan Islam, hampir setiap Masjid memiliki Perpustakaan, Sekarang?
Bagaimana dengan Masyarakat Indonesia? Sebagai bangsa yang mayoritas muslim ternyata juga memiliki budaya baca yang masih rendah.
Umat Islam Tertutup Dengan Nilai-Nilai Kebenaran
Islam menyuruh umatnya untuk IQRA (membaca), bukan dengan bunuh, bakar, gorok, ganyang, dan melakukan perlawanan dengan kata-kata makian.
Membaca adalah belajar. Membaca membuat kita menjadi manusia yang berwawasan dan membentuk umat yang beradab dan maju. Lucu rasanya, jika umat Islam dapat perintah IQRA tetapi umat lain yang melaksanakannya.
Jadi jangan salahkan umat lain jika Islam secara perlahan tergilas oleh perkembangan zaman. Bahkan diinjak dan dijajah dari berbagai sektor. Karena itu hukum alam, yang bodoh akan berada dibawah.
“Menurut mereka, umat Kristen itu tidak seperti Islam. Mereka tidak frontal. Biasanya mereka akan menjawab (buku) dengan buku.”
Miris bukan?! Ya begitulah kenyataannya. Islam sudah kehilangan kharismanya di mata umat lain. Beringasan, tidak punya tradisi menulis dan membaca.
Umat lain berperang dengan pengetahuan. Mereka banyak mencipta hal-hal baru. Mereka tidak membalas tekanan dengan ancaman dan hujatan. Mereka dengan tenang menanggapi semua itu dengan cerdas. Bukan dengan sikap beringas yang kampungan.
Dalam sebuat tulisan digambarkan;
ketika seseorang melakukkan penelitian untuk tesisnya tentang penerbitan buku, Da Vinci Code di Indonesia. Awalnya khawatir akan menyinggung rasa keragaman Katholik, ternyata penerbit memandang umat tersebut jauh lebih demokratis, terbuka, dan tak bertindak kekerasan dibanding kalangan Islam.
[Lihat saja bagaimana ketika karikatur atau fitnah ditujukan kepada Nabi Muhammad. Reaksi umat Islam menggila. Memaki, mencaci, dan mengancam. Cenderung bertindak secara fisik. Bukan membalas dengan ilmu dan cara elegant yang mampu menjatuhkan lawan]
Katholik?? Biasanya, bila ada kritik, mereka menanggapinya secara kritis pula. Ini terbukti dengan terbitnya banyak buku dan digelarnya forum-forum diskusi untuk mengkritisi atau mengiringi karya Dan Brown tersebut. Demikian hasil diskusi informal penerbit tersebut dengan anggota Indonesian Conference, Religion, and Peace (ICRP) dari kalangan Kristen/Katolik.
Beda bukan, jika nilai-nilai ajaran Islam yang dikritisi? Alih-alih menanggapi secara kritis pula. Mayoritas umat Islam langsung emosi dan bereaksi dengan kata KAFIR!!!
Benarkah Umat Islam Diambang Kehancuran?
Benar, Islam saat ini mulai mengarah ke jurang kehancuran. Selain menghadapi berbagai konflik internal akibat keegoisan antar tokoh beragama yang merasa pihaknyalah yang paling benar. Islam akan semakin terpuruk karena mayoritas umatnya tidak pernah mau belajar.
Siapa yang paling bertanggungjawab? Mereka para tokoh agama dan seluruh umatnya
Agama sejatinya, akan membuat umatnya sebagai manusia yang mempunyai ahlak dan moral yang baik. Serta mampu menjadi khalifah dimuka bumi ini. Namun ketika salah dalam menterjemahkan ajaran-ajaran dari agama itu sendiri, maka, akan menimbulkan polemik hebat dalam kehidupan sosial. Ini sangat berbahaya.
Dalam hal ini, tokoh agama memiliki peran penting dalam memberi warna ajaran agama kepada pemeluknya. Mereka bisa memberi sentuhan nilai-nilai kebijaksanaan yang membawa umat sebagai mahluk yang arif atau sebaliknya, menumbuhkan sikap egoisme dan ekstrimis.
Islam adalah agama yang sangat universal. Dalam menterjemahkan nilai-nilai ajaran agama, sangat tergantung dengan karakter dan sifat manusia yang mempelajarinya. Hal ini pula yang kemudian, membuat munculnya berbagai konflik dalam menterjemahkan makna dari ajaran agama itu sendiri.
Implementasi agama cenderung berbeda dari satu umat dengan umat yang lain. Walau pun agama nya sama. Ada yang terlihat anarkis dan ada pula terlihat bijaksana.
Lihat saja buktinya, begitu banyak aliran dalam agama Islam. Setiap tokoh agama memiliki pandangan masing-masing tentang nilai-nilai ajaran yang terkandung dalam Islam.
Antara satu dengan yang lain, terkadang memiliki pandangan yang jauh berbeda. Latar belakang pengetahuan dan wawasan memberi peran penting dalam pemaknaan ajaran agama itu sendiri.
Sebagai contoh kecil, dimana penulis sebutkan diawal. Tentang perbedaan pendapat ‘halal’ atau ‘haram’ mengucapkan selamat natal. Ini bukti nyata, tokoh agama mempunyai peran penting dalam memberi warna ajaran agama itu sendiri.
Harus kita akui, seorang pemeluk agama yang baik dan taat, akan sangat susah melihat nilai-nilai kebenaran dari pihak lain. Apalagi dari agama lain.
Persoalannya, ketika si pemeluk agama memiliki jiwa picik dan tidak bijaksana, maka akan timbul sikap egois yang cenderung merasa paling benar. Dan celakanya, akan men-judge, pihak lain salah.
Dewasa ini, tindak kekerasan dan penghakiman secara sepihak dengan mengatasnamakan kebenaran agama sering terjadi. Ini pun, karena pengaruh tokoh agama yang cenderung memprovokasi umat.
Yang lebih ironis, jika tokoh agama yang memiliki kepentingan politik. Agama dapat saja menjadi kenderaan murah untuk mencapai kepentingan. Lalu, di perparah oleh mayoritas umat yang miskin ilmu dan wawasan. Maka lengkaplah sudah…
Ini bukan soal, syiah, sunni, wahabi, salafi, atau apa pun namanya itu. Tapi tentang sifat dan karakter manusia.
Manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Disertai jiwa dan sifat yang baik. Jelas akan memberi warna Islam sebagai agama khalifah di muka bumi.
Tapi, jika umat Islam di dominasi dengan orang-orang berpikiran sempit, bodoh, egois, disertai nafsu dan kepentingan. Islam jelas akan semakin dekat ke jurang kehancuran.
Islam menghadapi banyak musuh. Dan musuh utamanya adalah mayoritas kebodohan dari umatnya sendiri. Kita belum tentu hancur oleh musuh Yahudi atau Zionis. Tapi hancur oleh pertikaian antar sesama umat Islam yang egois dan miskin ilmu.
Umat Islam bisa diadu domba dan dijajah, karena kebodohan.
Untuk itu, sudah saatnya umat Islam bangkit, berjuang, berjihad, dan menumpahkan darahnya. Tidak perlu ke Palestina, Suriah, atau Turki. Itu konyol jika hanya bermodalkan emosi, mulut besar, pentungan, nekad, dan otot. Disana nuklir berbicara, yang dilepaskan oleh musuh dari jarak jauh dan mungkin sambil bermain game di komputer.
Berjuanglah untuk menggali ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Mengejar ketertinggalan yang memang sudah tertinggal sangat jauh. Hanya itulah langkahnya. Sebelum semuanya terlambat.
Oya, anda dapat membaca artikel-artikel spiritual saya di BLOG NEUROLISM
Opini
Apa Yang Melatarbelakangi Terbentuknya Kampung Pancasila
Desa Pancasila merupakan julukan desa yang menjadi contoh penerapan nilai-nilai Pancasila, apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung pancasila?
Istilah desa Pancasila digunakan di Kecamatan Lengkong Wetan, Kecamatan Tebing Tinggi, dan Desa Balun. Program Desa Pancasila dikembangkan dalam tiga fase, meliputi interpretasi, internalisasi, dan aktualisasi Pancasila.
Sedangkan proses implementasinya meliputi ranah sosial, budaya, dan keilmuan. Pemerintah memilih daerah yang dijadikan sebagai desa Pancasila berdasarkan tingkat toleransi beragama yang tinggi.
Lantas apa motivasi desa Pancasila? Simak ulasan berikut untuk mengetahui lebih lanjut.
Apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung pancasila
Berikut ini adalah sejarah Desa Pancasila. Misalnya penerapan praktis nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau sikap toleransi antar umat beragama.
Orang dapat hidup damai tanpa konflik meskipun keyakinan agama, etnis, dan budaya mereka berbeda. Masyarakat di wilayah desa Pancasila rukun. Desa Pancasila memiliki tujuan sebagai berikut. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung pancasila?
Mengembangkan media pembelajaran Pancasila bagi masyarakat luas, dan meningkatkan pemahaman di antara komunitas etnis Pancasila yang berbeda. Menanamkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, menanamkan pemahaman bahwa seluruh rakyat Indonesia terpanggil untuk menerapkan sila pancasila.
Menanamkan rasa bahwa seluruh rakyat Indonesia diharapkan memberikan penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pemimpin bangsa, karena telah menemukan dan menciptakan Pancasila sebagai dasar negara. Sudah paham apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung pancasila?
Hasil yang diharapkan dari program desa Pancasila adalah peningkatan kecerdasan masyarakat. Pancasila akan membantu membangun pribadi yang unggul melalui proses interpretasi, internalisasi, dan aktualisasi.
Pengembangan budaya melalui Pancasila juga akan menghasilkan kecerdasan spiritual. Perkembangan sosial akan menghasilkan kecerdasan emosional, dan perkembangan ilmiah kecerdasan intelektual.
Berikut adalah jawaban dari “apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung pancasila” semoga bermanfaat.
Baca Juga: Bagaimana Karakteristik Umum Dari Teks Prosedur
(Upy/G)
Nasional
SBY Ngetweet, Jokowi Datangi Proyek Mangkrak di Maluku
Presiden Jokowi memang suka sekali blusukan. Karena dengan begitu dia merasa selalu mendapat cerita dan masalah di lapangan, sehingga bisa langsung dicarikan solusinya.
Di sela-sela kunjungannya ke Maluku, semalam Presiden sempat berdiskusi dengan ketua dan anggota DPRD Maluku dan Kota Ambon. Salah satu hal yang paling dikeluhkan adalah krisis listrik. Baru semalam dikeluhkan, paginya Presiden merasakan sendiri mati listri selama beberapa jam.
Dari situ kemudian Presiden blusukan meninjau pembangkit listrik di Maluku. Tumpukan besi dan penuh dengan rumput seperti Hambalang. Hanya saja kali ini Presiden tak sempat geleng-geleng. Hanya menatap kosong proyek mangkrak yang seharusnya sudah dianggarkan sejak 2007 dan harusnya selesai pada 2011. Namun proyek senilai 800 milyar ini sekarang nasibnya nyaris sama seperti Hambalang.
Komentar Presiden pun nyaris sama saat geleng-geleng melihat Hambalang “Oleh karena itu saya memutuskan untuk melihat seperti apa kondisinya, apakah bisa dilanjutkan atau tidak. Tapi mengenai proses hukumnya saya belum tahu, akan saya cek dulu.”
Sementara Menteri ESDM Ignasius Jonan saat ditanya wartawan menjawab masih akan menanyakan kesanggupan PLN. Sebab memang tidak mudah untuk melanjutkan proyek mangkrak, terlebih dana yang diperlukan cukup banyak.
“Indonesia itu negara kepulauan, jadi tidak mungkin ada jaringan nasional. Bisa ada, tapi biayanya mahal dan tidak relevan. Karena itu setiap pulau harus punya pembangkit independen sendiri-sendiri,” kata Jonan.
Susahnya melanjutkan proyek mangkrak
Sebelumnya, ketika Presiden Jokowi meresmikan sebuah proyek, kerap dianggap hanya melanjutkan proyek SBY. Padahal kebanyakannya adalah proyek baru dan sebagian merupakan proyek mangkrak.
Patut menjadi catatan, bahwa melanjutkan proyek mangkrak itu bukan pekerjaan mudah. Perlu keberanian di atas rata-rata. Ini sama seperti menikahi orang yang sudah pernah bercerai (mangkrak). Perlu evaluasi, penelitian dan keberanian untuk melanjutkannya.
Sebab sebuah proyek yang belum selesai atau mangkrak, pasti memiliki masalah yang sangat serius di dalamnya. Sama seperti orang cerai, pasti ada masalah. Kalau tidak ada masalah harusnya rampung!
Contoh saja Hambalang, meski Presiden sudah pernah datang tahun lalu, menginstruksikan segera ambil keputusan dilanjutkan atau dijual alat-alat dan perabotan yang sudah terlanjur dibeli, sampai saat ini pun masih penuh perdebatan. Sebab kalau dibiarkan, negara sudah keluar uang banyak. Mau melanjutkannya masih perlu pendanaan lagi, ingin menggusur dan memanfaatkannya untuk hal lain pun perlu dana tambahan.
Begitu juga dengan pembangkit listrik di Maluku ini, pasti ada masalah serius. Beberapa bulan lalu KPK sudah menyatakan sedang mendalami satu persatu kasus mangkrak peninggalan SBY, yang salah satunya adalah pembangkit listrik di Maluku.
Entah karena masih ada masalah hukum atau perencanaannya belum selesai, yang jelas pembangkit listrik di Maluku ini sebenarnya direncanakan segera dimulai lagi pada 2016 lalu. Namun sampai sekarang belum ada yang berani menyentuh atau melanjutkannya. Memang cukup mengerikan melihat proyek senilai 800 milyar ini ternyata telah dicairkan setidaknya 71 persennya. Dan 3 kontraktor penerima dana tersebut sudah kabur sebelum pekerjaannya selesai.
Tweet SBY
Entah mengapa setiap langkah Jokowi selalu memiliki kebetulan-kebetulan yang menarik. Seperti SBY yang melakukan tour de Java karena ingin mendengar curhat masyarakat padahal terbalik, Jokowi tiba-tiba datang blusukan dan geleng-geleng di Hambalang.
SBY sempat ngetweet “Tugas pemimpin & generasi berikutnya adalah melanjutkan yang sudah baik & memperbaiki yang belum baik. Continuity & Change. *SBY*”
Kemarin SBY ngetweet, hari ini Jokowi datangi proyek mangkrak. Hahaha Luar biasa. Blusukan Jokowi melihat proyek mangkrak sangat sesuai dengan tweet SBY tentang melanjutkan dan memperbaiki. Sepertinya Presiden Jokowi dan Kapolri enggan ditanyai oleh SBY lagi.
Begitulah kura-kura.
Nasional
Aksi Demo 112, Strategi Akhir SBY dan Taktik Jitu Tito
FUI, FPI, HTI, GNPF – MUI sedang dilanda kepanikan hebat. SBY yang sangat yakin dengan strateginya, kini mengalami kebingungan. Strategi menjegal Ahok gagal total. Demo-demo besar yang sudah dilancarkan ternyata sia-sia. Pun doa hebat dengan bumbu nasi tumpeng ala Habiburokhman agar Ahok cuti selamanya, ternyata gagal terkabul. Sabtu depan, 11 Februari, Ahok dipastikan kembali aktif menjadi gubernur.
Kalapnya SBY dilampiaskan dengan curhat lewat cuitan di Twitter. SBY pun berbalik menggunakan lagi strategi melodrama dan melankolis untuk menghantam strategi Ahok yang didukung oleh berbagai macam pihak. Pada Die Natalis Demokrat kemarin, SBY hanya bisa bernostalagia dengan bahasa teratur nan sistematis berutopi menyindir berbungkus wake up call kepada Jokowi. Sindiran lebay SBY itu hanya dijawab dengan bermain futsal oleh Jokowi bersama dengan menteri-menterinya.
Kini Jokowi dan The Invincible hand sedang tertawa terkekeh, terbahak-bahak dan termehek-mehek, menyaksikan upaya terakhir para lawan-lawan Ahok lewat rencana demo berbungkus doa dan jalan santai 112. Demo 112 dan seterusnya, sudah dicium baum amisnya oleh Tito. Bisa dipastikan bahwa Tito akan kembali menggiring demo-demo itu menjadi ucapan lantunan doa di Masjid Istiglal.
Gelombang kesadaran, rebound consciousness, terbukti telah kembali muncul dengan dukungan mengalir kepada Ahok. Pasca terpuruk di dasar jurang, Ahok secara meyakinkan telah kembali bangkit. Hal itu disebabkan oleh kegagalan SBY menggoreng elektabilitas Agus lewat survei dan penggiringan opini buruk terhadap Ahok.
Ide konyol Agus tentang kota terapung, membangun tanpa menggusur, namun terakhir menggeser sedikit, menghidupkan BLT dan seterusnya, semakin meyakinkan publik bahwa Agus adalah fotokopinya SBY. Publik mendapat kesan bahwa Agus memiliki kecenderungan seperti SBY sebagai sosok yang tidak tegas, peragu dan tak nyambung. Publik memahami bahwa dalam membuat kebijakan di DKI, sosok seperti Agus hanya akan menghasilkan kebingungan dan kegalauan birokrasi.
Agus yang gaya bicaranya mengambang dan menghapal materi debat dilihat oleh publik DKI sebagai sosok yang tidak mampu memimpin Jakarta. Ditambah dengan calon wakilnya Sylvi yang tersangkut korupsi akan semakin membuat warga DKI menjauhi Agus dan SBY. Publik Jakarta tidak mau kalau kota mereka akan kembali menjadi kota rimba, kota mafia, kota para koruptor selama lima tahun ke depan. Oleh karena itu sampai kiamatpun, Agus tak akan menang di Pilgub DKI 2017. Agus akan tersingkir. Lalu bagaimana dengan Anies?
Kubu Prabowo yang terpaku pada kesantunan Anies tak berhasil menghapus dalam ingatan publik bahwa Anies yang tak becus menjadi menteri dipecat oleh Presiden Jokowi. Anies Baswedan yang awalnya menjanjikan dan akan dijadikan manusia yang dizalimi oleh Presiden Jokowi karena dipecat, justru makin menunjukkan diri tidak berkualitas. Ternyata Jokowi sama sekali tidak menzalimi Anies. Anies memang tidak becus dan layak dipecat.
Kualitas Anies bisa dilihat dari debat dan program-program awang-awangnya. Dalam debat Anies Baswedan gagal menunjukkan kemampuan kualitas manajerial dan intelektualitasnya dengan aneka jawaban yang hanya berupa utopi dan sindiran. Anies hanya mengambar-gemborkan subisidi dan gratis ini dan itu yang disimpulkan dengan up-grade manusia dan lukisan kampung indahnya di bantaran sungai.
Bisa dipastikan bahwa masyarakat Jakarta tidak akan tergerak hatinya memilih calon yang kemampuan manajerialnya rendah dan kalah sama Menteri Susi. Anies diyakini tidak mampu mengurusi Jakarta dengan segudang problematikanya. Hal itu bisa dilihat ketika Anies tidak becus mengurusi satu kementerian saja. Anies diyakini dan dipastikan tidak mampu menjadi Gubernur DKI Jakarta yang berhasil. Apalagi Anies melakukan blunder dengan mengunjungi dan bermesraan dengan FPI yang sarat dengan kontroversial.
Kegagalan strategi SBY untuk mengorbitkan Agus dan Prabowo untuk mengangkat Anies melawan Ahok, menjadi semakin terperosok oleh strategi menjepit ala Tito. Tindakan tegas Tito yang didukung oleh TNI untuk menetapkan Rizieq FPI sebagai tersangka jelas telah membuat SBY gundah gulana.
Begitu cepat Rizieq FPI jatuh membumi dari euforia kemenangan yang melambung setinggi langit. Ternyata Rizieq yang dua bulan lalu melambung di langit ketujuh, dengan mudah ditetapkan sebagai tersangka penistaan pancasila. Sikap tegas Tito ini telah membuat nyali SBY ciut. Ke depan bisa dipastikan bahwa satu persatu tokoh-tokoh persekutuan gelap akan ditekuk oleh Tito.
SBYpun kini terlihat semakin panik ketika orangnya di Mahkamah Konstitusi, Patrialis Akbar dicokok KPK. Sekarang di MK tidak ada lagi kaki tangannya yang bisa dimanfaatkan jika ada sengketa Pilkada. Maka satu-satunya skenario akhir yang ditunjukkan oleh SBY adalah aksi melodramanya sebagai sosok yang dizalimi.
Penetepan Rizieq FPI sebagai tersangka, ditambah dengan kasus heboh dahsyat kasus firza hots, plus ditekuknya Munarman dan sekarang Backhtiar Natsir dalam bidikan Tito, telah membuat warga DKI Jakarta berbalik dari jangkauan Anies. Jelas masyarakat Jakarta banyak yang tidak suka dengan FPI. Dan karena Anies telah bermesraan dengan FPI, maka warga Jakarta menjauh dari Anies.
Demo yang berbungkus doa dan jalan santai tanggal 11 Februari ke depan, bisa dipastikan akan dikendalikan penuh oleh Polri dan TNI. Apalagi demo-demo itu jumlahnya sudah jauh menyusut akan memudahkan Polri dan TNI mengawasinya. Menjelang hari pencoblosan popularitas Ahok dipastikan akan terus naik. Apalagi pada hari Sabtu mendatang, Ahok akan kembali secara resmi menjadi gubernur DKI Jakarta.
Kini kepusingan, sakit kepala, panik dan galau melanda SBY. Ternyata Ahok gagal ditahan, gagal dipenjara dan gagal dijegal. Ia kemudian hanya bisa bernyanyi lagu anak muda ‘Munajat Cinta’ dengan refren yang diubah: ‘Tuhan kirimkan aku gubernur yang baik, Agus, eh ternyata Ahok’. Sementara demo 112 akan diteriakin dengan kencang oleh Tito dengan bunyi: ‘dilarang berdemo di masa tenang bro’.
Begitulah kura-kura.
-
Daerah8 tahun ago
Beredar Foto Seronok di Duga Siswi SMK Kandeman Kabupaten Batang
-
Sejarah8 tahun ago
Sejarah Bahasa Indonesia Dan Asal-Usulnya
-
Dunia4 tahun ago
Ternyata ini rahasia utama belut listrik bisa keluarkan listrik mematikan
-
Internet4 tahun ago
Apa Itu Bisnis RT RW Net? Prinsip Dasar dan Potensinya
-
Seni Tari9 tahun ago
Tari Topeng Cirebon dan Makna Dibaliknya
-
wisata4 tahun ago
Perbedaan Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai | Bengkulu
-
Nasional7 tahun ago
Kenapa Sari Roti Diboikot? Karena Membongkar Kebohongan Mereka
-
Internet4 tahun ago
Apa itu IoT, cara kerja dan contoh penerapannya
Saroedwan
Maret 20, 2016 at 10:30 pm
Ilmu logika di dapat dari membaca semakin baik logika seseorang, agama menjadi sesuatu yang irrelevant. seperti buah simalakama!
Dediariko
Juli 14, 2016 at 6:09 pm
Seperti buah semangka berdaun sirih hehehe
ghandy
Maret 31, 2016 at 11:31 am
mampir sambil kenalan jalin silaturahmi
Dediariko
Juli 14, 2016 at 6:09 pm
Salam.. semoga bermanfaat
tgh
September 14, 2016 at 8:43 am
umat islam membaca kok, tapi yang dibaca hanya quran dan hadiths saja. itulah sumber kehancuran.
Wino
September 14, 2016 at 11:33 am
Sejarah udah membuktikan dimana runtuhnya Roma sbg negeri adidaya Eropa saat itu hanya bisa terjadi karena dilakukan oleh org Roma sbg pihak dalam
Begitu juga agama, siapa yg bisa menghancurkan agama ? Ya unat nya sendiri
Keras T.
September 14, 2016 at 3:23 pm
Berbagai tulisan yang membahas Islam akan hancur atau diambang kehancuran selalu saja muncul setiap beberapa bulan dan tahun. Di perpustakaan ataupun tempat penyewaan buku di kotaku sudah sering kulihat berbagai buku, analisis ataupun artikel dengan tahun terbit berbeda2, judul berbeda2 tapi intinya serupa, yaitu membahas kehancuran Islam. Berbagai sisi tema dibawakan untuk menjelaskan bagaimana Islam akan hancur, mulai dari tema agama, sosiologi, sejarah, politik, ilmu pengetahuan, masa lalu, masa depan dan lain sebagainya. Seolah tema2 itu menjadi rute yang pasti untuk menjelaskan bagaimana Islam akan hancur.
Pada kenyataannya, tulisan2 tersebut tak lebih dari sekedar menerawang, tebak tebakan, meramal belaka, hipotesa yang tak kunjung berubah menjadi teori. Kenyataan yang terjadi adalah Islam selalu “selamat” dari kehancuran. Islam tidak pernah membosankan untuk dibahas oleh umatnya maupun non Islam. Setiap tahun, setiap lustra, setiap windu, setiap dasawarsa dan setiap tahun2 berikutnya selalu ada pembahasan baru tentang Islam, apapun itu, iya tidak? Ini membuktikan Islam benar-benar “selamat” dari kehancuran, disaat tersulitpun keberadaannya terus berlanjut, terus exist. Terkadang aku heran dengan latar belakang tulisan2 yang mengangkat tema kehancuran suatu kepercayaan/agama, apakah karena persaingan antar agama? ataukah ingin terlihat sebagai penulis yang kritis dan berpengetahuan luas ? ataukah hanya sekedar hobi menulis yang penting income mengalir? ataukah sebuah sindiran membangun untuk umatnya masing2 ? tapi apapun alasannya aku suka membaca hal2 tersebut, dengan isi yang bervariasi, analisa berbeda2, sudut pandang berbeda2.
Menurutku jika ingin benar2 mengangkat tulisan kehancuran suatu kepercayaan/agama, ambillah pembahasan yang pasti, ambillah suatu kepercayaan yang benar2 akan redup, tak perlu jauh2, sebagai contoh agama Kaharingan, agamaku, agama nenek moyang dan leluhurku yaitu suku dayak. Agama Kaharingan sudah dipastikan diambang kehancuran dan tak bertahan lama, dulu Kaharingan secara umum masih bisa disebut agama, tapi seiring berjalannya waktu tak dapat mempertahankan diri dari perubahan dan perkembangan zaman, sekarang Kaharingan lebih dikenal sebagai kepercayaan tradisional, bahkan orang luar lebih mengenalnya sebagai salah satu adat istiadat suku dayak. Hanya sedikit sekali yang mengetahui bahwa Kaharingan adalah agama.
Simatupang
September 16, 2016 at 8:16 am
Betul juga ya kang, Islam semakin diperbincangkan, semakin terasa kehadirannya. Kenyataan yang tak terelakkan
sexy girl
September 20, 2016 at 3:51 am
Iya… Bener tuch. Ini tulisan gak mutu. Soalnya, mengkritik. Kita hanya butuh sanjungan. Islam sudah is the best dari segi jumlah. 😀
zen
September 14, 2016 at 3:24 pm
Umat Islam sudah membaca dari sumber yang sangat pasti.
Hanya saja banyak yang menyempitkan tafsir dari arti kata membaca.
Sehingga terjadilah kesibukan memelintir kan pemahaman.
Milanisti
September 14, 2016 at 5:12 pm
Hmm…..melihat keadaan yang terjadi belakangan ini, dapat saya simpulkan tulisan diatas akan sulit untuk di cerna oleh kelompok beragama maupun oknum agama!
Kalau saya probadi sih, tulisan diatas ada benarnya!
yulia
September 14, 2016 at 11:00 pm
penulis hanya melihat dari satu sisi, biasanya ini adalah typical kafir dan yahudi, secara luas, Islam sudah berkembang pesat, banyak orang mempelajari ajaran Islam bukan dari perilaku pemeluknya, karena jika bicara ajaran maka konteksnya adalah berbeda dgn perilaku pemeluknya
Muhammad Abdillah
September 15, 2016 at 10:38 am
Siapa bilang ISLAM diambang kehancuran..?
Bukti nyata bukan rekayasa bahwa pada saat ini ISLAM justru sedang berkembang dinegara kafir khususnya eropa.
Mereka berbondong2 SYAHADAT memeluk ISLAM.
Islam dpt berkembang bukan dengan tulisan atau byknya membaca…?
Tapi Islam berkembang dengan pengorbanan diri harta dan waktu utk belajar meluangkan sedikit harta kita, diri kita, waktu kita utk mendakwahkan ini Agama.
Wallahu a’lam.
vicky
Januari 22, 2017 at 6:23 pm
http://www.muslimterbaru.site/astaghfirullah-ternyata-2-juta-muslimin-indonesia-murtad-setiap-tahun.html 2juta pertahun di Indonesia Sumber MUI
elfan
September 15, 2016 at 10:45 pm
JANGAN KAU LECEHKAN ISLAM, TAPI LECEHKAN UMATNYA, KAUM MUSLIM KARENA TAK MAMPU MEMAHAMI ISLAM DENGAN SEMPURNA!
Jangankan kaum Muslim ya umat manusia pun bisa diganti Allah SWT dengan makhluk-Nya yang baru.
Dan berjihad(berjuang)lah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu (Hai Muhammad) dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan (atau kesulitan). (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang MUSLIM dari dahulu (sebelum Ibrahim), dan (begitu pula termuat) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. ﴾SQS. Al Hajj, 22:78﴿
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. ﴾SQS. An Nisaa, 4:133﴿
Reformasi pemahaman atas ‘paham’ Islam selama ini
simak kata sang pengamat satu ini:
Islam adalah agama yang sangat universal. Dalam menterjemahkan nilai-nilai ajaran agama, sangat tergantung dengan karakter dan sifat manusia yang mempelajarinya. Hal ini pula yang kemudian, membuat munculnya berbagai konflik dalam menterjemahkan makna dari ajaran agama itu sendiri.
https://www.garudacitizen.com/umat-islam-diambang-kehancuran/
Wal Suparmo
September 16, 2016 at 4:06 am
Menurut VANCA peramal wanita buta dari Hongaria yg meramal tahun 1985 bahwa orang NEGRO yg pernah tinggal di Asia( didak tahu Indonesia), Yg akan jadi presiden Amarika( dianggap tidak munkin). Meramal bahwa agama islam justru akan mendominasi Eropa tahun 2038 tetapi akan LENYAP dari dunia( diganti agama lain ), baru TAHUN 2085.Tenang pak masih LAMA. Dan kita tidak akan mengalaminya.
Priadi
September 18, 2016 at 2:04 pm
Betul kita lihat jumlah penganut muslim di eropa bertambah banyak di israel sendiri penganut muslim juga bertambah gejala apakah ini saya tidak menyalakan tulisa di atas tapi tulisan tersebut terlalu teoritis dan didasari dengan logika emosi tidak dilihat dari kaca mata orang orang yang pindah agama dari agama lain masuk ke agama islam saya yakin islam tidak akan hancur karena Allah sudah menjanjikan dalm kitab suci Allquran dan sekarang orang islam juga sudah banysk yang cedas dan juga sudah banyak yang tidak sepicik seperti yang di tulis diatas saya melihat orang islam justru sedang menuju ke suatu proses menuju kejayaan islam coba kita baca Alguran dan terjemahan nya lalu kita lihat apa yang ter jadi di dunia saat ini maka tanda tanda tersebut sudah mulai terlihat
djamal
Oktober 8, 2016 at 5:43 pm
Klu tulisan nggak mutu masik mending bisa nulis,dp anda sexigirls cuma bisanya nyocot doang,udah bodoh egois itulah kebodohan nya,klu memang anda mengatakan tulisan tak bermutu coba berikan sanggahan yang ada fakta nya 2dan sumber sumbernya jelas jadi dakusah mengolok olok, agar kita sebagai umat islam nggak dicap bodoh kayak anda sexi girl oke.
Pitbull gahar
Agustus 9, 2017 at 11:36 am
Tuhan pencipta alam tidak bikin agama.baik agama yahudi,kristen,islam,hindu,budha dll.Tuhan hanya menyuruh manusia untuk mendengar dan melaksanakan perintah2nya.jadi klo ada yg bilang tuhan beragama tertentu.itu pasti bukan tuhan.tapi setan neraka .renungkanlah….
Riniandalan
Februari 9, 2017 at 12:19 pm
Komentar: ikutlah gejawen
hamidun
Februari 11, 2017 at 7:02 pm
waktu kepunahan islam kelak ketika mereka bersatu memerangi Yahudi dan mau merenut Yerusalem…saat itulah allah menrunkan api dari langit membakar mereka. kitab zakaria 14
Indra
Mei 11, 2017 at 6:15 pm
Islam bersatu
Wasesa
Agustus 15, 2017 at 1:44 am
Mantap
Wasesa
Agustus 15, 2017 at 1:45 am
Ya, ilmu harus terus di gali, penulis mantap