Connect with us

Dunia

7 Perbedaan Umroh dan Haji (Rukun Ibadah, Waktu, Dll)

Published

on

Perbedaan Umroh dan Haji

Meskipun sama-sama dilaksanakan di kota Mekkah, namun terdapat perbedaan umroh dan haji yang harus dipahami seluruh umat Muslim, khususnya yang sebentar lagi akan menjalaninya. Yang umumnya diketahui memang kedua ibadah tersebut memiliki perbedaan yang terletak pada rukun yang wajib dilaksanakan. 

Akan tetapi, perbedaannya tidak sesederhana itu. Bahkan antara haji dan umroh sendiri memiliki hukum dan waktu pelaksanaan yang berbeda. Jadi, sangat penting untuk kita semua memahami apa saja yang menjadi perbedaan di antara kedua ibadah tersebut. 

Pengertian Umroh dan Haji

Berdoa di Mekkah
Berdoa di Mekkah

Sebelum kita masuk ke penjelasan apa perbedaan haji dan umroh, akan lebih baik jika pelajari mulai dari membahas pengertiannya terlebih dahulu. Baik antara kedyabta memiliki arti yang berbeda meskipun keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain. 

Secara umum, ibadah umroh bisa disebut sebagai “haji kecil”. Hal ini dikarenakan ada beberapa pelaksanaan di dalam ibadah haji yang dikurangi pada umroh ini. Namun dari segi bahasa, umroh bisa diartikan “mengunjungi” suatu tempat. 

Maksud dari mengunjungi di sini adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk berkunjung ke Ka’bah sebagaimana ia ingin menjalani ibadah Thawaf dan Sa’i. Ibadah ini bisa dilakukan kapan saja. 

Sementara itu, haji secara umum berarti mengunjungi Ka’bah di Masjidil Haram yang dilakukan pada bulan Haji saja. Haji juga bisa dikatakan sebagai upaya seorang umat Muslim untuk mengikatkan ibadah serta menyempurnakan rukun Islam, dengan cara melaksanakan ibadah haji. 

Haji sendiri adalah rukun Islam yang ke-5, di mana artinya wajib bagi setiap Muslim yang mampu menunaikannya. Sedangkan menurut para ulama, pengertian haji bisa dikatakan menuju Ka’bah atau mengunjungi rumah Allah, yang keberangkatannya akan dilaksanakan pada waktu tertentu saja. 

Waktu tertentu untuk melaksanakan ibadah haji yaitu pada bulan Syawal, Zulkaida, Zulhijjah, serta sepuluh bulan pertama Zulhijjah. Di dalam ibadah haji pun ada serangkaian kegiatan yang harus dilakukan. Beberapa di antaranya yaitu berihram, Wukuf di padang Arafah, dan Mabit yang dilaksanakan di Mina. 

Tidak hanya itu saja, masih ada kegiatan lainnya yang harus dilaksanakan, seperti melempar Jumrah, Sai, mencukur, serta Thawaf. Sampai di sini, mungkin Anda sudah bisa mulai memahami apa perbedaan antara haji dan umroh. Namun untuk lebih jelasnya lagi, kami akan menjabarkannya dengan lengkap setelah ini. 

Perbedaan Umroh dan Haji: Ibadah yang Dilakukan di Tanah Suci

Masjidil Haram
Masjidil Haram

Dari penjelasan di atas, setidaknya Anda sudah mulai memahami perbedaan umroh dan haji. Akan tetapi, sebenarnya ada sedikitnya 7 perbedaan haji dan umroh yang harus dipahami karena ini nantinya berkaitan dengan seluruh kegiatan yang wajib dilakukan jemaah. Simak penjelasan di bawah ini untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap terkait kedua ibadah tersebut. 

1. Perbedaan Rukun Ibadah

Perbedaan umroh dan haji yang pertama terletak pada rukunnya yaitu: ibadah umroh hanya memiliki 4 rukun saja (Ihram, Sa’i, Thawaf, dan memotong rambut), sedangkan untuk ibadah haji memiliki 5 rukun yang wajib dilaksanakan (Ihram, Wukuf, Sa’i, Thawaf, dan memotong rambut). 

Meskipun terlihat adanya persamaan haji dan umroh, namun perbedaan rukun tersebut menjadi syarat dari keabsahan ibadah yang dilaksanakan. Bahkan rukun ibadah tersebut bisa dikatakan batal apabila tidak bisa dilakukan dan tidak diganti dengan denda. 

2. Perbedaan Waktu Pelaksanaan

Selain perbedaan rukun haji dan umroh, waktu pelaksanaan juga menjadi perbedaan yang perlu dipahami. Seperti yang sudah kami jelaskan di awal, ibadah haji hanya boleh dilaksanakan pada bulan haji saja. Hal ini memang sudah ditetapkan oleh syariat. Selain itu, ibadah haji juga hanya dilaksanakan satu kali dalam satu tahun. 

Pada umumnya, ibadah haji hanya akan dilaksanakan mulai dari bulan Syawal sampai hari raya Idul Adha. Hal ini bahkan sudah dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari yang diterangkan oleh Abdullah bin Umar, “Bulan-bulan haji adalah Syawal, Zul Qa’dah, dan 10 hari (pertama) Zulhijjah.” (HR. Bukhari).

Sementara itu, ibadah umroh bisa dilakukan tanpa ada keterikatan waktu. Dengan kata lain, ibadah yang disebut haji kecil ini bisa dilakukan kapan saja atau bisa dilakukan sepanjang tahun. Inilah perbedaan umroh dan haji yang paling mudah diingat. 

3. Perbedaan Hukum Ibadah

Perbedaan umroh dan haji yang selanjutnya bisa dilihat dari hukum ibadahnya. Di dalam rukun Islam, haji merupakan kewajiban yang harus dilakukan bagi umat Muslim yang mampu. Hal ini bahkan sudah dijelaskan pada firman Allah:

“Menunaikan ibadah haji adalah kewajiban terhadap Allah, yaitu bagi mereka yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji ini, maka sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Kaya yang tidak memerlukan sesuatu apapun dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97)

Sedangkan untuk ibadah umroh memiliki hukum Sunnah. Ibadah ini bisa dinilai sebagai penyempurnaan ibadah yang selayaknya dilaksanakan oleh umat Islam. Namun meskipun begitu, terdapat perbedaan pendapat terkait hukum umroh  ini. 

Di dalam mazhab Hanafi dan Maliki, umroh merupakan ibadah Sunnah. Namun menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali umroh menjadi ibadah yang memiliki hukum wajib. Jabir bin ‘Abdillah ra menerangkan bahwa Rasulullah SAW ditanya apakah wajib atau Sunnah bagi seseorang melaksanakan ibadah umroh. Nabi SAW lalu menjawab, “Tidak. Jika kau berumroh maka itu lebih baik.” (HR. Tirmidzi).

4. Perbedaan Makna

Jika dipahami dari segi makna, maka terdapat perbedaan umroh dan haji yang harus diketahui. Haji mempunyai makna Al-Qashdu, yang artinya berkunjung atau sengaja melakukan sesuatu yang “agung”. Para umat Islam akan datang ke Baitullah, baik secara fisik maupun jiwa untuk melaksanakan suatu amalan tertentu, syariat dan waktu tertentu pada bulan haji. 

Berbeda dengan umroh yang dimaknai sebagai kegiatan berziarah ke Baitullah untuk melakukan amalan-amalan tertentu. Di dalam ilmu Fiqih, umroh diartikan mendatangi Ka’bah untuk melakukan Thawaf, Sa’i, dan bercukur. 

Tidak hanya itu, ibadah umroh juga dapat diartikan sebagai haji kecil atau haji yang dikurangi. Seperti yang sudah kami bahas sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya ritual atau kegiatan pada ibadah haji yang dikurangkan di dalam ibadah umroh.

5. Perbedaan Segi Kewajiban

Perbedaan umroh dan haji juga bisa dilihat dari segi kewajibannya. Kewajiban ini merupakan rangkaian ibadah manasik yang apabila ditinggalkan, maka bisa membatalkan kedua ibadah tersebut yang sedang dijalani, dan harus diganti dengan denda. 

Ibadah haji memiliki 5 kewajiban yang harus dilakukan, yakni niat Ihram dari Miqat atau batas area yang sudah ditentukan daerah asal jamaah haji, menginap di Muzdalifah, menginap di Mina, Thawaf Wada’ (perpisahan), dan melempar jumrah. Saat sudah berihram pun para jamaah harus sudah mengenakan pakaian yang dipakai ketika melaksanakan Wukuf.

Sementara untuk ibadah umroh hanya memiliki 2 kewajiban saja, yakni niah Ihram dari Miqat dan menjauhi larangan saat sudah berihram. Dari perbedaan kedua ibadah ini bisa dilihat bahwa keduanya memiliki serangkaian ibadah yang hampir sama, namun lebih banyak saat melaksanakan haji. 

6. Perbedaan Tempat Pelaksanaan

Dalam perbedaan umroh dan haji, keduanya memiliki tempat pelaksanaan yang berbeda setelah Miqat. Sedikit informasi, Miqat adalah batas antara boleh atau tidaknya (perintah mulai atau harus berhenti) melafadzkan niat ibadah. 

Mengutip penjelasan dari buku Ensiklopedia Fikih Indonesia oleh Ahmad Sarwat, ibadah haji akan dilaksanakan dari mulai Miqat ke Mekkah (Masjidil Haram). Kemudian akan dilanjut ke padang Arafah, lalu ke Muzdalifah, dan dilanjut ke Mina. 

Berbeda dengan umroh yang akan dilakukan dari Miqat ke Mekkah, lalu dilanjut dengan ibadah Thawaf dan Sa’i. Ibadah haji kecil ini akan dilaksanakan di Masjidil Haram. 

7. Perbedaan Kekuatan Fisik

Nah, perbedaan umroh dan haji yang terakhir yaitu persiapan fisik untuk menjalaninya. Berdasarkan urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir, ibadah ini akan memakan waktu yang lebih lama dan lebih panjang. Berbeda dengan ibadah umroh yang dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. 

Oleh karena itu, para jamaah haji diwajibkan untuk menjaga kekuatan fisik selama menjalani ibadah di Tanah Suci tersebut, dengan tujuan agar rasa tenang dan damai menyelimuti hati selama berada di rumah Allah SWT. 

Macam-Macam Haji dan Umroh

Sekarang, Anda pasti sudah sangat paham apa saja perbedaan umroh dan haji. Selain perbedaan tersebut, ada juga macam macam haji dan pengertiannya yang memiliki kaitan dengan ibadah umroh. 

Haji Qiran

Haji Qiran merupakan ibadah haji dan ibadah umroh yang dilaksanakan secara bersamaan. Jenis ibadah ini bisa dijadikan pilihan saat terjadi suatu hal, seperti jemaah yang tidak bisa melaksanakan ibadah umroh, baik itu sebelum ataupun sesudah ibadah haji. Secara bersamaan, jemaah akan melakukan sekali niat untuk dua pekerjaan sekaligus, namun juga harus melakukan pembayaran dam. 

Haji Tamattu’

Haji Tamattu’ merupakan pelaksanaan ibadah umroh terlebih dahulu di bulan haji. Lalu kemudian dilanjut dengan ber-tahallul dan berihram haji dari Mekkah (pada 8 Dzulhijjah atau 9 Dzulhijjah tanpa kembali lagi dari Miqat semula). 

Saat jeda waktu Tahallul, jemaah dapat bersenang-senang karena sedang tidak dalam kondisi berihram dan tidak akan terkena larangan ihram, namun tetap akan dikenakan dam. Meskipun terdapat perbedaan umroh dan haji, namun keduanya bisa dilakukan dalam satu waktu dengan syariat tertentu. 

Haji Ifrad

Yang terakhir ada haji Ifrad yang memiliki arti melaksanakan ibadah haji tanpa melaksanakan ibadah umroh. Ibadah ini adalah suatu proses yang melangsungkan ibadah haji terpisah antara ibadah umroh. Haji Ifrad bisa dilaksanakan dengan melaksanakan haji saja tanpa perlu umroh. Dengan cara ini, jemaah tidak diwajibkan untuk membayar dam. 

Akhir Kata

Sebagai kesimpulan, perbedaan umroh dan haji mencakup 7 hal, yakni rukun ibadah, waktu pelaksanaan, hukum ibadah, makna, kewajiban yang akan dilakukan, tempat pelaksanaan, dan kondisi fisik. 

Sebagai calon jemaah, tentunya Anda harus memahami seluruh perbedaan tersebut agar saat menjalani ibadah di Tanah Suci nantinya bisa lebih efektif dan tenang. Persiapkan juga jasa travel haji plus terbaik di Jakarta yang akan mengantarkan Anda dan keluarga ke Tanah Suci tanpa repot. 

Jasa tersebut akan dengan senang hati membantu Anda dari mulai memberikan informasi berapa lama antrian haji, pengurusan dokumen, sampai hal-hal yang mendukung ibadah selama di rumah Allah. 

Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Dunia

Berapa Lama Antrian Haji di Indonesia? Ini Dia Faktanya!

Published

on

Berapa Lama Antrian Haji

Sebagai umat Muslim yang ingin menyempurnakan rukun Islam, tentunya terpikirkan berapa lama antrian haji di Indonesia. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu. Namun, tidak semua orang bisa langsung berangkat haji sesuai dengan keinginannya. 

Ada banyak faktor yang membuat calon jamaah haji harus menunggu dalam antrian yang cukup lama. Lalu, berapa lama sebenarnya antrian haji di Indonesia? Apa saja faktor yang mempengaruhi lamanya antrian haji? Semuanya akan dibawah pada artikel ini, jadi pastikan Anda menyimaknya sampai habis! 

Berapa Lama Antrian Haji di Indonesia?

Berapa lama antrian haji? Dari fakta yang ada, antrian haji di Indonesia merupakan salah satu yang terpanjang di dunia. Menurut data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU), Kementerian Agama, rata-rata lama masa tunggu calon jamaah haji reguler Indonesia saat ini telah mencapai 25 tahun.

Bahkan, ada beberapa daerah yang masa tunggunya nyaris tembus satu abad, seperti Kalimantan Selatan yang mencapai 36 tahun, Sulawesi Tenggara yang mencapai 38 tahun, dan Sulawesi Selatan yang mencapai 97 tahun.

Data estimasi waiting list jamaah haji tersebut dapat dilihat melalui aplikasi Pusaka yang dihadirkan oleh Kementerian Agama. Aplikasi ini dapat diunduh melalui Google Play (android) dan App Store (iOS). 

Calon jamaah haji dapat memasukkan nomor porsi pada kolom yang tersedia, lalu akan muncul data estimasi keberangkatan yang mencakup informasi yang dibutuhkan. Pastikan mengisi informasi yang benar, agar jadwal keberangkatan Anda bisa cepat diketahui. 

Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Antrian Haji?

Dilihat dari penjelasan berapa lama antrian haji di atas, tidak heran jika ada banyak calon jamaah yang mempertimbangkan perbedaan umroh dan haji. Pasalnya, umroh sendiri sama-sama ibadah yang dilaksanakan di Tanah Suci dengan waktu yang lebih fleksibel. Sementara itu, lamanya antrian haji di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Kuota Haji yang Terbatas

Kuota haji merupakan jumlah jamaah haji yang diperbolehkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk berangkat ke Tanah Suci setiap tahunnya. Kuota haji ditentukan berdasarkan persentase 0,1% dari jumlah penduduk muslim di setiap negara.

Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia mendapatkan kuota haji terbesar, yaitu sekitar 211 ribu pada tahun 2019. Namun, kuota tersebut masih jauh dari cukup untuk memenuhi permintaan calon jamaah haji yang mencapai lebih dari lima juta. 

Selain itu, kuota haji juga berubah-ubah setiap tahunnya, tergantung pada kondisi politik, ekonomi, dan kesehatan di Arab Saudi. Misalnya, pada tahun 2020 dan 2021, kuota ini pun dibatasi hanya sekitar 100 ribu karena adanya pandemi Covid-19.

2. Pendaftaran Haji yang Terus Bertambah

Meskipun kuota haji terbatas, pendaftaran haji di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan tingginya animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah haji. Pendaftaran haji di Indonesia dilakukan secara online melalui SISKOHAT. 

Calon jamaah haji harus membayar setoran awal sebesar Rp25 juta ke bank penerima setoran haji (BPS-BPIH), lalu mendapatkan bukti setoran awal yang mencantumkan nomor porsi haji. Nomor porsi haji ini menentukan urutan keberangkatan calon jamaah haji. 

Semakin awal mendaftar, semakin cepat pula berangkat. Namun, dengan jumlah pendaftar yang terus bertambah, maka semakin lama pula waktu tunggu bagi calon jamaah haji yang baru mendaftar. Hal inilah yang mempengaruhi berapa lama antrian haji di Indonesia. 

3. Ketersediaan Fasilitas dan Layanan Haji

Faktor lain yang mempengaruhi berapa lama antrian haji di Indonesia adalah ketersediaan fasilitas dan layanan haji, baik di Indonesia maupun di Arab Saudi. Fasilitas dan layanan haji meliputi transportasi, akomodasi, kesehatan, keamanan, bimbingan, dan lain-lain. 

Semua fasilitas dan layanan tersebut harus memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dan Arab Saudi. Jika ada salah satu saja fasilitas atau layanan haji yang tidak tersedia atau tidak memadai, maka akan berdampak pada penurunan jumlah jamaah haji yang dapat diberangkatkan.

Akhir Kata

Demikianlah artikel tentang berapa lama antrian haji di Indonesia dan apa saja faktor yang mempengaruhi lamanya antrian haji. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui informasi seputar ibadah haji. Jika Anda sudah mendaftar haji, jangan lupa untuk selalu memantau perkiraan keberangkatan Anda melalui aplikasi Pusaka atau situs resmi Kementerian Agama. 

Jika Anda belum mendaftar haji, segera daftarkan diri Anda melalui SISKOHAT dan siapkan diri Anda secara fisik, mental, pakaian yang dipakai ketika melaksanakan Wukuf, dan finansial untuk melaksanakan ibadah suci tersebut. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kesempatan bagi kita semua untuk berhaji ke Baitullah. Aamiin.

Continue Reading

Dunia

11 Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir

Published

on

Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir

Untuk para calon jamaah yang akan melangsukan ibadah di Tanah Suci, memahami urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir merupakan hal yang penting.  Ibadah diartikan sebagai perjalanan ke Tanah Suci, Mekkah dan sekitarnya untuk melaksanakan serangkaian ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. 

Ibadah haji sendiri memiliki banyak hikmah dan manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Namun, untuk dapat melaksanakannya dengan baik dan benar, seorang Muslim haruslah mengetahui bagaimana urutan pelaksanaan ibadah tersebut sampai akhir. 

Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir

Ka'bah
Ka’bah

Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang haji. Urutan inilah yang menjadi perbedaan umroh dan haji. Tahapan-tahapan ini disebut dengan manasik haji, yaitu ritual-ritual yang harus dilakukan oleh seorang haji sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

1. Melakukan Ihram dari Miqat

Ihram adalah niat dan pakaian khusus yang harus dikenakan oleh seorang haji sebelum memasuki wilayah haram, yaitu wilayah yang meliputi Mekkah dan sekitarnya. Ritual ini harus dilakukan dari Miqat, yaitu tempat-tempat yang telah ditentukan oleh syariat Islam sebagai batas masuknya wilayah haram. 

2. Wukuf di Arafah

Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir yang berikutnya, Wukuf di Arafah adalah berdiri atau berdiam diri di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ibadah ini dilakukan mulai dari terbit matahari sampai terbenamnya. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling utama, sehingga barangsiapa yang tidak melakukannya, maka hajinya batal. 

3. Thawaf Ifadah

Thawaf ifadah adalah Thawaf yang dilakukan setelah wukuf di Arafah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan memulainya dari Hajar Aswad, dan mengakhirinya di tempat yang sama. Ritual yang termasuk dalam urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir ini adalah rukun haji yang kedua, sehingga barangsiapa yang tidak melakukannya, maka hajinya batal. 

4. Sa’i

Sa’i adalah rukun haji, yang dilakukan dengan cara berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ritual ini dimulai dari bukit Shafa dan mengakhirinya di Marwah. 

Amalan ini adalah bentuk penghargaan kepada perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang mencari air untuk putranya Ismail AS di padang tandus. Sa’i juga merupakan kesempatan bagi seorang haji untuk mengingat nikmat Allah SWT yang telah memberikan sumber air zam-zam yang berkah.

5. Mabit di Muzdalifah

Mabit di Muzdalifah adalah bermalam atau berdiam diri di padang Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah, setelah selesai Thawaf Ifadah dan Sa’i. Ritual yang termasuk urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir ini adalah wajib haji, sehingga barangsiapa yang meninggalkannya, maka harus membayar dam (kurban). 

6. Melempar Jumrah

Melempar jumrah adalah melempar batu kerikil ke tiga tiang yang disebut jumrah, yang melambangkan setan. Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir ini dilakukan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah. 

Selain itu, kegiatan melempar jumrah adalah bentuk penolakan dan perlawanan terhadap godaan dan bisikan setan yang menghalangi ketaatan kepada Allah SWT. Amalan ini juga merupakan kesempatan bagi seorang haji untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

7. Mencukur atau Memotong Rambut

Mencukur atau memotong rambut dilakukan setelah selesai melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Amalan ini menjadi bentuk pengorbanan dan penghambaan diri kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat rambut. Mencukur atau memotong rambut juga merupakan tanda bahwa seorang haji telah keluar dari ihram dan boleh melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang.

8. Melempar 3 Jumrah

Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir yang berikutnya, melempar 3 jumrah berupa batu kerikil ke tiga tiang, yaitu jumrah ula, jumrah wustha, dan jumrah aqabah. Amalan ini dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Melempar 3 jumrah adalah wajib haji, sehingga barangsiapa yang meninggalkannya, maka harus membayar dam.

9. Mabit di Mina

Mabit di Mina berarti bermalam atau berdiam diri di lembah Mina pada malam tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, setelah selesai melempar 3 jumrah. Ini adalah kesempatan bagi seorang haji untuk bersilaturahmi, berbagi, dan bermuhasabah dengan sesama haji yang berasal dari berbagai daerah dan negara. 

Ritual ini juga merupakan simbol kebersamaan dan kecintaan umat Islam yang bersaudara dalam iman dan taqwa.

10. Thawaf Wada

Thawaf Wada adalah Thawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Mekkah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan memulainya dari Hajar Aswad dan mengakhirinya di tempat yang sama. 

Ini menjadi bentuk perpisahan dan pengucapan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk menunggu berapa lama antrian haji sampai melaksanakannya.

11. Tahallul

Yang terakhir, Tahallul adalah keluar dari keadaan Ihram dengan melepaskan pakaian Ihram dan mengenakan pakaian biasa. Tahallul adalah tanda bahwa seorang haji telah menyelesaikan ibadah hajinya dan boleh melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang, seperti memakai wewangian, bercumbu, bersetubuh, dan lain-lain. 

Momen ini juga merupakan tanda bahwa seorang haji telah mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

Demikianlah urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir yang harus diketahui oleh setiap muslim yang ingin melaksanakan ibadah haji. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan, kesempatan, dan keberkahan bagi kita semua untuk dapat melaksanakan ibadah haji yang mabrur. Amin.

Continue Reading

Dunia

Macam Macam Haji dan Pengertiannya (Ifrad, Qiran, Tamattu’)

Published

on

Macam Macam Haji dan Pengertiannya

Tentu saja, sebagai umat Muslim, kita perlu memahami macam macam haji dan pengertiannya. Dalam pengertiannya, haji mempunyai makna menuju atau menyengaja. Artinya adalah berkunjung ke Baitullah (Masjidil Haram) untuk melaksanakan ibadah pada waktu dan cara tertentu yang sudah ditetapkan dengan tertib. Hal ini lah yang menjadi perbedaan umroh dan haji

Namun di dalam haji sendiri terdapat beberapa macam yang sebenarnya masih berkaitan dengan ibadah umroh. Untuk itu, mari kita pelajari bersama apa saja macam-macam haji, serta membahas penjelasannya secara lengkap. 

Macam Macam Haji dan Pengertiannya

Baitullah
Baitullah

Seperti yang sudah kita ketahui, ibadah haji adalah rukun Islam yang ke-5, dan wajib dilaksanakan bagi umat Muslim yang mampu (baik secara finansial maupun fisik). 

Haji sendiri memiliki arti berkunjung ke Baitullah atau Ka’bah, untuk melakukan urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir, dari Ihram di Miqat, Wukuf, Mabit, melempar Jumrah, Thawaf, dan Sa’i. Adapun beberapa macam macam haji dan pengertiannya yang wajib diketahui seluruh umat Muslim, yakni:

1. Haji Ifrad

Haji Ifrad adalah salah satu jenis haji yang dilakukan dengan hanya mengerjakan ibadah haji saja tanpa ibadah umrah. berasal dari kata afrada yang artinya menjadikan sesuatu itu sendirian atau memisahkan sesuatu yang bergabung menjadi sendiri-sendiri. 

Penamaan haji Ifrad dikarenakan ibadah ini dilakukan dengan memisahkan antara ibadah haji dari ibadah umrah, sehingga ibadah haji yang dikerjakan tidak ada tercampur atau bersamaan dengan ibadah umrah.

Haji Ifrad adalah satu-satunya jenis haji yang tidak mewajibkan adanya denda atau dam berupa penyembelihan kambing. Hal ini berbeda dengan haji tamattu’ dan qiran yang mewajibkan jamaahnya untuk membayar dam.

Niat Haji Ifrad

Setelah memahami macam macam haji dan pengertiannya di atas, berikut niat haji Ifrad dilakukan ketika memakai Ihram di Miqat:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بِحَجٍّ

Artinya: “Aku datang memenuhi panggilanMu untuk haji.

Atau

نَوَيْتُ الحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تعَالَى

Artinya: “Aku niat haji, dengan berihram untuk haji karena Allah.

Syarat Haji Ifrad

Syarat haji Ifrad adalah sebagai berikut:

  • Harus memakai ihram untuk haji saja di miqat
  • Harus melaksanakan haji dalam bulan-bulan haji (Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah)
  • Jamaah harus melaksanakan haji sebelum umrah, yaitu dengan melakukan Thawaf Ifadhah dan Sa’i untuk haji, kemudian bertahallul akhir dan boleh melakukan semua hal yang diharamkan ketika ihram termasuk berhubungan suami istri
  • Setelah selesai dari amalan-amalan haji, baru dilanjutkan Ihram untuk umrah dan mengerjakan amalan-amalan umrah

2. Haji Qiran

Haji Qiran adalah salah satu macam macam haji dan pengertiannya, yang dilakukan dengan menggabungkan ibadah haji dan umrah dalam satu waktu tanpa melepas Ihram. Jenis haji ini berasal dari kata qaa-rana yang artinya menyertakan dan menggandeng. 

Penamaan haji Qiran berdasarkan dari ritualnya yang mengumpulkan antara ibadah haji dan umrah dalam satu ihram. Yakni, jamaah haji memakai ihram untuk umrah dan haji secara bersamaan sejak miqat atau tempat yang ditentukan untuk memasuki Ihram.

Niat Haji Qiran

Niat haji Qiran dilakukan ketika memakai Ihram di Miqat dengan mengucapkan lafal berikut:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا وَعُمْرَةً

Artinya: “Aku datang memenuhi panggilanMu untuk haji dan umroh.

Atau

نَوَيْتُ الحَجَّ وَالعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهِمَا لِلَّهِ تعَالَى

Artinya: “Aku niat haji dan umroh, dengan berihram untuk haji dan umrah karena Allah.

Syarat Haji Qiran

Syarat haji Qiran adalah sebagai berikut:

  • Harus memakai Ihram untuk haji dan umrah sekaligus di Miqat
  • Jamaah harus melaksanakan umrah dan haji dalam bulan-bulan haji (Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah)
  • Harus melaksanakan umrah sebelum haji, yaitu dengan melakukan Thawaf dan Sa’i untuk umrah, kemudian tetap berihram hingga melaksanakan haji
  • Harus membayar dam (kurban) sebesar seekor kambing atau setara dengan 1/7 sapi atau unta. Dam ini harus disembelih di Mina pada hari-hari tasyrik (11, 12, atau 13 Zulhijjah) dan dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin di Mekkah

3. Haji Tamattu’

Akhirnya kita masuk ke macam macam haji dan pengertiannya yang terakhir. Haji Tamattu’ adalah salah satu jenis ibadah haji yang dilakukan dengan cara mendahulukan umrah dari haji. 

Untuk Anda ketahui, haji tamattu’ berasal dari kata ‘tamatta’a’ yang berarti bersenang-senang. Hal ini karena orang yang melakukan haji tamattu’ dapat bersenang-senang dengan hal-hal yang dilarang ketika berihram, setelah menyelesaikan umrah dan sebelum berihram kembali untuk haji.

Niat Haji Tamattu’

Sama seperti macam macam haji dan pengertiannya yang sudah kami bahas di atas, berikut adalah niat haji Tamattu’ yang dilafalkan saat Ihram dari Miqat:

نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلهِ تَعَالَى

Artinya: “Aku berniat haji dengan berihram karena Allah SWT.

Selain itu, jamaah haji Tamattu’ juga harus mengucapkan Talbiyah, yaitu:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بحَجًَةِ

Artinya: “Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.

Syarat Haji Tamattu’

Agar ibadah dikatakan sah, berikut adalah beberapa syarat untuk seseorang diperbolehkan melangsungkan haji Tamattu’:

  • Bukan penduduk Mekkah
  • Jamaah tinggal di tempat yang jaraknya dua marhalah atau lebih dari Tanah Haram. Marhalah adalah jarak tempuh perjalanan sehari semalam, yaitu sekitar 90 km
  • Harus mengerjakan haji dan umrah dalam bulan-bulan haji pada tahun yang sama. Bulan-bulan haji adalah bulan Syawal, Dzulqaidah, dan Dzulhijjah

Akhir Kata

Secara kesimpulan, terdapat 3 macam macam haji dan pengertiannya yang harus dipahami calon jamaah, yakni haji Ifrad, haji Qiran, dan yang terakhir haji Tamattu’. Dengan kemudahan yang Allah berikan, kita sebagai umat Muslim jadi bisa menjalani ibadah dengan lebih khusyuk dan lapang dada.

Continue Reading

Trending