Dunia
Pakaian Yang Dipakai Ketika Melaksanakan Wukuf Bagi Laki-Laki Adalah?
Pakaian yang dipakai ketika melaksanakan Wukuf bagi laki-laki adalah? Pertanyaan tersebut seringkali dipertanyakan oleh banyak umat Muslim, khususnya calon jamaah yang akan melangsungkan ibadah haji di Tanah Suci. Dalam momen yang sakral ini, tentunya ada syarat yang harus dilakukan dalam hal berpakaian untuk jamaah laki-laki. Untuk lebih jelasnya, simak artikel ini sampai habis.
Arti Wukuf dalam Ibadah Haji
Sebelum masuk ke penjelasan pakaian yang dipakai ketika melaksanakan Wukuf bagi laki-laki adalah apa, mari kita buka artikel ini dengan mempelajari arti Wukuf. Sebagai informasi untuk Anda, Wukuf merupakan salah satu rukun haji yang paling utama. Bahkan rukun ini menjadi salah satu perbedaan umroh dan haji yang paling penting.
Wukuf memiliki arti “berhenti” atau “berdiam” diri di Padang Arafah, yang merupakan sebuah lembah di dekat kota Mekkah. Ritual ibadah ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yakni bulan terakhir dalam kalender Hijriah. Wukuf menjadi momen di mana para jamaah haji akan berhenti sejenak dari segala aktivitas dunia, untuk lebih berfokus sepenuhnya kepada Allah SWT.
Karena ritual ini menjadi simbol pengampunan dan rahmat bagi umat Islam, maka para jamaah wajib mengenakan pakaian terbaiknya di hadapan sang Pencipta. Bukan pakaian mewah, melainkan pakaian yang melambangkan kesucian dan kemurnian hati.
Pakaian Yang Dipakai Ketika Melaksanakan Wukuf Bagi Laki-Laki Adalah?
Setelah memahami penjelasan di atas, sekarang mari kita sama-sama membahas tentang pakaian yang akan digunakan oleh jamaah haji laki-laki di Padang Arafah. Pakaian yang dipakai ketika melaksanakan wukuf bagi laki-laki adalah Ihram.
Untuk yang belum paham, Ihram adalah pakaian yang mempunyai makna suci dan menjadi simbol dari kesederhanaan dalam menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Untuk laki-laki, pakaian Ihram terdiri dari dua lembar kain putih yang umumnya berbahan kain tidak berjahit.
Jamaah laki-laki akan mengenakan kain tersebut dengan cara melilitkannya di sekitar tubuh. Mengenakan Ihram adalah Sunnah yang dianjurkan supaya umat Muslim dapat menjalani Wukuf dengan lebih tulus dan khusyuk.
1. Baju Atas dan Bawahan
Dalam persamaan haji dan umroh, pakaian Ihram ini dikenakan dengan cara yang sama. Pada bagian bawah Ihram, jamaah laki-laki bisa mengenakan baju dan celana yang tidak begitu panjang atau sempit. Anda bisa memilih baju yang cukup longgar supaya bisa bergerak dengan leluasa saat nantinya berada di Padang Arafah.
Baju dan celana yang dipilih juga sebaiknya memiliki bahan yang ringan dan nyaman untuk disesuaikan dengan cuaca yang cenderung panas di sana. Pilih warna yang cerah supaya tetap terlihat jelas di tengah keramaian jamaah haji lainnya.
2. Sorban atau Topi
Setelah mengetahui pakaian yang dipakai ketika melaksanakan wukuf bagi laki-laki adalah Ihram, Anda juga disarankan untuk mengenakan sorban atau topi. Sorban atau topi ini berfungsi untuk menutup bagian kepala dan melindunginya dari sinar matahari langsung.
Anda bisa memilih sorban atau topi yang nyaman saat dikenakan dan tidak mengganggu saat melaksanakan ibadah haji nantinya. Pastikan juga ukurannya pas supaya tidak terlalu longgar atau terlalu ketat, Dengan begitu, Anda akan terlihat lebih rapi dan terhindar dari panas yang berlebihan.
3. Sandal atau Sepatu yang Nyaman
Saat melaksanakan Wukuf di Padang Arafah, nantinya Anda akan berjalan dan berdiri untuk waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, penting untuk memilih sandal ataupun sepatu yang nyaman digunakan. Anda bisa memilih sandal atau sepatu dengan sol yang empuk dan tali yang tidak membuat iritasi kulit.
Selain itu, pastikan juga sandal atau sepatu tersebut tidak terlalu ketat supaya Anda bisa bergerak lebih leluasa, tanpa adanya rasa sakit di bagian kaki. Kenyamanan pakaian dan alas kaki tentu akan membantu momen Wukuf jadi lebih tenang dan damai.
Apakah Pakaian Ihram Harus Putih?
Setelah mengetahui pakaian yang dipakai ketika melaksanakan wukuf bagi laki-laki adalah Ihram, pertanyaan lainnya muncul. Apakah pakaian Ihram harus serba putih?
Sebenarnya, hukum mengenakan pakaian Ihram serba putih adalah Sunnah. Sedangkan untuk pakaian Ihram berwarna selain putih adalah Makruh. Hal ini disampaikan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al-Raudhah, yang selanjutnya diartikan ke dalam bahasa Indonesia seperti berikut:
“Apabila seseorang hendak melakukan ihram, maka dia harus melepaskan pakaian yang berjahit dan menggunakan izar dan rida’ (sarung dan selendang) dan dua sandal. Dan disunnahkan izar dan rida’ tersebut berwarna putih dan baru, atau telah dicuci. Dan makruh menggunakan pakaian berwarna.“
Meskipun sebenarnya boleh mengenakan pakaian Ihram berwarna, namun warna putih sangat disarankan. Hal ini dikarenakan warna putih merupakan warna yang paling suci, bersih, serta menunjukkan kesetaraan di antara jamaah haji.
Akhir Kata
Sebagai kesimpulan, pakaian yang dipakai ketika melaksanakan wukuf bagi laki-laki adalah Ihram. Pakaian Ihram sendiri disunnahkan berwarna putih karena melambangkan kesucian dan kesetaraan. Selanjutnya, Anda bisa memilih jenis kain tidak berjahit yang nyaman untuk digunakan saat Wukuf di Padang Arafah.
Dunia
Berapa Lama Antrian Haji di Indonesia? Ini Dia Faktanya!
Sebagai umat Muslim yang ingin menyempurnakan rukun Islam, tentunya terpikirkan berapa lama antrian haji di Indonesia. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu. Namun, tidak semua orang bisa langsung berangkat haji sesuai dengan keinginannya.
Ada banyak faktor yang membuat calon jamaah haji harus menunggu dalam antrian yang cukup lama. Lalu, berapa lama sebenarnya antrian haji di Indonesia? Apa saja faktor yang mempengaruhi lamanya antrian haji? Semuanya akan dibawah pada artikel ini, jadi pastikan Anda menyimaknya sampai habis!
Berapa Lama Antrian Haji di Indonesia?
Berapa lama antrian haji? Dari fakta yang ada, antrian haji di Indonesia merupakan salah satu yang terpanjang di dunia. Menurut data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU), Kementerian Agama, rata-rata lama masa tunggu calon jamaah haji reguler Indonesia saat ini telah mencapai 25 tahun.
Bahkan, ada beberapa daerah yang masa tunggunya nyaris tembus satu abad, seperti Kalimantan Selatan yang mencapai 36 tahun, Sulawesi Tenggara yang mencapai 38 tahun, dan Sulawesi Selatan yang mencapai 97 tahun.
Data estimasi waiting list jamaah haji tersebut dapat dilihat melalui aplikasi Pusaka yang dihadirkan oleh Kementerian Agama. Aplikasi ini dapat diunduh melalui Google Play (android) dan App Store (iOS).
Calon jamaah haji dapat memasukkan nomor porsi pada kolom yang tersedia, lalu akan muncul data estimasi keberangkatan yang mencakup informasi yang dibutuhkan. Pastikan mengisi informasi yang benar, agar jadwal keberangkatan Anda bisa cepat diketahui.
Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Antrian Haji?
Dilihat dari penjelasan berapa lama antrian haji di atas, tidak heran jika ada banyak calon jamaah yang mempertimbangkan perbedaan umroh dan haji. Pasalnya, umroh sendiri sama-sama ibadah yang dilaksanakan di Tanah Suci dengan waktu yang lebih fleksibel. Sementara itu, lamanya antrian haji di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Kuota Haji yang Terbatas
Kuota haji merupakan jumlah jamaah haji yang diperbolehkan oleh pemerintah Arab Saudi untuk berangkat ke Tanah Suci setiap tahunnya. Kuota haji ditentukan berdasarkan persentase 0,1% dari jumlah penduduk muslim di setiap negara.
Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia mendapatkan kuota haji terbesar, yaitu sekitar 211 ribu pada tahun 2019. Namun, kuota tersebut masih jauh dari cukup untuk memenuhi permintaan calon jamaah haji yang mencapai lebih dari lima juta.
Selain itu, kuota haji juga berubah-ubah setiap tahunnya, tergantung pada kondisi politik, ekonomi, dan kesehatan di Arab Saudi. Misalnya, pada tahun 2020 dan 2021, kuota ini pun dibatasi hanya sekitar 100 ribu karena adanya pandemi Covid-19.
2. Pendaftaran Haji yang Terus Bertambah
Meskipun kuota haji terbatas, pendaftaran haji di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan tingginya animo masyarakat untuk melaksanakan ibadah haji. Pendaftaran haji di Indonesia dilakukan secara online melalui SISKOHAT.
Calon jamaah haji harus membayar setoran awal sebesar Rp25 juta ke bank penerima setoran haji (BPS-BPIH), lalu mendapatkan bukti setoran awal yang mencantumkan nomor porsi haji. Nomor porsi haji ini menentukan urutan keberangkatan calon jamaah haji.
Semakin awal mendaftar, semakin cepat pula berangkat. Namun, dengan jumlah pendaftar yang terus bertambah, maka semakin lama pula waktu tunggu bagi calon jamaah haji yang baru mendaftar. Hal inilah yang mempengaruhi berapa lama antrian haji di Indonesia.
3. Ketersediaan Fasilitas dan Layanan Haji
Faktor lain yang mempengaruhi berapa lama antrian haji di Indonesia adalah ketersediaan fasilitas dan layanan haji, baik di Indonesia maupun di Arab Saudi. Fasilitas dan layanan haji meliputi transportasi, akomodasi, kesehatan, keamanan, bimbingan, dan lain-lain.
Semua fasilitas dan layanan tersebut harus memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dan Arab Saudi. Jika ada salah satu saja fasilitas atau layanan haji yang tidak tersedia atau tidak memadai, maka akan berdampak pada penurunan jumlah jamaah haji yang dapat diberangkatkan.
Akhir Kata
Demikianlah artikel tentang berapa lama antrian haji di Indonesia dan apa saja faktor yang mempengaruhi lamanya antrian haji. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui informasi seputar ibadah haji. Jika Anda sudah mendaftar haji, jangan lupa untuk selalu memantau perkiraan keberangkatan Anda melalui aplikasi Pusaka atau situs resmi Kementerian Agama.
Jika Anda belum mendaftar haji, segera daftarkan diri Anda melalui SISKOHAT dan siapkan diri Anda secara fisik, mental, pakaian yang dipakai ketika melaksanakan Wukuf, dan finansial untuk melaksanakan ibadah suci tersebut. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kesempatan bagi kita semua untuk berhaji ke Baitullah. Aamiin.
Dunia
11 Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir
Untuk para calon jamaah yang akan melangsukan ibadah di Tanah Suci, memahami urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir merupakan hal yang penting. Ibadah diartikan sebagai perjalanan ke Tanah Suci, Mekkah dan sekitarnya untuk melaksanakan serangkaian ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Ibadah haji sendiri memiliki banyak hikmah dan manfaat, baik secara spiritual maupun sosial. Namun, untuk dapat melaksanakannya dengan baik dan benar, seorang Muslim haruslah mengetahui bagaimana urutan pelaksanaan ibadah tersebut sampai akhir.
Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji dari Awal Sampai Akhir
Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang haji. Urutan inilah yang menjadi perbedaan umroh dan haji. Tahapan-tahapan ini disebut dengan manasik haji, yaitu ritual-ritual yang harus dilakukan oleh seorang haji sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
1. Melakukan Ihram dari Miqat
Ihram adalah niat dan pakaian khusus yang harus dikenakan oleh seorang haji sebelum memasuki wilayah haram, yaitu wilayah yang meliputi Mekkah dan sekitarnya. Ritual ini harus dilakukan dari Miqat, yaitu tempat-tempat yang telah ditentukan oleh syariat Islam sebagai batas masuknya wilayah haram.
2. Wukuf di Arafah
Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir yang berikutnya, Wukuf di Arafah adalah berdiri atau berdiam diri di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ibadah ini dilakukan mulai dari terbit matahari sampai terbenamnya. Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling utama, sehingga barangsiapa yang tidak melakukannya, maka hajinya batal.
3. Thawaf Ifadah
Thawaf ifadah adalah Thawaf yang dilakukan setelah wukuf di Arafah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan memulainya dari Hajar Aswad, dan mengakhirinya di tempat yang sama. Ritual yang termasuk dalam urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir ini adalah rukun haji yang kedua, sehingga barangsiapa yang tidak melakukannya, maka hajinya batal.
4. Sa’i
Sa’i adalah rukun haji, yang dilakukan dengan cara berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ritual ini dimulai dari bukit Shafa dan mengakhirinya di Marwah.
Amalan ini adalah bentuk penghargaan kepada perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim AS, yang mencari air untuk putranya Ismail AS di padang tandus. Sa’i juga merupakan kesempatan bagi seorang haji untuk mengingat nikmat Allah SWT yang telah memberikan sumber air zam-zam yang berkah.
5. Mabit di Muzdalifah
Mabit di Muzdalifah adalah bermalam atau berdiam diri di padang Muzdalifah pada malam tanggal 10 Dzulhijjah, setelah selesai Thawaf Ifadah dan Sa’i. Ritual yang termasuk urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir ini adalah wajib haji, sehingga barangsiapa yang meninggalkannya, maka harus membayar dam (kurban).
6. Melempar Jumrah
Melempar jumrah adalah melempar batu kerikil ke tiga tiang yang disebut jumrah, yang melambangkan setan. Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir ini dilakukan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah.
Selain itu, kegiatan melempar jumrah adalah bentuk penolakan dan perlawanan terhadap godaan dan bisikan setan yang menghalangi ketaatan kepada Allah SWT. Amalan ini juga merupakan kesempatan bagi seorang haji untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
7. Mencukur atau Memotong Rambut
Mencukur atau memotong rambut dilakukan setelah selesai melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Amalan ini menjadi bentuk pengorbanan dan penghambaan diri kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat rambut. Mencukur atau memotong rambut juga merupakan tanda bahwa seorang haji telah keluar dari ihram dan boleh melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang.
8. Melempar 3 Jumrah
Urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir yang berikutnya, melempar 3 jumrah berupa batu kerikil ke tiga tiang, yaitu jumrah ula, jumrah wustha, dan jumrah aqabah. Amalan ini dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Melempar 3 jumrah adalah wajib haji, sehingga barangsiapa yang meninggalkannya, maka harus membayar dam.
9. Mabit di Mina
Mabit di Mina berarti bermalam atau berdiam diri di lembah Mina pada malam tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah, setelah selesai melempar 3 jumrah. Ini adalah kesempatan bagi seorang haji untuk bersilaturahmi, berbagi, dan bermuhasabah dengan sesama haji yang berasal dari berbagai daerah dan negara.
Ritual ini juga merupakan simbol kebersamaan dan kecintaan umat Islam yang bersaudara dalam iman dan taqwa.
10. Thawaf Wada
Thawaf Wada adalah Thawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Mekkah, yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan memulainya dari Hajar Aswad dan mengakhirinya di tempat yang sama.
Ini menjadi bentuk perpisahan dan pengucapan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk menunggu berapa lama antrian haji sampai melaksanakannya.
11. Tahallul
Yang terakhir, Tahallul adalah keluar dari keadaan Ihram dengan melepaskan pakaian Ihram dan mengenakan pakaian biasa. Tahallul adalah tanda bahwa seorang haji telah menyelesaikan ibadah hajinya dan boleh melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang, seperti memakai wewangian, bercumbu, bersetubuh, dan lain-lain.
Momen ini juga merupakan tanda bahwa seorang haji telah mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
Demikianlah urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir yang harus diketahui oleh setiap muslim yang ingin melaksanakan ibadah haji. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan, kesempatan, dan keberkahan bagi kita semua untuk dapat melaksanakan ibadah haji yang mabrur. Amin.
Dunia
Macam Macam Haji dan Pengertiannya (Ifrad, Qiran, Tamattu’)
Tentu saja, sebagai umat Muslim, kita perlu memahami macam macam haji dan pengertiannya. Dalam pengertiannya, haji mempunyai makna menuju atau menyengaja. Artinya adalah berkunjung ke Baitullah (Masjidil Haram) untuk melaksanakan ibadah pada waktu dan cara tertentu yang sudah ditetapkan dengan tertib. Hal ini lah yang menjadi perbedaan umroh dan haji.
Namun di dalam haji sendiri terdapat beberapa macam yang sebenarnya masih berkaitan dengan ibadah umroh. Untuk itu, mari kita pelajari bersama apa saja macam-macam haji, serta membahas penjelasannya secara lengkap.
Macam Macam Haji dan Pengertiannya
Seperti yang sudah kita ketahui, ibadah haji adalah rukun Islam yang ke-5, dan wajib dilaksanakan bagi umat Muslim yang mampu (baik secara finansial maupun fisik).
Haji sendiri memiliki arti berkunjung ke Baitullah atau Ka’bah, untuk melakukan urutan pelaksanaan ibadah haji dari awal sampai akhir, dari Ihram di Miqat, Wukuf, Mabit, melempar Jumrah, Thawaf, dan Sa’i. Adapun beberapa macam macam haji dan pengertiannya yang wajib diketahui seluruh umat Muslim, yakni:
1. Haji Ifrad
Haji Ifrad adalah salah satu jenis haji yang dilakukan dengan hanya mengerjakan ibadah haji saja tanpa ibadah umrah. berasal dari kata afrada yang artinya menjadikan sesuatu itu sendirian atau memisahkan sesuatu yang bergabung menjadi sendiri-sendiri.
Penamaan haji Ifrad dikarenakan ibadah ini dilakukan dengan memisahkan antara ibadah haji dari ibadah umrah, sehingga ibadah haji yang dikerjakan tidak ada tercampur atau bersamaan dengan ibadah umrah.
Haji Ifrad adalah satu-satunya jenis haji yang tidak mewajibkan adanya denda atau dam berupa penyembelihan kambing. Hal ini berbeda dengan haji tamattu’ dan qiran yang mewajibkan jamaahnya untuk membayar dam.
Niat Haji Ifrad
Setelah memahami macam macam haji dan pengertiannya di atas, berikut niat haji Ifrad dilakukan ketika memakai Ihram di Miqat:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بِحَجٍّ
Artinya: “Aku datang memenuhi panggilanMu untuk haji.“
Atau
نَوَيْتُ الحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تعَالَى
Artinya: “Aku niat haji, dengan berihram untuk haji karena Allah.“
Syarat Haji Ifrad
Syarat haji Ifrad adalah sebagai berikut:
- Harus memakai ihram untuk haji saja di miqat
- Harus melaksanakan haji dalam bulan-bulan haji (Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah)
- Jamaah harus melaksanakan haji sebelum umrah, yaitu dengan melakukan Thawaf Ifadhah dan Sa’i untuk haji, kemudian bertahallul akhir dan boleh melakukan semua hal yang diharamkan ketika ihram termasuk berhubungan suami istri
- Setelah selesai dari amalan-amalan haji, baru dilanjutkan Ihram untuk umrah dan mengerjakan amalan-amalan umrah
2. Haji Qiran
Haji Qiran adalah salah satu macam macam haji dan pengertiannya, yang dilakukan dengan menggabungkan ibadah haji dan umrah dalam satu waktu tanpa melepas Ihram. Jenis haji ini berasal dari kata qaa-rana yang artinya menyertakan dan menggandeng.
Penamaan haji Qiran berdasarkan dari ritualnya yang mengumpulkan antara ibadah haji dan umrah dalam satu ihram. Yakni, jamaah haji memakai ihram untuk umrah dan haji secara bersamaan sejak miqat atau tempat yang ditentukan untuk memasuki Ihram.
Niat Haji Qiran
Niat haji Qiran dilakukan ketika memakai Ihram di Miqat dengan mengucapkan lafal berikut:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا وَعُمْرَةً
Artinya: “Aku datang memenuhi panggilanMu untuk haji dan umroh.“
Atau
نَوَيْتُ الحَجَّ وَالعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهِمَا لِلَّهِ تعَالَى
Artinya: “Aku niat haji dan umroh, dengan berihram untuk haji dan umrah karena Allah.“
Syarat Haji Qiran
Syarat haji Qiran adalah sebagai berikut:
- Harus memakai Ihram untuk haji dan umrah sekaligus di Miqat
- Jamaah harus melaksanakan umrah dan haji dalam bulan-bulan haji (Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah)
- Harus melaksanakan umrah sebelum haji, yaitu dengan melakukan Thawaf dan Sa’i untuk umrah, kemudian tetap berihram hingga melaksanakan haji
- Harus membayar dam (kurban) sebesar seekor kambing atau setara dengan 1/7 sapi atau unta. Dam ini harus disembelih di Mina pada hari-hari tasyrik (11, 12, atau 13 Zulhijjah) dan dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin di Mekkah
3. Haji Tamattu’
Akhirnya kita masuk ke macam macam haji dan pengertiannya yang terakhir. Haji Tamattu’ adalah salah satu jenis ibadah haji yang dilakukan dengan cara mendahulukan umrah dari haji.
Untuk Anda ketahui, haji tamattu’ berasal dari kata ‘tamatta’a’ yang berarti bersenang-senang. Hal ini karena orang yang melakukan haji tamattu’ dapat bersenang-senang dengan hal-hal yang dilarang ketika berihram, setelah menyelesaikan umrah dan sebelum berihram kembali untuk haji.
Niat Haji Tamattu’
Sama seperti macam macam haji dan pengertiannya yang sudah kami bahas di atas, berikut adalah niat haji Tamattu’ yang dilafalkan saat Ihram dari Miqat:
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلهِ تَعَالَى
Artinya: “Aku berniat haji dengan berihram karena Allah SWT.”
Selain itu, jamaah haji Tamattu’ juga harus mengucapkan Talbiyah, yaitu:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بحَجًَةِ
Artinya: “Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.”
Syarat Haji Tamattu’
Agar ibadah dikatakan sah, berikut adalah beberapa syarat untuk seseorang diperbolehkan melangsungkan haji Tamattu’:
- Bukan penduduk Mekkah
- Jamaah tinggal di tempat yang jaraknya dua marhalah atau lebih dari Tanah Haram. Marhalah adalah jarak tempuh perjalanan sehari semalam, yaitu sekitar 90 km
- Harus mengerjakan haji dan umrah dalam bulan-bulan haji pada tahun yang sama. Bulan-bulan haji adalah bulan Syawal, Dzulqaidah, dan Dzulhijjah
Akhir Kata
Secara kesimpulan, terdapat 3 macam macam haji dan pengertiannya yang harus dipahami calon jamaah, yakni haji Ifrad, haji Qiran, dan yang terakhir haji Tamattu’. Dengan kemudahan yang Allah berikan, kita sebagai umat Muslim jadi bisa menjalani ibadah dengan lebih khusyuk dan lapang dada.
-
Daerah8 tahun ago
Beredar Foto Seronok di Duga Siswi SMK Kandeman Kabupaten Batang
-
Sejarah8 tahun ago
Sejarah Bahasa Indonesia Dan Asal-Usulnya
-
Opini8 tahun ago
Umat Islam Diambang Kehancuran?
-
Dunia4 tahun ago
Ternyata ini rahasia utama belut listrik bisa keluarkan listrik mematikan
-
Internet4 tahun ago
Apa Itu Bisnis RT RW Net? Prinsip Dasar dan Potensinya
-
Seni Tari9 tahun ago
Tari Topeng Cirebon dan Makna Dibaliknya
-
wisata4 tahun ago
Perbedaan Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai | Bengkulu
-
Nasional7 tahun ago
Kenapa Sari Roti Diboikot? Karena Membongkar Kebohongan Mereka
You must be logged in to post a comment Login