Random
10 Kesenian Tari Tradisional Indonesia

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan tradisi dan kebudayaan. Salah satunya adalah tradisi tarian yang memiliki ciri khas dari Sabang sampai Merauke. Berikut ini adalah 10 kesenian tari tradisional di Indonesia yang sayang untuk dilewatkan.
Fitur image Denita Utami : Srikandi Dance – Destination Indonesia at Northern Virginia, USA (Traditional dance)
1. Tari Jaipong – Jawa Barat

Tari Jaipong atau Jaipongan dapat dikatakan sebagai salah satu jenis budaya Indonesia. Yang mana tarian ini yang cukup populer pergaulannya dan berasal dari Sunda, Jawa Barat. Tari ini tak serta merta ada sejak dahulu kala, melainkan bisa dikatakan usia tari ini sebenarnya masih cukup muda.
Adapun tari ini awalnya berasal dari tahun 1970 an, saat itu H. Suanda lah seseorang yang menciptakan tarian ini. Oleh H. Suanda, tari ini dibuat dengan cara menggabungkan beberapa kesenian tradisional sekaligus. Diantaranya adalah ketuk tilu, topeng banjet, wayang golek, pencak silat, dan masih banyak lagi.
Komposisi tarian dan musikalnya terus melalui perkembangan dari zaman ke zaman, tanpa menghilangkan unsur orisinalitas dari tari ini. Tari Jaipong juga identik dengan alat musik gong dan gendang karena alunan alat musik inilah yang mendominasi.
Selain itu, tari yang ditarikan sebagai hiburan masyarakat ini juga rupanya sejauh ini memberikan pengaruh pada kesenian-kesenian lain dari Jawa Barat di luar Sunda. Bisa ditarikan oleh penari tunggal, berpasangan, dan bisa juga berkelompok.
Jika itu berkelompok maka penari yang tampil biasanya 3 sampai 5 orang. Apabila berpasangan, maka harus perempuan-perempuan, tidak ada laki-lakinya. Kostum yang digunakan adalah baju atasan dengan kemben sampai mata kaki yang biasanya berupa kain batik. Baju atasan yang dipakai warnanya bisa beragam, terkadang berwarna kuning terkadang berwarna merah.
2. Tari Kecak – Bali

Tidak ada batasan jumlah penari pada pertunjukan tari Kecak dari Bali. Kesenian tari tradisional ini bisa ditarikan oleh lima atau beberapa orang saja, namun bisa juga ditarikan oleh ribuan orang sekaligus. Hanya bisa ditarikan oleh laki-laki, nantinya mereka hanya akan menggunakan celana saja ketika memainkannya.
Mereka akan duduk melingkar dengan space yang cukup untuk satu orang di tengahnya. Yang mana space ini nanti digunakan untuk penari yang memainkan tokoh Rahwana. Mendengar kata Rahwana, memang benar adanya tarian ini memiliki unsur kisah Ramayana di dalamnya. Sebuah cerita Jawa yang mengisahkan Sinta, istri Rama yang diculik oleh Rahwana.
Tari Kecak ini usianya tak semuda tari sebelumnya. Diketahui tari ini sudah ada sejak tahun 1930 an, yang mana dibuat oleh sosok seniman dari Indonesia dan pelukis dari Jerman. Mereka adalah Wayan Limbak dan Walter Spies.
Di tahun yang sama tari ini ada, Wayan Limbak mempopulerkan tari ini ketika ia berkeliling dunia bersama penari-penari dari Bali. Saat tari ini dipentaskan akan terdengar bunyi cak cak cak yang mana itu berasal dari mulut penari.
Ya, tidak ada alunan musik dari pementasan tari ini. Namun ada asal mula alunan musik yang harus digunakan oleh penari ini, yaitu sebuah iringan dalam Tari Sanghyang. Jika ada suara selain dari mulut penari, pastilah itu berasal dari aksesoris kaki para pemain tokoh Ramayana.
3. Tari Remong – Jawa Timur

Tari Remong adalah tari yang berasal dari Jawa Timur dan dengan kisah asal usul yang menarik. Tari Remong ini saat ini memang digunakan untuk pengiring kesenian Ludruk, namun tadinya tari ini adalah tari yang dibuat oleh penari jalanan di Jombang.
Kerap kali kita menyaksikan tari ini dalam festival kesenian atau saat menyambut tamu acara kenegaraan. Mulanya tari ini ditarikan oleh penari laki-laki, namun seiring berkembangnya zaman tari ini lebih sering ditarikan oleh penari perempuan.
Penari perempuan dianggap lebih bisa mempertunjukkan kisah dan nuansa yang sangar dibanding penari laki-laki. Soal busana, busana yang digunakan oleh penari tari ini berbeda-beda. Perbedaan ini berupa beberapa bagian kostum saja, yang mana kesemuanya tetap memberikan unsur orisinil dari tari ini.
Beberapa perbedaan busana tersebut diantaranya adalah gaya Surabayan, gaya Malangan, gaya Sawunggaling, dan gaya Jombangan. Ada beberapa alat musik yang digunakan untuk mengiringi pementasan tari ini, diantaranya adalah kenong, kethuk, kempul, gong, bonang, dan saron.
4. Tari Pendet – Bali

Tari ini memang sangat ikonik di Bali, namun perlu diketahui bahwa tari ini tadinya tidak untuk dipentaskan di kalangan masyarakat umum. Dulunya tari Pendet digunakan sebagai salah satu bentuk acara keagamaan, yaitu sebagai simbol penyambutan Dewa yang turun ke bumi.
Pencipta tari Pendet ini adalah I Wayan Rindi, salah satu seniman tari atau koreografer di masa itu. Tepatnya, tari dari Bali ini lahir sekitar tahun 1960 an, lebih muda usianya dibanding tari Kecak. Kostum penari tari ini identik dengan warna merah, merah muda, dan keemasan.
Sabuk stagen, tapih, kemben, dan sabuk prade wajib digunakan oleh setiap penari yang mementaskan tari ini. tak hanya pakaian yang melekat saja, para penari juga akan menggunakan aksesoris bunga-bunga yang ditaruh di kepala. Riasan wajahnya khas, yaitu riasan yang menonjolkan garis-garis wajah supaya ekspresi mereka semakin jelas terlihat.
Bunga yang menghias kepala penari diantaranya adalah bunga jepun, cempaka, mawar, dan kamboja. Penari yang mementaskannya juga akan dipercantik dengan berbagai aksesoris. Layaknya aksesoris pada tarian lain, yaitu gelang, anting-anting, kalung, serta membawa subeng.
5. Tari Gambyong – Jawa Tengah

Tari Gambyong adalah tari asli Surakarta yang populer untuk menyambut tamu. Bukan hanya sebagai tari tunggal saja, ada modifikasi yang tak lain berupa modifikasi koreografinya dari tari ini. Hasil dari modifikasi ini adalah tari Gambyong Pangkur dan Gambyong Pareanom. Meski demikian, dasar dari gerakan modifikasi-modifikasi ini dengan aslinya sama.
Kesenian tari tradisional ini usianya sangat lebih tua dibanding tari-tari sebelumnya. Jika tari-tari sebelumnya dketahi mulai ada pafa abad ke-19, maka tari dari Surakarta, Jawa Tengah ini diketahui sudah ada sejak abad ke-17.
Alasannya adalah nama tari ini sudah ada di dalam Serat Centhini yang ditulis pada abad yang sama. Ada ciri-ciri khas yang menyertai tarian ini, yang mana membuat tari ini semakin mudah saja dibedakan dengan tari tradisional lainnya. Ciri yang pertama adalah terletak pada pakaiannya.
Para penari yang menarikan tari ini menggunakan kostum berwarna kuning-hijau, yang mana memiliki simbol makmur dan subur. Ciri selanjutnya adalah bahwa sebelum tari ini mulai, ada pembukaan berupa gending Pangkur. Gerakan dari tari ini menampilkan karakter yang tregel, kewes, kenes, dan luwes sekaligus.
6. Tari Serimpi – Yogyakarta

Berbeda dari beberapa tari sebelumnya, tari Serimpi adalah tari klasik yang mana merupakan tradisi asli dari Keraton Kesultanan Mataram (Yogyakarta). Sebagai tarian keraton dan memiliki gerakan yang lembut, tari Serimpi ini sering dianggap mirip dengan tari Pakarena yang berasal dari Makassar.
Ya, tari dari Yogyakarta ini memang memiliki tata gerak yang lemah gemulai, sebab hal ini menunjukkan kelemahlembutan, kesopanan, serta kehalusan budi. Tata gerak dari tarian ini diiringi dengan alunan musik gamelan.
Karena berasal dari zaman kuno dan dari Keraton Kesultanan Mataram, tari ini tidak boleh disamakan kedudukannya dengan tarian lain. Meskipun berasal dari zaman kuno, tari ini berhasil terus dilestarikan hingga tetap ada sampai sekarang ini.
Tari Serimpi memang tak sesakral tari Bedhaya, namun hanya orang-orang yang dipilih oleh keraton saja yang bisa mementaskan tarian ini. Bisa dikatakan kesakralan dari tari ini sama sakralnya dengan pusaka dan benda-benda raja dari zaman dahulu yang saat ini berada di dalam keraton.
Alunan dari pementasan tari ini lebih menonjolkan saat dinyanyikan tembang atau lagu Jawa. Pementasan tari ini juga tak menggunakan sesajen, tidak seperti tari Bedhaya. Boleh jadi tari ini bersifat cukup sakral, namun dasarnya tari ini sebenarnya bertema erotik dan kegembiraan.
Di atas memang telah dijelaskan bahwa tari ini sudah disebutkan dalam sebuah kitab yang ada pada abad ke-17. Namun tentu saja ada pencipta dari tarian ini. Beliau adalah Sri Pakubuwana V yang mana menciptakan tarian ini pada tahun 1748.
Ada beberapa tari modifikasi yang menggunakan dasar tari klasik ini. Diantaranya adalah Serimpi Pondelori, Serimpi Ludira Madu, Serimpi Bondan, Serimpi Anglir Mendung, Serimpi Genjung, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Babul Layar.
7. Tari Yapong – Jakarta

Usia tari Yapong dari Jakarta cukup muda, yaitu lahir pada tahun 1977. Pementasan pertama tari ini adalah di tahun tersebut yang mana berlokasi di Balai Sidang Senayan Jakarta. Ada tiga ratus orang penari yang menarikan tari kreasi ini pada saat itu.
Berdasarkan sumber yang valid, setelah munculnya tari ini kemudian Dinas Kebudayaan Jakarta bersama Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardjo menjadikan tari yang tadinya sendratari ini menjadi tarian lepas.
Kostum yang digunakan penari tari Yapong bisa dikatakan memiliki keterkaitan dengan tari Kembang Topeng Betawi. Hal ini disebabkan adanya toka-toka atau selempang di dada dan tutup kepala ragam hias yang digunakan oleh penari tari ini juga penari tari Kembang Topeng Betawi.
Selain itu, tari ini juga memiliki akulturasi budaya lainnya, yaitu dengan masuknya unsur tari pop, unsur budaya Tionghoa, dan unsur budaya Sumatera. Alat musik pengiring yang digunakan pada tari ini ada beberapa namun mayoritas adalah rebana.
Diantaranya yaitu rebana hadroh, rebana biang, dan rebana ketimpring. Satu hal lain tentang tari dari Jakarta ini adalah bahwa meskipun tari ini cukup baru namun tetap ada modifikasi yang beredar. Modifikasi dari tari ini alias Yapong Kreasi Baru memiliki tata gerak yang sangat bertolak belakang dengan unsur Betawi tradisional.
8. Tari Tor Tor – Sumatera Utara

Tari Tor Tor tak hanya sebagai tari klasik atau tari tradisional saja, melainkan ada sebagai tari purba. Tari ini berasal dari Sumatra Utara, tepatnya di sekitaran Danau Toba. Sedangkan daerah yang berada di sekitaran Danau Toba antara lain Samosir, Tapanuli Utara, Toba Samosir, dan Humbang Hasundutan.
Tari ini pada dasarnya bukanlah tari hiburan, namun tari untuk seremongnial atau upacara adat. Cukup berbeda dengan tarian lainnya yang mungkin gerakannya merupakan serangkaian kisah. Di tari Tor Tor ini gerakannya adalah sebuah media komunikasi, komunikasi yang seharusnya terjalin di antara partisipan upacara.
Sebelum tari ini ditarikan, tuan rumah akan mengadakan upacara khusus terlebih dahulu. Upacara khusus tersebut bernama Tua ni Gondang yang mana membuat ada istilah bahwa tari Tor Tor tak bisa dipisahkan dengan musik gondang.
Tari ini ditarikan bersamaan dengan upacara adat, dalam upacara adat tersebut disebutkan beberapa permintaan. Setelah permintaan selesai diucapkan maka ada ritme khusus dari musik gondang tadi.
Lalu upacara adat seperti apakah yang disertai oleh tari ini? Upacara adat yang dilakukan warga sekitar Danau Toba ini adalah upacara untuk menyampaikan batin kepada roh leluhur dan pada tamu-tamu yang dihormati di upacara tersebut. Disinilah tujuan dari tari ini ditarikan, yaitu untuk menunjukkan rasa penghormatan tersebut.
9. Tari Piring – Sumatera Barat
Tari Piring juga disebut sebagai tari Piriang di Sumatera Barat. Sebutan lain tersebut berasal dari bahasa Minangkabau. Ciri khas dari tari ini sesuai dengan namanya, yaitu sebuah piring yang mana akan dimainkan oleh penari saat dipentaskannya tari ini. Gerakan-gerakan dari tari Piring memang mayoritas memainkan piring, namun beberapa gerakannya juga diserap dari gerakan silat Minangkabau atau yang biasa disebut dengan silek.
Piring yang dimainkan adalah dua piring yang diletakkan di telapak tangan. Tak hanya itu, tangan dengan piring ini digerakkan dengan cepat supaya tidak jatuh disertai dengan didatangkannya piring atau cincin yang berada di dua jari penari.
Akhir dari pementasan tari ini pun juga cukup unik atau khas, setelah piring dimainkan di telapak tangan di akhir piring tersebut akan dipecahkan dengan cara dilempar ke lantai. Tidak berhenti disitu, setelah pecah penari akan menari di atasnya.
Jumlah penari yang menarikan tari dari Solok ini selalu ganjil, bisa tiga orang penari namun juga bisa tujuh orang penari. Pakaian atau kostum yang digunakan sangat khas, yaitu identik dengan warna cerah seperti kuning keemasan atau merah cerah.
Mulanya, tari ini ditarikan sebagai bentuk ucapan rasa bersyur kepada para dewa. Sebab mereka meyakini bahwa dewa lah yang memberikan mereka hasil panen yang melimpah. Ritual untuk rasa syukur ini diwujudkan dengan membawa sesaji makanan di atas piring. Sehingga sudah jelas mengapa sebuah piring digunakan sebagai properti pada tari ini.
10. Tari Saman – Aceh

Tari Saman otentik berasal dari kalangan suku Gayo, Aceh. Beberapa upacara adat dan upacara keagamaan membuat tari ini dipentaskan. Salah satunya adalah ketika diperingatinya hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tarian ini juga diiringi dengan nyanyian, yang mana bahasanya menggunakan bahasa suku Gayo. Telah terdaftar di UNESCO, tari ini dibuat dan dikembangkan oleh seorang ulama populer bernama Syekh Saman.
Awal mula dibuatnya tarian ini bertujuan sebagai dakwah atau penyampaian suatu pesan dan ajaran. Ada hal yang dicerminkan dalam tari ini, antara lain sebuah kekompakan, pendidikan, kebersamaaan, kepahlawanan, serta keagamaan.
Tari ini diawali dengan sebuah pembukaan, pembukaan yang melakukan ini diisi oleh seorang orang tua yang memberikan nasihat-nasihat kepada para penonton sekaligus para pemain. Jumlah penari pada tari Saman tidak sembarangan, yaitu hanya dibatasi delapan sampai sepuluh orang saja.
Dengan dua orang diantara mereka akan menyanyi sekaligus memberikan aba-aba. Tadinya memang tak bisa sembarangan jumlah penarinya, namun seiring berkembangnya waktu jumlah penari pada tari ini bertambah karena adanya keyakinan semakin banyak penari semakin semarak.
Ditunjuk seorang syaikh untuk mengatur gerakan pada tari ini, orang yang sama juga bertugas menyanyikan syair sebagai pengiring tarian ini ketika dipentaskan. Syair-syair yang dinyanyikan ini berasal dari lagu Saman.

You must be logged in to post a comment Login