Nasional
SARA, Forum Diskusi Lintas Gerakan Mahasiswa Islam Solo Di Kecam Netizen

Terkait Larangan Memilih Pemimpin Kafir, Forum Diskusi Lintas Gerakan Mahasiswa Islam Solo Di Kecam Netizen. Hal itu berawal dari berita yang dilansir sebuah situs berita online panjimas.com disebar melalui media sosial Facebook oleh pemilik akun Sapta Timirano.
Berita bernuansa sara ini memicu beragam komentar yang rata-rata mengecam dan menganggap hal ini merusak kebersamaan dan memecah persatuan NKRI.
Beberapa menganggap hal ini hanya ulah segelintir orang, dimana sebenarnya warga solo sangat nasional dan menghargai keberagaman.
Tidak hanya itu, salah satu netizen menuding kebanyakan Islam hanya KTP dimana bahkan dalam keseharian malah tidak menjalankan kehidupan sebagai muslim. Negara Indonesia penduduknya bukan hanya Islam, dan ingin hidup tentram. Jadi sebagai orang Islam yang baik, haruslah saling menghargai hak sesama.
Berikut berita secara utuh yang dipublikasi panjimas.com;
Forum Diskusi Lintas Gerakan Mahasiswa Islam Solo telah melakukan diskusi terkait larangan memilih pemimpin Kafir pada hari Jumat (27/11/2015) lalu. Dalam release-nya kepada panjimas.com, disebutkan bahwa Al Qur’an melarang menjadikan menjadikan orang Kafir Sebagai Pemimpin.
Hal ini dengan tegas dijelaskan dalam surat Ali Imron ayat 28 dan An Nisa Ayat 144,
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali [teman yang akrab, juga berarti pelindung atau penolong] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)” [Q.S Ali Imran : 28]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali [teman yang akrab, juga berarti pelindung atau penolong] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ? [Q.S An Nisa : 144]
Allah SWT melarang kaum Muslimin menjadikan kaum kafir sebagai walijah [orang dekat, orang kepercayaan] padahal ada orang mukminin. Allah SWT juga melarang hambaNya yang beriman untuk loyal kepada Yahudi dan Nasrani, Mereka itu adalah musuh Islam. Allah SWT juga melarang hambaNya yang beriman untuk menjadikan orang-orang Kafir sebagai auliya yang dicintai dan diserahkan loyalitas padanya, serta larangan memaparkan kepada mereka rahasia-rahasisa kaum mukminin, juga larangan meminta pertolongan pada mereka pada sebagian urusan yang bisa membahayakan kaum muslimin.
Sangat jelas bahwa dalam urusan pemerintahan dan masyarakat kita sebagai umat Islam tidak boleh menyerahkannya kepada orang-orang kafir,akibat yang ditimbulkan jika hal ini terjadi adalah kerusakan di masyarakat dalam hal syariat dan moralitas.
Kasus kerusakan ini telah terjadi dalam sejarah peradaban Islam, dimana Andalusia sebagai Negeri Muslim yang menggunakan sistem dan hukum Islam, akhirnya berubah total, ketika pada tahun 1492 M mulai masuk orang-orang kafir dalam pemerintahan Andalusia, sehingga masyarakat mulai tersebar khamr, perzinahan, serta pemikiran materialism yang merusak cara pandang para ilmuwan Muslim.
Kasus kerusakan ini juga terjadi di Bosnia negeri yang pada masa Kekhalifahan berhasil dikuasai system dan syariat Islam, akan tetapi ketika mulai ada serangan dari tentara Salib Inggris hancurlah system Islam tersebut.
Maka dari itu, dalam tubuh ummat Islam hari ini sangatlah penting ditanamkan “Al Wala’ Wal Baro’, loyalitas kepada Islam dan anti-loyalitas kepada kaum Kafir”. Hari ini umat Islam lebih keras kepada sesame Muslim tetapi lembut kepada yang Kafir, hal ini diakibatkan merasuknya ideology SEPILIS [Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme] dimana telah banyak merasuk di banyak tokoh Islam maupun sarjana Muslim.
Untuk bersatu menangkis serangan kaum Kafir, ada dua sikap yang bisa dilakukan yaitu “Dakwah dan Jihad Fii Sabilillah”.
Turut hadir dalam memantik Diskusi Lintas Gerakan tersebut, Muhammad Hassan (Ketua Umum Majelis Pecinta Islam, MPI Solo), Firdaus Zulfikar (Kebijakan Publik, KAMMI Shoyyub UNS), dan Adhytiawan Suharto (Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Muh.Iqbal UNS).
Perbedaan SARA seringkali masih digunakan politikus untuk mendulang suara dalam pemilu. Hal ini tentu bertentangan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Jika perbedaan SARA terus diekploitasi untuk kepentingan pemilu, toleransi di Indonesia sedang memasuki zona bahaya.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman suku, budaya, dan agama. Dimana dibingkai melalui dasar negara PANCASILA dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Isue sara jelas akan menjadi pemicu terjadi perpecahan bangsa.
Dalam hal ini, diharapkan media publik hendaknya cerdas dalam memilih dan menyiarkan berita. Sehingga tidak memunculkan potensi-potensi konflik yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

You must be logged in to post a comment Login