Sosial Budaya
Upacara Adat Bangka Belitung: 5 Tradisi Unik & Sakral!

Upacara adat Bangka Belitung merupakan bagian penting dari warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini.
Seperti halnya upacara adat di Indonesia pada umumnya, setiap tradisi di Bangka Belitung memiliki nilai historis dan filosofis yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat setempat.
Artikel ini akan membahas lima upacara adat Bangka Belitung yang unik dan sakral, serta bagaimana tradisi ini terus bertahan di tengah perubahan zaman.
Upacara Adat Bangka Belitung
Upacara adat adalah serangkaian ritual yang dilakukan berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan masyarakat.
Di Bangka Belitung, tradisi ini biasanya berkaitan dengan siklus kehidupan, penghormatan kepada leluhur, atau perayaan tertentu.
Setiap upacara memiliki makna khusus dan biasanya dilakukan dengan berbagai prosesi yang melibatkan komunitas setempat.
Hal ini menunjukkan eratnya hubungan antara masyarakat dengan adat istiadat yang diwariskan secara turun-temurun.
Perang Ketupat

source image: kompas.com
Perang Ketupat adalah tradisi khas yang dilakukan sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan keberkahan hidup.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Bangka Belitung.
Ritual ini melibatkan masyarakat yang saling melempar ketupat di area terbuka.
Meskipun disebut “perang,” tradisi ini sebenarnya bertujuan untuk mempererat kebersamaan dan memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Dilaksanakan setelah panen raya sebagai simbol keberlimpahan dan kebersamaan.
Masyarakat percaya bahwa semakin meriah Perang Ketupat, semakin besar keberkahan yang akan diterima di tahun mendatang.
Dipercaya dapat membawa kesejahteraan serta mempererat hubungan antarwarga.
Selain itu, tradisi ini juga menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik perhatian banyak pengunjung setiap tahunnya.
Buang Jong

source image: kompas.com
Buang Jong adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat suku Sawang untuk memohon perlindungan dari roh laut.
Upacara ini mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam, terutama bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.
Upacara ini melibatkan pembuatan perahu kecil (jong) yang dihiasi berbagai sesaji.
Perahu ini dirancang dengan detail sesuai kepercayaan lokal agar dapat mengantarkan doa dan harapan masyarakat kepada roh laut.
Jong kemudian dilarung ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada penguasa lautan.
Ritual ini dilakukan dengan penuh penghormatan dan keyakinan bahwa penghuni laut akan memberikan perlindungan dan kelimpahan hasil tangkapan ikan.
Tradisi ini masih dijalankan setiap tahun sebagai simbol penghormatan terhadap alam.
Selain itu, Buang Jong juga menjadi bagian dari festival budaya yang menarik perhatian wisatawan dan peneliti kebudayaan.
Nganggung

source image: kolomdesa.com
Nganggung adalah tradisi berbagi makanan dalam bentuk dulang (nampan besar) yang dilakukan saat perayaan keagamaan atau acara adat.
Tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas sosial yang masih kuat dalam masyarakat Bangka Belitung.
Setiap keluarga membawa dulang berisi makanan khas untuk dinikmati bersama.
Jenis makanan yang disajikan bervariasi, namun biasanya terdiri dari lauk pauk tradisional yang melambangkan keberkahan dan kebersamaan.
Upacara ini melambangkan kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.
Selain dalam acara adat, tradisi ini juga sering dilakukan dalam perayaan keagamaan seperti Maulid Nabi dan Hari Raya Idul Fitri.
Biasanya dilakukan di masjid, balai desa, atau rumah tokoh masyarakat. Selain itu, Nganggung juga menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan sosial antarwarga di lingkungan sekitar.
Maras Tahun

source image: belitungisland.com
Maras Tahun adalah upacara yang menandai pergantian tahun dalam kalender adat masyarakat Bangka Belitung.
Tradisi ini mencerminkan rasa syukur masyarakat terhadap hasil panen dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Ritual ini diisi dengan doa, tarian, dan berbagai kegiatan adat.
Beberapa tarian khas yang ditampilkan dalam Maras Tahun memiliki nilai simbolis yang berkaitan dengan kehidupan agraris masyarakat setempat.
Merupakan bentuk syukur atas hasil panen dan harapan untuk tahun yang lebih baik. Selain itu, ritual ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan generasi muda pada budaya leluhur agar tetap lestari.
Biasanya dihadiri oleh tokoh adat dan masyarakat setempat dalam jumlah besar.
Kehadiran tokoh adat dan sesepuh desa memberikan makna mendalam dalam perayaan ini, karena merekalah penjaga nilai-nilai tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Sepintu Sedulang

source image: radarbabel.co
Sepintu Sedulang adalah tradisi penyambutan tamu kehormatan yang mencerminkan keramahan khas Bangka Belitung.
Tradisi ini sudah menjadi bagian dari identitas budaya lokal yang menunjukkan nilai-nilai kesopanan dan penghormatan kepada tamu.
Tamu disambut dengan hidangan khas yang disajikan dalam dulang.
Setiap dulang berisi aneka hidangan yang melambangkan kebersamaan dan kehormatan bagi tamu yang datang.
Upacara ini bertujuan mempererat hubungan antara tamu dan tuan rumah.
Dalam beberapa kasus, Sepintu Sedulang juga menjadi ajang rekonsiliasi dan diplomasi budaya antar komunitas.
Dilakukan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, hajatan, atau kunjungan resmi, Tradisi ini juga sering menjadi bagian dari agenda resmi pemerintah daerah dalam menyambut tamu dari luar daerah atau negara.
Kesimpulan
Upacara adat Bangka Belitung memiliki nilai budaya yang kaya dan tetap bertahan dalam kehidupan masyarakat.
Dari Perang Ketupat hingga Sepintu Sedulang, setiap ritual memiliki makna mendalam yang diwariskan secara turun-temurun.
Di tengah modernisasi, pelestarian upacara adat Bangka Belitung menjadi penting agar generasi mendatang tetap mengenal dan menghargai budaya leluhur.
Tradisi-tradisi ini bukan sekadar seremonial, tetapi juga simbol identitas dan kebersamaan masyarakat Bangka Belitung.

You must be logged in to post a comment Login