Connect with us

Sosial Budaya

Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat: Nama, Ciri Khas + Sejarahnya

Published

on

pakaian adat nusa tenggara barat

source image: pinterest.com

Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam pakaian adatnya, yang merupakan bagian dari ragam pakaian adat Indonesia.

Setiap suku di wilayah ini, seperti Sasak, Samawa (Sumbawa), dan Mbojo (Bima), memiliki busana tradisional dengan ciri khas masing-masing.

Pakaian adat bukan sekadar busana, tetapi juga simbol identitas, status sosial, dan adat istiadat yang diwariskan secara turun-temurun.

Artikel ini akan membahas secara lengkap nama, ciri khas, dan sejarah pakaian adat Nusa Tenggara Barat serta perannya dalam kehidupan masyarakat.

Nama dan Jenis Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat

Setiap suku di NTB memiliki pakaian adat yang berbeda sesuai dengan tradisi dan filosofi masing-masing, Berikut beberapa jenis pakaian adat dari NTB:

1. Pakaian Adat Suku Sasak (Lombok)

pakaian adat sasak dari atas sampai bawah

source image: lombok.tribunnews.com

  • Lambung (Wanita)
    Pakaian tradisional wanita Sasak berbentuk sederhana dengan warna dominan hitam. Biasanya dipadukan dengan Songket Sasak dan selendang khas.
  • Bengko (Pria)
    Baju berlengan panjang dengan warna cerah dan dihiasi motif tenun khas Lombok. Dipadukan dengan sarung khas dan ikat kepala bernama Sapuq.
  • Pegon (Pria) dan Sapuq (Ikat Kepala)
    Pakaian formal pria Sasak yang terinspirasi dari pakaian kolonial Belanda. Biasanya dipakai oleh pejabat adat dalam acara resmi.

2. Pakaian Adat Suku Samawa (Sumbawa)

Rimpu yang dikenakan sangat identik dengan warna warna yang cerah

source image: indonesiakaya.com

  • Pakaian Kain Sarung Kresesek
    Pakaian tradisional yang menggunakan kain sarung kresesek sebagai bagian dari busana adat. Biasanya dikenakan dalam acara tertentu yang memiliki makna simbolis bagi masyarakat Samawa.
  • Lula Sali (Pria)
    Baju lengan panjang berwarna putih yang dipadukan dengan sarung khas Sumbawa. Umumnya digunakan dalam upacara adat dan acara resmi.
  • Poro Alang (Wanita)
    Pakaian tradisional wanita Samawa yang dihiasi bordiran dan kain songket. Biasanya digunakan dalam pernikahan dan acara adat lainnya.
  • Lonto Engge (Pria)
    Setelan dengan atasan berlengan panjang dan bawahan berupa sarung tenun khas Sumbawa. Dipakai dalam acara adat kerajaan atau kesultanan.

3. Pakaian Adat Suku Mbojo (Bima)

  • Baju Bodo (Pria)
    Pakaian khas pria Bima yang terdiri dari baju lengan panjang dan bawahan sarung tenun.
  • Tembe Nggoli (Wanita)
    Kain tenun khas Bima yang biasanya digunakan sebagai bawahan dalam pakaian adat wanita.
  • Katente Tembe (Pria)
    Pakaian pria Bima yang terdiri dari atasan sederhana dan sarung tenun khas. Biasanya digunakan dalam ritual adat atau upacara kebangsawanan.
  • Rimpu (Wanita)
    Pakaian yang terdiri dari kain panjang yang menutupi seluruh tubuh, menyerupai hijab tradisional. Ada dua jenis Rimpu:
    • Rimpu Mpida (menutupi seluruh wajah kecuali mata).
    • Rimpu Colo (menutupi kepala namun wajah tetap terlihat).

Ciri Khas Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat

Pakaian adat Nusa Tenggara Barat memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari daerah lain, Berikut beberapa karakteristik utama:

1. Warna yang Dominan

  • Warna-warna seperti hitam, merah, dan emas banyak digunakan untuk menunjukkan kewibawaan dan kebangsawanan.
  • Warna cerah seperti biru dan hijau digunakan dalam pakaian wanita untuk menampilkan keanggunan.

2. Bahan Kain Tenun

  • Hampir semua pakaian adat NTB menggunakan kain tenun khas yang dibuat secara tradisional dengan teknik pewarnaan alami.
  • Kain Songket Sasak dari Lombok dan Tembe Nggoli dari Bima adalah contoh kain tenun yang paling terkenal.

3. Aksesoris dan Perhiasan

  • Pria menggunakan ikat kepala (Sapuq), sarung, dan senjata tradisional seperti keris.
  • Wanita menggunakan anting besar, kalung emas, dan hiasan kepala sebagai simbol kecantikan.

Sejarah dan Makna Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat

Pakaian adat Nusa Tenggara Barat telah berkembang selama berabad-abad dan memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat.

Setiap pakaian adat yang digunakan tidak hanya sekadar busana, tetapi juga mencerminkan identitas sosial, kepercayaan, serta nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sasak, Samawa, dan Mbojo.

Zaman Kerajaan: Simbol Status Sosial dan Kebangsawanan

Pada masa kerajaan di NTB, seperti Kesultanan Bima dan Kesultanan Sumbawa, pakaian adat berfungsi sebagai simbol status sosial.

Para bangsawan dan keluarga kerajaan menggunakan pakaian dengan bahan kain tenun berkualitas tinggi, dihiasi dengan benang emas atau perak, serta aksesoris mahal seperti perhiasan emas dan batu permata.

Contohnya, di Kesultanan Bima, pakaian adat pria bangsawan biasanya terdiri dari Baju Bodo yang memiliki sulaman emas dan kain tenun khas Bima.

Sedangkan wanita bangsawan mengenakan Rimpu, yang menunjukkan kesopanan dan kehormatan dalam adat istiadat mereka.

Sementara itu, rakyat biasa menggunakan pakaian dengan desain lebih sederhana, dengan kain tenun yang tidak banyak dihiasi ornamen emas atau sulaman mewah.

Hal ini menjadi penanda status ekonomi dan sosial dalam masyarakat.

Pengaruh Islam: Perubahan dalam Pakaian Adat

Seiring berkembangnya ajaran Islam di NTB pada abad ke-17, terjadi perubahan dalam penggunaan pakaian adat, terutama pada pakaian wanita.

Islam membawa konsep kesopanan dalam berpakaian, sehingga pakaian adat wanita mengalami penyesuaian.

Salah satu perubahan paling terlihat adalah penggunaan Rimpu oleh wanita Bima, yaitu pakaian yang terbuat dari kain panjang yang menutupi hampir seluruh tubuh, menyerupai hijab tradisional. Terdapat dua jenis Rimpu, yaitu:

  • Rimpu Mpida, yang menutupi seluruh wajah kecuali mata, sering digunakan oleh perempuan muda atau yang belum menikah.
  • Rimpu Colo, yang hanya menutupi kepala dan masih memperlihatkan wajah, umumnya dikenakan oleh wanita yang sudah menikah.

Pakaian adat pria juga mulai menyesuaikan dengan nilai-nilai Islam, seperti penggunaan Sapuq (ikat kepala) oleh kaum pria Sasak sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi Islam dan adat setempat.

Peninggalan Leluhur: Makna Filosofis dalam Pakaian Adat

Setiap pakaian adat di NTB memiliki makna filosofis yang berkaitan dengan adat dan tradisi leluhur. Beberapa nilai yang tercermin dalam pakaian adat antara lain:

  • Keberanian dan Kewibawaan
    Warna hitam yang dominan dalam pakaian pria, seperti pada Baju Pegon dan Lula Sali, melambangkan keberanian dan keteguhan hati. Hal ini mencerminkan karakter para lelaki Sasak dan Samawa yang tangguh dalam menjaga kehormatan keluarga serta tanah air mereka.
  • Kesopanan dan Keanggunan
    Pada pakaian adat wanita seperti Lambung dan Poro Alang, penggunaan kain songket dengan motif halus mencerminkan keanggunan dan kesopanan seorang perempuan dalam adat Sasak dan Samawa.
  • Keseimbangan dan Keharmonisan
    Motif tenun dalam Songket Sasak dan Tembe Nggoli tidak dibuat sembarangan. Setiap pola dan warna memiliki filosofi yang menggambarkan keselarasan dalam kehidupan, baik dalam hubungan sosial maupun spiritual.

Pakaian Adat NTB dalam Kehidupan Modern

Meskipun zaman telah berubah, pakaian adat NTB tetap memiliki peran penting dalam masyarakat hingga saat ini. Beberapa penggunaannya antara lain:

  • Acara Adat dan Upacara Keagamaan
    Pakaian adat tetap dikenakan dalam upacara pernikahan, ritual adat, dan perayaan keagamaan sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur.
  • Festival Budaya dan Pariwisata
    Pakaian adat NTB sering ditampilkan dalam festival budaya dan promosi pariwisata, seperti dalam acara Bau Nyale di Lombok yang mengangkat budaya Sasak.
  • Pernikahan Adat
    Pengantin dari suku Sasak, Samawa, dan Mbojo tetap mengenakan pakaian adat mereka dalam prosesi pernikahan, dengan berbagai simbol yang mewakili kesakralan pernikahan dalam budaya NTB.

Pakaian adat Nusa Tenggara Barat merupakan warisan budaya yang terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas masyarakatnya.

Keberadaannya tidak hanya memperkaya ragam pakaian adat Indonesia, tetapi juga menjadi bukti bahwa budaya dan adat istiadat masih memiliki tempat penting di tengah modernisasi. digunakan dalam berbagai acara adat, upacara pernikahan, dan pertunjukan budaya.

Kesimpulan

Pakaian adat Nusa Tenggara Barat tidak hanya mencerminkan keindahan dan kearifan lokal, tetapi juga menjadi simbol identitas yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dari Lambung dan Songket Sasak suku Sasak hingga Tembe Nggoli suku Mbojo, setiap pakaian memiliki ciri khas dan makna tersendiri.

Keberadaan pakaian adat ini menunjukkan betapa kayanya budaya Indonesia.

Dengan memahami dan melestarikan pakaian adat Nusa Tenggara Barat, kita ikut menjaga warisan budaya yang bernilai tinggi.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply