Connect with us

Seni Tari

Tari Gantar Dayak, Khas dan Penuh Mitos

Published

on

Tari Gantar Dayak, Khas dan Penuh Mitos

Di Kalimantan Timur ada sebuah tarian yang cukup populer, khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Yaitu Tari Gantar Dayak.

Tari ini merupakan sebuah tarian pergaulan muda mudi. Milik suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq.

Tarian khas suku Dayak ini, menggambarkan kegembiraan dan keramah-tamahan. Biasanya, digunakan untuk menyambut tamu yang disegani dan dihormati. Dalam pagelaran, para tamu kemudian diajak turut serta menari bersama. 

Tari Gantar

Mitos dalam Sejarah Tari Gantar

Seperti halnya tarian tradisional dari daerah lain, Tari Gantar pun memiliki mitos yang mengiringi kemunculannya.

Mitos ini sejak dahulu sangat dipercaya oleh suku Dayak Benuaq dan juga Dayak Tunjung.

Diceritakan bahwa Tari Gantar Lahri dari sebuah cerita yang berasal dari sebuah negeri di atas awan, Negeri Dewa nayu.

Negeri tersebut diyakini menjadi tempat tinggal para Dewa Nirwana disebut Oteng Doi. Di dalam negeri Oteng Doi (negeri para dewa), suatu ketika, terjadi sebuah peristiwa yang buruk yang melibatkan keluarga dewa. Yakni Oling Bayatn dan Oling Besi.

Dewa tersebut memiliki dua orang putri yakni Dewi Bela dan Dewi Ruda.

Keluarga dewa tersebut hidup damai hingga datang seorang dewa yang berniat jahat bernama Dolonong Utak Dolonong Payang.

Sang dewa Dolonong Utak tersebut membunuh Oling Besi demi mempersunting istri Oling Besi. Kejadian tersebut terjadi langsung di depan mata kedua putri Oling Besi dan sang istri yang takut akhirnya menerima ajakan menikah tersebut.

Namun kedua putri Oling Besi tidak dapat menerimanya dan memendam dendam.

Hari pun berganti hari, Putri Oling Besi kini pun sudah dewasa dan menyusun rencana untuk melenyapkan Dolonong Utak yang menikahi ibu mereka.

Sampai suatu ketika, terlaksanalah keinginan untuk melenyapkan Dolonong Utak ketika sedang beristirahat dengan memakai sumpit.

Setelah tahu bahwa Dolonong Utak sudah tak bernyawa kedua putri tersebut lantas menari-nari dan bersuka cita atas peristiwa tersebut.

Kejadian tersebut akhirnya diketahui oleh manusia yang memiliki kemampuanuntuk berhubungan dengan dunia Dewa, orang tersebut bernama Kilip.

Karena hal tersebut, Dewi Bela dan Dewi Ruda mendatangi Kilip supaya tak menceritakannya pada dewa-dewa yang ada di Negeri Oteng Doi. Kilip pun mengajukan syarat bahwa kedua dewi harus mengajarinya tarian yang kedua dewi tersebut lakukan.

Selain itu Kilip juga mendapatkan tongkat dan sepotong bambu, dan diberilah nama tarian tersebut dengan tari Gantar yang bermakna tongkar (sumpit).

Awal Mula Tarian Gantar Dayak

Tari Gantar dulunya hanya dibawakan ketika ada upacara adat, khususnya untuk perayaan upacara tanam padi. Dalam tarian Gantar ada sebuah properti yang kerap digunakan sebagai pelengkap tarian yaitu sebuah tongkat kayu dan bambu.

Tongkat tersebut digunakan untuk mebuat lubang pada tanah untuk menanam benih, sedangkan bambu digunakan sebagai tabung benih yang menyimpan padi sebelum siap ditanam.

Gerakan kaki ketika menarikan tarian ini mengilustrasikan  bagaimana menutup lubang tanah setelah diinjak menggunakan tongkat.

Para muda-mudi pun menarikan tarian ini dengan bersuka cita dengan penuh harapan supaya panen nanti akan mendapatkan hasil yang berlimpah.

Tari ini umunya dibawakan secaran bergantian oleh suku Dayak Benuaq dan juga suku Dayak Tunjung.  

Versi lain menyebutkan jika Tari Gantar ini dulunya merupakan salah satu tarian yang sakral. Dan hanya boleh dibawakan ketika menyambut para pemuda pulang dari medan perang.

Tarian ini digunakan sebagai tarian suka cita menyambut kedatangan para pemuda tersebut. Sehingga tarian Gantar ini ditarikan para gadis-gadis yang masih remaja.

Properti tongkat yang kerap digunakan dalam tarian ini merupakan sumpit. Hiasannya, diberi tengkorak musuh yang dikalahkan oleh pemuda yang membawanya dan digantungkan di tongkat tersebut. Sedang properti bambu kecil digunakan sebagai peraga untuk melengkapi gerak tariannya.

Baca juga seni tari lainnya; Kehangatan yang Ditampilkan Tari Sekapur Sirih Khas Jambi

Gerakan dalam Tari Gantar

Gerakan dalam Tari Gantar yang saat ini sering kita lihat di beberapa acara merupakan serangkaian gerakan tari yang mengalami beberapa proses penggarapan yang membuatnya terlihat semakin menarik.

Gerakan dalam tarian ini sendiri didominasi oleh gerakan kaki. Mulanya gerakan dalam Tari Gantar terbagi menjadi 3 macam, berikut diantaranya.

1. Gantar Rayat

Jenis gerakan dalam Tari Gantar yang satu ini menggunakan hanya satu alat saja yaitu Gantar sebuah kayu atau tongkat panjang yang diujung tongkat atau kayu tersebut diikatkan dengan sebuah tengkorak manusia yang kemudian dibungkus menggunakan kain merah yang dihiasi olehIbus.

Setiap penari menari dengan berkeliling sembari menyanyi dan dipinggang para penari tersebut diikatkan mandau. Ketika para penari tidak memegang tongkatnya, mereka pun mengelewai  gerakan seperti melambaikan tangan yang sesuai irama.

2. Gantar Busai

Sedang gerakan dalam tarian yang satu ini penari membawa sepotong bambu berisi biji-bijian dengan menggunakan tangan kanan. Sedang tangan kiri yang kosong digunakkan untuk melambai-lambai sesuai dengan irama.

Bambu tersebut biasanya berukuran  50cm yang diberi gelang berjumlah dua belas supaya menimbulkan bunyi gemerincing ketika digerakkan.

Jumlah gantar atau bambu yang digunakan disesuaikan dengan jumlah penari yang ikut dalam tarian tersebut.

Para penari tersebut menari dengan berkelompok, kadang juga ada yang “Ngloak” atau menari sambil saling memupuk muka penari lain menggunakan pupur basah.

3. Gantar Kusak dan Senak

Jenis Tarian yang satu ini, para penarinya memakai dua alat tari yakni Senak dan Kusak dan dipegang masing-masing  tangan saat menari.

Kedua alat ini berupa tongkat dan bambu yang didalamnya berisi biji-bijian agar menimbulkan bunyi yang nyaring. Kusak dipegang dengan tangan kanan dan telapak tangan membuka dengan siku ditekuk.

Senak umumnya berukuran antara 1 hingga 1,5 m, sedang Kusak biasanya berukuran 30cm dan diisi biji-bijian lalu ujungnya ditutup dengan penutup yang disebut Ibus.

Jenis tari Gantar Kusak dan Senak inilah yang saat ini lebih dikenal dan mengalami perkembangan baik dalam gerak, pola gerak lantai, level penggarapan, hingga iringan tari yang kemudian disesuaikan dengan kondisi maupun situasi yang ada saat ini.

Sekarang  ini Tari Gantar kerap difungsikan sebagai tari penyambutan tamu kehormatan yang datang, terutama wilayah kabupaten Kutai Barat.

Baca juga: Pesona kecantikan, mitos dan fakta Wanita Dayak

Busana yang Dikenakan Penari

Tata busana para penari wanita dalam Tari Gantar umumnya menggunakan kostum serta  atribut yang unik. Misalnya saja seperti baju atasan, ta’ah, serta hiasan kepala. Berikut selengkapnya.

1. Baju atasan

Para penari tari Gantar biasanya memakai baju atasan dengan model blus tanpa lengan dengan hiasan rumbai-rumbai yang dipasang dipinggiran lengan bajunya, sedang bentuk leher baju tersebut berbentuk bundar dengan kancing di bagian depan.

Bahan baju tersebut biasanya menggunakan kain tenun ulap doyo atau kain polos. Kain tenun ulap doyo ini di dapat dari suku Dayak Benuaq yang berada di Tanjung Isuy.

Jika tak ada kain tersebut, penari juga bisa menggantinya dengan kebaya panjang maupun setengah lengan yang terbuat dari kain tenun.

2. Ta’ah

Busana bawahan yang dikenakan para penari Gantar biasa menggunakan kain Ta’ah atau Sela selebar 2 kali lingkar pinggang sang penari tersebut.

Kain tersebut dihiasi  dengan uang logam, kadang juga di setiap pinggirannya ditempelkan kain perca yang berwarna-warni. Sedang bahan bisa menggunakan kain polos maupun kain tenun doyo.

3. Hiasan kepala

Selanjutnya di bagian kepala para penari menggunakan hiasan kepala yang disebut Labung. Hiasan ini dihiasi dengan ukiran khas yang diikatkan diseputar kepala.

Selain itu, para penari juga kerap memakai seraung yang merupakan sebuah topi lebar dengan hiasan di bagian atas lalu ditambah rumbai-rumbai berjuntai di pinggiran topi tersebut.

Tambahan aksesori lainnya, para penari kerap memakai kalung dan juga gelang yang terbuat dari manik-manik atau batu.

Demikian tadi informasi menarik tentang Tari Gantar, tarian khas suku Dayak dari Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Sebagai warga negara yang baik tak cukup hanya mempelajari budaya dan adat istiadat di daerah kita masing-masing tetapi juga ikut melestarikan dan menjaganya.

Supaya generasi penerus bisa menikmati kekayaan budaya yang ada di daerah nusantara ini. Semoga bermanfaat.

Blogger dan SEO Expert di Garuda Website. Sebuah perusahaan Web Developer di Jakarta Indonesia

Random

6 Tari Tarian Daerah Pada Saat Ini Beralih Fungsi Untuk Acara Menyambut Tamu

Published

on

tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara

Tari adalah bagian dari budaya dan seni Indonesia, jadi tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara apa? Ada begitu banyak tarian tradisional, bahkan di setiap daerah ada tarian khusus. Tarian tradisional ditampilkan untuk berbagai alasan, mulai dari hiburan hingga penyambutan tamu, bahkan untuk melindungi dari bencana. 

Berikut tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara menyambut tamu

Bukan hal aneh jika seorang pejabat penting bertemu dengan tarian tradisional daerah saat berkunjung ke daerah tersebut. Ada beberapa tarian tradisional Indonesia yang digunakan untuk menyambut tamu, simak terus. 

1. Tari tidi lo o’ayabu, gorontalo

Sumber gambar: Kibrispdr

Di Gorontalo adalah tarian daerah yang pertama kali muncul antara abad ke-17 dan ke-18, menurut kementerian pendidikan dan kebudayaan. Tari tidi lo o’ayabu sering dipentaskan pada acara pernikahan, pesta ulang tahun, atau acara lainnya untuk menyambut tamu atau mengundang tamu. 

Tarian ini memiliki 14 bagian yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Gerakan menjentikkan kipas adalah gerakan khusus yang dimaksudkan untuk membubarkan semua tantangan. Tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara ini untuk menyambut tamu.

2. Tari merak, jawa barat

Sumber gambar: Hypeabis

Tari merak merupakan salah satu tarian yang menjadi icon Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh seorang koreografer bernama Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950-an, menurut Seruni. 

Tarian ini merupakan aplikasi dari kehidupan burung merak, lebih spesifiknya bagaimana burung merak jantan menarik perhatian burung merak betina dengan menampilkan bulu ekornya yang indah. 

Tarian merak digunakan untuk mengundang tamu pada acara tertentu atau untuk menyambut pesta pengantin pria yang sedang berjalan menyusuri pelaminan. Tarian ini biasanya dilakukan berpasangan, dengan masing-masing peserta menggambarkan burung merak jantan dan betina. 

3. Tari selamat datang, papua

Sumber gambar: Haloedukasi

Seperti namanya, tarian ini dimaksudkan untuk menyambut tamu dari suku lain, orang dari luar kota, dan pejabat daerah dan pusat. Tarian ini merupakan simbol dari tuan rumah yang disambut oleh masyarakat di Papua, dan merupakan salah satu ikon masyarakat.

Tarian ini biasanya dibawakan oleh penari wanita dan pria, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Nantinya memakai pakaian khas Papua dan dipersenjatai dengan atribut tarian. Tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara ini untuk menyambut tamu.

4. Tari pandet, bali 

Sumber gambar: Gramedia

Bali adalah daerah indah yang kaya akan budaya dan seni, termasuk tari. Selain tari Kecak, Bali memiliki tari Pendet yang biasa digunakan untuk pertunjukan dalam upacara adat atau penyambutan tamu. Tarian ini dapat dibawakan oleh wanita mana saja, karena didasarkan pada gerakan-gerakan penari senior di depannya. 

Tariannya identik dengan gerakan tangan penari yang anggun diikuti dengan gerakan jari-jarinya yang halus. Penari bermata lebar berlutut dan berdiri di atas simbal dalam adegan yang berputar di sekitar kepala penari dan mata lebar bergoyang mengikuti musik. 

5. Tari Serimpi, yogyakarta

Sumber gambar: Kumparan

Tarian serimpi merupakan tarian keramat Yogyakarta yang hanya dibawakan oleh kalangan internal keraton pada zaman dahulu, baik keraton Yogyakarta maupun Surakarta. Karena musik dan gerak penarinya fleksibel, penonton diajak ke alam mimpi, kata serimpi memiliki arti mimpi.

Tarian ini awalnya sangat panjang, dengan durasi 1 jam, tetapi dengan berlalunya waktu, durasi tarian telah dikurangi menjadi 15 menit. Tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara ini untuk menyambut tamu.

6. Tari gambyong, jawa tengah

Sumber gambar: Wikipedia

Tari Gambyong, sebuah tarian klasik Jawa, pada awalnya hanya dipentaskan di istana untuk tamu-tamu istimewa yang datang.

Jawa Tengah, tujuan liburan surga di pulau Jawa, adalah tempat asal tari Gambyong. Tari gambyong pertama kali digunakan untuk memohon kesuburan padi dan panen melimpah dalam upacara ritual pertanian. Tarian ini menggambarkan sekelompok penari sebagai Dewi Sri, atau dewi padi, yang menari untuk menyambut musim panen. 

Tari gambyong merupakan kekayaan budaya yang sering ditampilkan pada acara-acara penting di Jawa Tengah, dengan tarian bercorak kendang diselingi gerakan tari yang luwes, pakaian berwarna kuning dan hijau yang melambangkan kemakmuran. 

6 tarian tradisional Indonesia yang digunakan untuk menyambut tamu tercantum di atas. Demikian informasi mengenai tari tarian daerah pada saat ini beralih fungsi untuk acara menyambut tamu, semoga bermanfaat. 

Baca Juga: Identifikasi Kebutuhan Pasar Lokal? Disertai Contohnya

(Upy/G)

Continue Reading

Seni Tari

Keistimewaan Tari Gambyong – Jawa Tengah

Published

on

Keistimewaan Tari Gambyong – Jawa Tengah

Tari Gambyong – Jawa Tengah adalah jenis tari klasik yang digunakan dalam sebuah pertunjukan atau dalam penyambutan tamu. Tari ini biasanya hampir selalu ada dalam acara adat masyarakat Jawa. Apa saja keistimewaan Tari Gambyong, asal mula dan cara menarikan tarian ini? Berikut penjelasan singkatnya.

Apa yang Membuat Tari Gambyong Istimewa?

Ciri tari Gambyong adalah kostum tari yang dikenakan dalam pertunjukan selalu memiliki nuansa warna kuning dan hijau. Warna ini dipilih karena menunjukkan simbol kesuburan dan kemakmuran rakyat.

Tari ini menggunakan sampur dalam pertunjukannya. Sampur merupakan selendang atau tali panjang yang diikatkan di bagian perut sang penari. Penggunaan sampur ini dikaitkan dengan kelembutan yang dimiliki oleh para wanita.

Selain itu, sebelum memulai pertunjukkan tari, acara selalu dibuka dengan memainkan gendhing Pangkur. Jika Anda masyarakat Jawa, tentu sudah tidak asing dengan gendhing Pangkur ini. Irama kendang menyatu selaras dengan gerakan penari yang luwes.

Tari ini juga memiliki karakteristik yang sangat menonjolkan kerakyatan, sehingga tari ini juga masuk dalam jenis tari pergaulan masyarakat. Dalam berbagai variasi, tarian ini juga disebut dengan istilah Tari Tayub. Jenis tari ini sangat berkaitan dengan taledhek atau tledek atau ledek.

Ciri khas lain dari tari ini adalah adanya keluwesan dari penari wanita yang terkesan erotis. Penari tunggal wanita akan menarikan tarian ini dengan gerakan yang tregel dan luwes sesuai dengan irama dari iringan pola kendang yang terdengar rumit.

Kapan Tari Ini Dibuat?

Tarian ini dikenalkan oleh K.R.M.T Wreksodiningrat ke dalam pihak keraton saat masa Pakubuwana IX pada tahun 1861-1893. Saat dibawa ke dalam keraton, tarian ini dimainkan oleh para pesinden atau penari waranggana.

Setelah mengetahui tarian ini, pihak dari keraton Mangkunegaran membuat jenis baru dari modifikasi tarian ini. Jenis tari Gambyong yang baru pun tercipta dengan nama tari Gambyong Pareanom. Jenis baru ini dibawakan pada tahun 1950 oleh Nyi Bei Mintoraras.

Perkembangan tari Gambyong terus berlanjut sejak tari ini ditetapkan sebagai tari penyambutan tamu di daerah Jawa Tengah. Saat itu Gubernur Jawa Tengah, H.Ismail, menetapkan tari ini sebagai adat untuk menyambut tamu.

Sejak saat itu, tari Gambyong terus berkembang dan memiliki berbagai ragam modifikasi seperti tari Gambyong Mudhatama, Gambyong Dewandaru, Gambyong Campursari, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Pangkur dan Gambyong Gambirsawit.

Baca juga: 10 Kesenian Tari Tradisional Indonesia

Dari Mana Tari Gambyong Berasal ?

Tari Gambyong berasal dari Provinsi Jawa Tengah tepatnya di daerah Surakarta. Tarian ini hidup dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah yang luwes menghadapi berbagai macam tuntutan kehidupan. Tari ini juga menjadi salah satu bukti betapa kaya masyarakat Jawa akan adat budaya.

Berapa Jumlah Penari Tari Gambyong?

Tari Gambyong adalah tarian yang awalnya dipertunjukkan dalam upacara ritual pertanian masyarakat Jawa Tengah. Namun, seiring perkembangannya tarian ini digunakan sebagai upacara penyambutan tamu dan memeriahkan pesta pernikahan masyarakat Jawa.

Pada awalnya, tarian ini hanya dimainkan oleh satu orang penari perempuan. Lalu tarian ini dimainkan sekitar 3 sampai 5 orang dalam pertunjukkan. Menurut kepercayaan, tarian ini harus dimainkan oleh penari dengan jumlah yang ganjil. Seiring berjalannya waktu, jumlah penari disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak hanya berpusat pada 3 atau 5 orang, tapi jumlahnya lebih banyak.

Bagaimana Tari Gambyong Dipertunjukkan?

Mengawali tarian ini, dimainkan musik pengiring yang menggunakan kendang. Biasanya yang dimainkan sebelum tarian ini dimulai adalah gendhing Pangkur. Musik pengiring tarian ini merupakan inspirasi dari gendhing Tayub khas dari daerah Blora, Jawa Tengah.

Musik pengiring ini biasanya dimainkan oleh 8 orang laki-laki. Alat musik yang digunakan pun tidak sembarangan, hanya alat musik tertentu yang bisa dijadikan pengiring. Diantaranya dalah gong, kendang, peking, kenong, kempul, simbal, drum dan saron.

Musik pengiring ini digunakan untuk mengiringi nyanyian yang biasanya dinyanyikan oleh sinden yang eksotik. Nyanyian yang didendangkan pun harus menggunakan bahasa Jawa. Lirik bahasa Jawa dipilih untuk iringan tarian ini karena masyarakat akan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan jika menggunakan bahasa daerah sehari-hari.

Tarian ini memiliki 3 gerakan bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Dalam istilah tari Jawa, gerakan ini biasa disebut dengan maju beksan, beksan serta mundur beksan.

Pusat gerakan tarian ini berada pada kaki, lengan, badan dan kepala. Gerakan tangan dan kepala yang selaras serasi dengan irama musik pengiring, merupakan pola yang utama dalam gerakan tari ini.

Pandangan mata harus mengikuti setiap gerakan tangan atau jari-jari tangan yang meliuk-liuk dengan luwes. Selain itu, gerakan kaki juga terlihat nampak lembut dipadukan dengan irama yang menghanyutkan.

Demikian uraian singkat mengenai tari Gambyong. Tari Gambyong adalah salah satu budaya daerah yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Tarian ini harus selalu terjaga karena termasuk dalam budaya daerah serta kekayaan bangsa yang harus dilestarikan. Jadi, tidak ada salahnya bagi Anda untuk mempelajari kekayaan budaya ini.

Continue Reading

Seni Tari

Tari Pendet – Bali, Ciri khas dan nuansa sakralnya

Published

on

Tari Pendet adalah tari yang asli berasal dari Bali. Mulai ada sejak tahun 1950 an, ada asal mula mengapa tari yang seharusnya menjadi sesembahan sakral pada upacara religi ini menjadi tari selamat datang. Simak hal-hal menarik tentang tari Pendet berikut.

Apa Saja Properti yang Digunakan Pada Pementasan Tari Pendet?

Hanya ada satu properti yang digunakan pada tari Pendet. Namanya adalah Bokor, Bokor ini berupa nampan kecil yang pinggirannya telah dihias dengan janur. Tak hanya dihias pinggirannya saja, di dalam Bokor juga diberi berbagai macam bunga. Bokor ini harus selalu dibawa selama tari Pendet ditarikan.

Untuk kostum, ada beberapa bagian pakaian sekaligus yang digunakan oleh penari tari Pendet. Diantaranya ada kemben prade, tapih, sabuk prade, stagen, serta selendang. Selendangnya diletakkan di pundak penari.

Sedangkan untuk bagian rambutnya, akan diikat pusung gonjer dan dihias beberapa bunga sekaligus. Bunga-bunga yang digunakan antara lain bunga cempaka, bunga mawar, bunga jepun, dan bunga kamboja.

Selain kostum dan hiasan bunga pada rambut, para penari tari Pendet juga menggunakan aksesoris seperti anting-anting, kalung, dan gelang yang khas. Kemudian para penari tari Pendet juga dirias dengan make up yang sangat mempertegas garis muka. Selain supaya garis mukanya terlihat lebih jelas, mereka juga menggunakan subeng.

Bagaimana Sejarah Tari Ini?

Source: flickr.com

Tari Pendet adalah tari yang tadinya hanya dilakukan pada saat pemujaan saja, tepatnya di tempat beribadah umat Hindu di Indonesia (Pura). Sebab, tari ini memang tadinya bertujuan untuk melakukan penyembahan kepada dewata yang sedang turun ke alam dunia. Namun demikian, seiring berkembanhnya waktu tari ini beralih fungsi sebagai tari penyambutan tamu. 

Pendet sendiri diartikan sebagai persembahan yang mana bentuknya sebuah tarian. Karena hal ini, tari Pendet bukanlah tapi dengan gerakan yang perlu dikuasai dengan latihan intensif. Bisa dikatakan gerakan pada tari ini hanyalah mengikuti gerakan.

Gadis-gadis muda yang menafikan tari ini mengikuti gerakan dari wanita yang lebih tua, yang mana lebih senior dan bisa menjadi contoh yang baik. Tari Pendet yang ditarikan oleh putri biasanya dipentaskan setelah tari Rejang di halaman pura.

Tari ini memiliki gerakan lebih dinamis dibandingkan dengan tari Rejang. Tari ini ditarikan dengan menghadap ke arah suci dan penontonnya menggunakan pakaian upacara masing-masing. Penari juga menggunakan kostum khusus dan beberapa properti yang telah disebutkan di atas.

Di Mana Asal Tari Pendet?

Tari Pendet berasal dari Bali, Indonesia. Pernah ada kontroversi terkait ditunjukkannya tari ini dalam media televisi yang mana telah membekaskan sentimen Anti-Malaysia sejak kejadian tersebut. Pada tahun 2009 lalu, salah satu channel televisi bernama Discovery Channel Singapura mempertontonkan tari Pendet.

Negara Malaysia mengaku tidak bertanggung jawab atas kejadian tersebut karena iklan tersebut bukan dari negaranya.  Kemudian Singapura telah mengirimkan surat baik ke Malaysia dan ke Indonesia.

Surat yang berisi pengakuan tanggung jawab penuh atas penayangan iklan yang berisi tari Pendet, tari yang berasal dari Indonesia. Sejak penayangan iklan ini pula muncul sentimen Anti-Malaysia yang masih terasa hingga sekarang.

Kapan Tari Ini Ditarikan?

Ciri khas tari Pendet adalah waktu dipentaskannya. Di atas telah disebutkan bahwa tari Pendet tadinya dipertunjukkan pada upacara sakral, namun sekarang ini juga sering dipertunjukkan pada penyambutan.

Acara-acara yang membutuhkan penyambutan di Bali sudah biasa dipentaskan pula tarian ini. Contohnya pada acara Asian Games yang diadakan di Jakarta beberapa tahun lalu, di acara yang mengundang banyak tamu dari luar negeri itu telah dipentaskan tari Pendet.

Siapa Pembuat Tari Ini?

Pembuat atau koreografer dari tari Pendet adalah I wayan Rindi. Tari Pendet ini tadinya dibuat untuk upacara sakral yang mengandung religius tinggi. Seiring berkembangnya waktu, seniman-seniman tari di Bali menjadi tari Pendet inj sebagai tari penyambut atau tari ‘selamat datang’. Oleh para seniman tari di Bali, disetujui bahwa tahun 1950 adalah tahun lahirnya tari Pendet. 

Berapa Jumlah Penarinya?

Jumlah penari tari Pendet adalah lima orang aslinya, yang mana berasal dari apa yang dikembangkan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1961 lalu. Tadinya tari Pendet ini ditarikan hanya empat orang, namun sejak tahun 1961 itu I Wayan Beratha menambahkan satu orang sehingga menjadi lima orang.

Meski begitu, tari Pendet ini tetap bisa ditarikan oleh lebih dari lima orang. Contohnya pada Asian Games yang pernah bertempat di Indonesia. Saat itu dipentaskan tari Pendet dengan sekitar 800 penari. 

Meskipun pernah ada kontroversi antara Indonesia dengan Malaysia tentang tari Pendet – Bali ini. Namun authentic nya tari ini tidak akan pudar. Anda juga bisa menonton pementasan tari ini ketika ada acara-acara yang membutuhkan penyambutan. 

Continue Reading

Trending