Sosial Budaya
Sendratari Ramayana Prambanan

Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog. Diangkat dari cerita Ramayana dan dipertunjukkan di dekat Candi Prambanan di Pulau Jawa, Indonesia.
Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sendratari yang paling rutin dipentaskan sejak 1961. Pemilihan bentuk sendratari sebagai penutur cerita pahlawan atau biasa disebut wiracarita Ramayana.
Karena, mengutamakan gerak-gerak penguat ekspresi sebagai pengganti dialog. Sehingga diharapkan penyampaian wiracarita dapat lebih mudah dipahami dengan latar belakang budaya dan bahasa penonton yang berbeda.
Cerita Ramayana adalah perjalan Rama dalam menyelamatkan istrinya Sita (di Jawa biasa disebut Sinta) yang diculik oleh raja Negara Alengka, Rahwana.
Sendratari Ramayana Prambanan menggunakan sumber cerita dari Serat Rama. Yaitu, cerita Ramayana versi sastra Jawa Baru yang paling populer di kalangan masyarakat. Serat Rama merupakan gubahan Jasadipura I (1729-1802).
Menurut Poerbatjaraka Serat Rama macapat merupakan kitab Jawa masa sekarang yang paling baik. Namun Poerbatjaraka juga mengkritisi penulis Serat Rama yang dianggap kurang menguasai bahasa Jawa Kuno sehingga sering bagian-bagian yang tidak dipahami dihilangkan dan diganti
Sendratari Ramayana Prambanan biasa digelar tiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, pementasan di panggung terbuka hanya pada bulan kemarau, di luar itu pementasan diadakan di panggung tertutup.
Karakterisasi gerak tari Sendratari Ramayana Prambanan mengacu pada karakterisasi gerak pada wayang orang.
Awal perkembangan Sendratari Ramayana Prambanan didominasi gaya tari Surakarta, sedikit teknik gerak tari gaya Yogyakarta yang mengisi.
Namun, tetap lebih dominan gaya Surakarta.
Pelaksanaan teknis serta penyajian gaya Yogyakarta dan Surakarta agak berbeda, Gaya Surakarta lebih dekat dengan gaya romantik, sedangkan gaya Surakarta lebih dekat dengan gaya klasik.
Dominasi gaya Surakarta pada awal perkembangan Sendratari Ramayana Prambanan disebabkan koreografer yang ikut dalam proyek awal berasal dari Surakarta.
Salah satu pimpinan proyek pementasan sendiri adalah GPH Soerio Hamidjojo yang merupakan ahli tari dan karawitan di Surakarta.
Selain itu salah satu pelatih adalah RT Atmokesowo yang juga merupakan ahli tari di Surakarta.
Sejak tampilnya penari muda dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta, perlahan pengaruh gaya Yogyakarta dan daerah lain masuk ke dalam Sendratari tersebut.
Hasilnya dapat dikatakan saat ini di Jawa Tengah terdapat tiga gaya sendratari, yaitu gaya Prambanan, gaya Surakarta, dan gaya Yogyakarta.

You must be logged in to post a comment Login