Connect with us

Politik

Soal Demo 4 Nopember “Kenapa kok Jokowi diam saja ?”

Published

on

soal demo 4 november 2016 - jokowi

Isu demo 4 Nopember 2016 belakangan ini menarik perhatian banyak kalangan. Apalagi, hal ini berkaitan erat dengan sentimen SARA. Jelas berpotensi menimbulkan berbagai konflik besar. Tapi Jokowi cenderung diam.  Kenapa?

Ini adalah cara ‘perang’ Jokowi, Presiden ke 7 Indonesia. Setidaknya begitulah menurut Denny Siregar, penulis dan pemerhati politik di Indonesia.

Terkait demo 4 Nopember yang berpotensi rusuh itu. Deni seolah paham apa yang Jokowi lakukan. Berikut tulisannya;

Percayalah, bahkan orang dalam pun tidak semua tahu apa yang akan dilakukan pakde. Orang itu super dingin…

Tapi karena sejak awal sering membahas “permainan catur” Jokowi, saya seperti sudah bisa menebak apa yang sedang beliau lakukan. Tidak banyak berbeda ketika ia menghadapi situasi KPK vs Polri jilid 2, saat ia menghadang laju BG menjadi Kapolri dan masalah Setya Novanto.

Diamnya Jokowi bukan karena ia tidak perduli situasi, tetapi memang ia harus diam. Sebagai “orang yang ditarget”, Jokowi diharapkan bereaksi dengan tekanan massa melalui demo besar. Reaksi Jokowi nanti akan diputar-balikkan untuk menghantam dia kembali.

Jokowi ini memang beda kualitas satu strip dengan Ahok. Ia tidak terpancing emosinya dan mampu menjaga lidahnya dengan baik. Sulit sekali menyerang Jokowi saat ini karena ia membangun benteng pertahanannya dengan baik. Jokowi belajar dari kesalahan2 kecil pada saat awal menjabat kemarin.

Diamnya Jokowi adalah reaksinya sendiri. Ia tidak ingin membesarkan demo itu dengan tampilnya dia. Tidak tampilnya dia menandakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan diperhatikan secara berlebihan, semua sudah ditangani dengan baik.

Meski begitu, ia sudah berkoordinasi dengan Menkopolhukam, TNI, Polri juga NU dan Muhammadiyah untuk memberi reaksi balik kepada “sosok dibelakang layar”.

Coba perhatikan, sesudah pertemuan dengan Menkopolhukam, NU langsung melarang warga nahdliyin untuk tidak ikut demo dan melarang atribut2 NU dipakai demo. Tidak lama kemudian Muhammadiyah melakukan hal serupa. Polri juga bereaksi untuk melakukan tembak di tempat bagi pelaku kerusuhan.

Beres di wilayah kerja itu, Jokowi hari ini bertemu dengan Prabowo untuk mendiskusikan hal-hal terkait isu nasional. Jokowi seperti mengambil pola perang Sun Tzu, “Keep your friend close and your enemy closer..”.

Ia datang untuk merangkul sekaligus memberitahu bahwa dirinya “ada”. Memadamkan api bukan dengan api lagi, tetapi ia harus menjadi air.

Begitulah cara kerja perang Jokowi sebatas yang saya tahu. Dan biasanya saat demo, Jokowi akan mengundang beberapa orang untuk makan siang dan ketawa2 seolah tidak terjadi apa2.

Media nasional diberi tahu untuk tidak ikut membesarkan demo sehingga pengaruhnya menjadi sangat kecil. Media nasional akan lebih fokus pada berita lain yang sudah dirancang..

Jokowi sangat paham perang ini, yang ingin mendapat perhatian nasional – bahkan internasional. Efek dari demo sekarang diharapkan akan menjadi pemicu demo2 selanjutnya. Dan Jokowi membiarkan demo berlangsung hanya supaya mengecilkan arti demo tersebut.

Silahkan demo sebanyak2nya, sekuat2nya, toh satu waktu capek sendiri…. Kalau dilarang atau diperhatikan berlebih, nanti pada keGeeRan.. Mirip perlakuan seorang bapak kepada anak kecilnya yang “terlalu manja”.

Suksesnya aparat menangani demo ini akan menambah kepercayaan investor asing untuk berinvestasi ke sini. Jokowi bermain di wilayah “menjadikan masalah sebagai peluang”. Ketika pemerintah bisa mengendalikan situasi, siapa yang tidak tertarik untuk menanamkan uangnya disini ?

Jadi begitulah kura-kura, kambing-kambing dan onta-onta…

Senang mengamati gaya Jokowi yang menemani seruput kopi siang ini sambil belajar bagaimana caranya nyeplok telor. Biar ngetop seperti adiknya Raffi Ahmad..

Garuda Citizen truly of Indonesia » politik, hukum, sosial, wisata, budaya, dan berbagai berita peristiwa menarik dan penting untuk dibaca.